Share

Abby and Her Amulet
Abby and Her Amulet
Author: Wintersnow

1

Namaku Abigail Montlace. Semua orang memanggilku Abigail atau si bungsu dari keluarga Montlace.

Tapi nenekku memanggilku Abby. Aku sangat menyukai nama itu. Sebenarnya aku menyukai apa saja yang dikatakan nenek.

Beliau adalah pendongeng yang hebat. Cara penyampaiannya benar-benar bagus seolah semua dongeng yang diceritakan adalah kisah nyata. 

Tapi ada sebuah cerita yang paling kusukai yaitu mengenai Pangeran Maxwell. 

Pangeran malang itu dibuang oleh keluarganya karena sebuah kutukan yang menjadikannya seekor kucing saat matahari tenggelam. Ia akan kembali menjadi manusia saat lewat tengah malam.

Dan hanya cerita itu saja yang tidak kuketahui akhirnya.

Pernah suatu ketika aku menanyakan hal itu. Kalau tidak salah, saat usiaku masih tujuh tahun.

Nenek dengan senyum hangatnya, menjawab bahwa ia masih belum menemukan akhir cerita yang pantas untuk pangeran Maxwell.

"Jadi, Nenek membuatnya sendiri?"

"Tentu saja tidak, Abby. Angin yang memberitahukan padaku."

"Angin? Bagaimana caranya?"

"Saat angin berhembus, pejamkan matamu dan dengarkan apa yang ia katakan. Angin merupakan perantara dan pencerita yang jujur. Aku yakin kau akan menyukainya."

Saat itu aku hanya mengangguk tanpa tahu maksudnya. Setelah itu aku selalu mencobanya. 

Tapi tak membuahkan hasil.

Aku bahkan memejamkan mata sambil menangkupkan tangan ke belakang telinga. Hanya terdengar suara tak berkata.

Aku mengadukan hal ini pada Nenek. 

"Mungkin ia masih malu untuk menyampaikan sesuatu padamu."

"Bagaimana cara Nenek akrab dengan angin? Aku ingin tahu cerita selanjutnya, Nek."

"Abby, kadangkala bukan hanya angin. Tapi seluruh alam ini mencoba untuk berkomunikasi dengan para manusia. Mereka menggunakan bahasa dan cara pendekatan yang berbeda-beda. Para manusia hanya perlu mendengar lebih dalam."

"Mendengar lebih dalam? Apa maksudnya?"

Senyum Nenek nampak misterius saat itu, "Nanti kau akan mengetahuinya."

Tapi tidak.

Bahkan sampai saat umurku hampir menginjak tujuh belas. Aku sama sekali tak mengerti.

Saat aku berumur delapan tahun, Ayah mendapat pekerjaan di kota yang sekarang kami tinggali.

Pekerjaan Ayah sebagai pedagang berkembang dengan baik. Sehingga kami bisa hidup berkecukupan. 

Tidak perlu mencari kayu bakar di hutan lagi. 

Tidak perlu berbagi selimut lagi saat musim dingin tiba.

Tapi Nenek tidak mau ikut pindah bersama kami. Ia tak ingin meninggalkan gubuk tuanya. Bahkan saat aku menangis dan merengek kepadanya, ia sama sekali tak berniat merubah pikirannya.

"Aku ingin selalu bersama, Nenek. Bagaimana bisa aku hidup tanpamu?"

"Saat di kota nanti, aku yakin banyak hal menyenangkan yang kau temui. Kau mungkin akan melupakan nenek tua ini."

"Tentu saja, tidak! Aku akan tinggal bersama Nenek!"

"Jangan begini, Abby. Nanti orang tuamu sedih. Kau tidak suka membuat mereka sedih, bukan?"

Dengan lembut, Nenek menyeka air mata dan ingus dari wajahku. "Begini saja. Aku akan memberikanmu sebuah hadiah. Sebagai tanda, bahwa aku akan selalu bersamamu, dimanapun kau berada."

Sebuah amulet dari batu hijau dengan kalung berupa rantai kecil perak. 

Nenek mengalungkannya di leherku dan menutupinya dengan syal milikku.

"Pastikan kau selalu menjaganya dan jangan sampai ada orang lain yang mengetahui keberadaan amulet ini."

"Bahkan pada Ayah atau Ibu?"

"Amulet ini terbuat dari batu emerald. Beberapa orang menyebutnya batu zamrud. Melambangkan perlindungan dan kebijaksanaan. Harganya sangat mahal dan aku takut, mungkin orang tuamu akan menjualnya." Wajah Nenek tampak sedih. Kerutan di dahinya semakin dalam. Mendadak ia terlihat sepuluh tahun lebih tua. "Kalau itu terjadi, satu-satunya penghubung di antara kita akan hilang. Mungkin saja, aku tak bisa bertemu lagi denganmu."

Tangisku pecah dan aku segera memeluk Nenek. Aku berjanji akan menjaga amulet itu beserta dengan hubungan serta kenangan kami yang berharga.

Nenek balas memelukku dan mengatakan bahwa aku harus menjadi anak baik.

Aku menenggelamkan kepala dalam lengannya. Tercium aroma campuran kayu manis dan roti panggang yang baru keluar dari oven. 

Aku pasti akan merindukannya.

Itulah terakhir kalinya kami bertemu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status