Share

BENALU
BENALU
Author: Naimatun Niqmah

Bab 1

"Mas, Bi Ijah kemana ya? Aku cari-cari nggak ada?" tanyaku ke Mas Angga, suamiku. Badanku terasa lelah, ingin sekali minum teh hangat, biar perut dan badan terasa enakan. Tapi, aku tak melihat sosok Bi Ijah, ART yang sudah lama bekerja denganku.

 

"Sudah dipecat oleh Ibu," jawabnya santai. Aku terkejut.

 

"Apa? Bi Ijah kan aku yang gaji, nggak ada hak Ibu mecat Bi Ijah!" sahutku geram, sangat geram. Lagi-lagi Ibu seenaknya ikut campur rumah tanggaku.

 

"Kata Ibu, sayang duitnya, kamu sebagai istri yang harusnya ngerjain seluruh pekerjaan rumah!" lagi-lagi, Mas Angga menjawab dengan entengnya. Mataku mendelik.

 

"Aku ini capek Mas, kerja pagi pulang sore, lagian untuk bayar Bi Ijah duitku sendiri, bukan duitmu atau duit Ibu!" jawabku kasar. Nafasku memburu. Semenjak Ibu ikut tinggal dirumahku, semuanya berantakan.

 

"Kamu kok malah hitung-hitungan gitu sih? Harusnya kamu bangunnya lebih pagi, menyiapkan makanan dan menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah, baru berangkat kerja! Gitu aja kok minta di ajarin!" terasa teriris hatiku mendengar jawabannya. Nafasku memburu tak karuan. Rasanya ingin makan orang.

 

"Aku kerja, semua pekerjaan rumah aku yang ngerjain, terus kamu ngapain, mana tugasmu sebagai suami?" tanpa memikirkan perasaannya aku jawab sesukaku. Karena selama ini dia tak bekerja. Begitu juga dengan ibunya. Hanya numpang enak di rumahku. Iya, ini rumahku, karena Mas Angga hanya bermodalkan cinta menikahiku.

 

"Kok malah ungkit-ungkit tugasku, sih? Kamu kan tahu sendiri, aku juga udah kesan kesini ngelamar kerjaan!"

 

"Iya tapi zonk kan?" Bentakku.

 

"Sebelum nikahkan kamu juga tahu aku belum punya kerjaan," jawabnya. Lagi-lagi aku berdebat dengan Mas Angga gara-gara Ibu.

 

"Ok, karena kamu masih nganggur, kamu yang gantiin tugas, Bi Ijah. Atau Ibumu terserah!" dengusku kesal. Dia mendelik mendengar ucapanku.

 

"Kamu jangan kurang ajar, Dewi!" sahut Ibu ikut bergabung. Ibu mertuaku yang kolotnya minta ampun.

 

"Pekerjaan rumah itu tugas istri bukan suami apalagi mertua!" Bentak Ibu lagi. Di sabar-sabarin semakin merasa bos di rumah ini. Aku menyeringai sinis.

 

"Aku ini capek, pulang kerja malah diajak ribut! Ini rumah saya! Tak suka dengan peraturan saya, silahkan keluar dari rumah saya!" tandasku geram, dengan tanganku menunjuk pintu keluar.

 

"Eh, Dek, kamu kok ngomong gitu sih? Kamu ngusir suamimu? Kamu nggak takut dosa?" jawab Mas Angga, seraya bertanya. Wajah angkuh Ibu sudah terlihat memucat.

 

"Dosa? Kamu ngomong dosa? Kamu mikir nggak, sudah setahun pernikahan kamu belum pernah ngasih aku nafkah?" sanggahku seraya mendekat ke wajah Mas Angga. Nampak matanya bergoyang, bingung menjawab pertanyaan.

 

"Yang pentingkan kamu nggak kelaparan! Cuma gara-gara mecat Bi Ijah aja kok, sampe tengkar hebat kayak gini, sampai mau ngusir suami dan mertua, kualat kamu nanti!" sahut Ibu membantu anaknya. Lagi-lagi aku menyeringai sinis.

 

"Lagian hartamu itu juga ada hak Angga, kalian sudah terikat pernikahan, jadi harta bersama," Ibu menambahkan omongan. Membuat mulutku menganga. 'Dasar benalu! Susah untuk disingkirkan!' Gerutuku dalam hati.

 

"Terserah Ibu mau ngomong apa? Kalau masih mau tinggal disini, gantikan tugas, Bi Ijah! Kalau tidak mau saya akan sewa pengacara untuk urus semuanya!" ucapku geram, beranjak ke tangga menuju lantai dua, ke kamar. Mereka terlihat melongo mendengar ucapanku.

 

"Ibu itu niatnya baik, Dek! Biar kamu tau tugas istri, harusnya kamu berterima kasih dengan Ibu!" ucap Mas Angga, tak aku respon. Tetap berlalu menuju lantai dua. Dasar benalu, apakah aku salah memilih suami? Pikiranku terasa kacau. Semenjak kehadiran Ibu, aku sering bertengkar dengan Mas Angga. Padahal selama ini, aku tak mempermasalahkan dia nganggur. Bahkan tiap  bulan kirim duit ke ibunya, aku juga tak keberatan. Yang terpenting pernikahanku jauh dari kata ribut. Tapi kali ini? Entahlah.

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
trus tugas dia sebagai suami..apa??????
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status