Abby and Her Amulet

Abby and Her Amulet

By:ย ย Wintersnowย ย Ongoing
Language:ย Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
19 ratings
17Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:ย ย 

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Abigail 'Abby' Montlace begitu terkejut saat terbangun di dalam hutan antah berantah setelah pesta ulang tahunnya yang ketujuh belas. Hal semakin aneh terjadi saat Maxwell Ignatius de Albertine, tokoh dongeng yang dibacakan neneknya saat kecil, menyelamatkannya. Kali ini giliran Abby menyelamatkan Maxwell dari kutukan yang membuatnya dibuang dari kerajaannya. Berhasilkah ia?

View More
Abby and Her Amulet Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
Melodie Reynolds Paladino
Thank ygoodness j
2022-07-03 09:25:49
1
user avatar
athena_vivian
Yah, udah dikunci. Makin penasarannn aja sama isi ceritanyaaaaa...
2021-06-02 09:30:22
1
user avatar
Catatan Ayra
Yeiy, yeiy fantasi time travel kah.. jd ingey drakor W two world genre fantasi
2021-06-02 09:22:17
1
user avatar
Pinnacullata
Wah fantasy , seru nih
2021-06-02 09:16:37
1
user avatar
AmandaLisa
Abigail ayo semangat, pasti kamu bisa menjadi penyelamat ๐Ÿ˜‰
2021-05-05 19:31:02
1
user avatar
Nyi Ratu
Apa ada rahasia dibalik amulet itu, ah jadi penasaran
2021-05-04 21:15:59
1
user avatar
Rosenorchid
Semangaaat, ceritanya bagus
2021-05-04 19:37:42
1
user avatar
Sungchanyah
Sukaa samaa ceritanyaa, semangat teruss kak
2021-05-04 17:58:11
1
user avatar
Novica Ayu
penulisannya Rapi Thor. izin Krisar, mungkin kalo per bab diberi judul yang menarik, pasti makin banyak yang baca.
2021-05-04 16:34:23
1
user avatar
Blue Leviatan
Suka ama cerita genre fantasy seperti ini ๐Ÿ˜
2021-05-04 16:06:27
1
user avatar
Vieneze
Suka banget๐Ÿ˜
2021-05-04 11:44:32
1
user avatar
Raf
Bagus banget ceritanya. Sukakโญ๐ŸŒน
2021-05-04 11:39:41
1
user avatar
DiantiDianti
Suka cerita fantasy,cerita bikin penasaran semangat slalu kak.
2021-05-04 11:36:22
1
user avatar
Nurja
Keren kak ceritanya.๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜
2021-05-04 11:14:01
1
user avatar
Apple Leaf
Wooow aku suka fantasi
2021-05-04 10:46:14
1
  • 1
  • 2
17 Chapters
1
Namaku Abigail Montlace. Semua orang memanggilku Abigail atau si bungsu dari keluarga Montlace.Tapi nenekku memanggilku Abby. Aku sangat menyukai nama itu. Sebenarnya aku menyukai apa saja yang dikatakan nenek.Beliau adalah pendongeng yang hebat. Cara penyampaiannya benar-benar bagus seolah semua dongeng yang diceritakan adalah kisah nyata. Tapi ada sebuah cerita yang paling kusukai yaitu mengenai Pangeran Maxwell. Pangeran malang itu dibuang oleh keluarganya karena sebuah kutukan yang menjadikannya seekor kucing saat matahari tenggelam. Ia akan kembali menjadi manusia saat lewat tengah malam.Dan hanya cerita itu saja yang tidak kuketahui akhirnya.Pernah suatu ketika aku menanyakan hal itu. Kalau tidak salah, saat usiaku masih tujuh tahun.Nenek dengan senyum hangatnya, menjawab bahwa ia masih belum menemukan akhir cerita yang pantas untuk pangeran Maxwell."Jadi, Nenek membuatnya sendiri?""Tentu saja tidak, Abby. Angin yang memberitahu
Read more
2
Dengan perasaan malu, aku harus mengakui kalau ucapan Nenek memang ada benarnya.Sesampainya di kota, aku nyaris melupakannya kalau tak ada amulet yang selalu bergantung di leherku.Kota ini benar-benar menyita perhatianku seolah ada aura magis yang menyelubunginya.Dulu, kami tinggal di desa terpencil di hutan. Jauh dari tetangga maupun keramaian.Di kota ini, jalan-jalan begitu ramai. Banyak toko yang menjual barang-barang yang asing bagiku.Boneka, gaun, perhiasan, sepatu, bahkan sampai makanan.Gedung-gedung dengan kaca mengkilap menjulang tinggi dan kereta kuda yang terparkir di depannya. Aku tak pernah melihat kereta kuda sebanyak itu.Jalannnya dibuat dari batu-batu berwarna kelabu sehingga saat hujan tiba, aku tidak akan menemui genangan air atau lumpur yang bisa merusak sepatuku. Oh, juga lampu-lampu di jalan yang menerangi saat malam tiba terlihat seperti parade kunang-kunang.Semuanya begitu indah.Kami tinggal di rumah yang cukup be
Read more
3
"Nona mengenal saya?" Tanyanya dengan dahi berkerut. Dia membungkuk sedikit sebelum melanjutkan, "Maaf atas ketidaksopanannya, tapi saya tidak yakin pernah menemui anda sebelumnya."Aku tergagap. Sepertinya tanpa sadar  aku mengucapkan namanya keras-keras."Aku.. aku.. sebenarnya.."Kruyuk!Perutku kali ini berbunyi sangat keras. Membuatku sangat malu. Tapi Maxwell tidak menampakkan emosi apapun.Ia memandangku dari ujung rambut sampai kaki lalu melepaskan mantel hitam panjang yang dipakainya.Ia masih memakai kemeja biru gelap berlengan panjang dan celana  panjang cokelat tua. Sarung pedangnya bertengger di pinggul sebelah kirinya."Sepertinya anda lebih membutuhkan ini dari saya. Dahan dan ranting bisa melukai lengan anda."Aku menerima mantel tersebut dan segera memakainya. "Terima kasih."Ia lalu melepas kedua sepatu bots warna kulitnya dan menaruhnya di depan kakiku.Tentu saja aku menolaknya."Tidak perlu seperti i
Read more
4
Maxwell mengangkat sebelah alisnya saat aku menyeruput sisa sup kentang buatannya dari mulut mangkuk.Entah karena lapar atau dia memang pandai memasak, tapi rasa supnya enak sekali. Aku bahkan tak menolak saat ia menuangkan sisa sup dari panci kepadaku."Kau tak bisa terus menggunakan mantel tua itu."Aku mengangguk. Kali ini setelah menghabiskan dua mangkuk sup, perutku takkan berulah lagi. "Sebelum itu, tolong jelaskan alasan kenapa kau ingin tapi tidak jadi membunuhku?""Maafkan aku. Tapi ayahku, Raja Albertine, sering mengirim mata-mata ataupun pembunuh bayaran untukku. Kupikir kau adalah salah satunya. Tapi, ternyata kau utusan penyihir suci.""Siapa yang kau maksud penyihir suci? Jujur saja, aku memang tidak tahu bagaimana bisa ada di tempat ini. Tapi yang jelas, aku bukanlah utusan siapapun.""Dari mana kau dapatkan kalung itu?""Ini hadiah perpisahan dari Nenek. Tapi benda ini bisa saja dibeli di pasar atau malah seseorang memberikannya pa
Read more
5
Entah dari mana aku mendapatkan keberanian itu, tapi tanganku sudah mencengkeram kerah bajunya. "Maxwell Ignatius de Albertine, aku sudah bertekad agar kau bisa menikah dengan seorang gadis manusia dan memiliki anak-anak manusia juga. Kau harus hidup bahagia dan terbebas dari kutukan sialan itu lagi.""Maxwell Knightwood, itu nama yang kupakai sekarang." Ia menepis tanganku dan merapikan kerah bajunya. "Kenapa kau terobsesi sekali dengan hal itu? Aku sudah bahagia. Sekarang yang terpenting, kau harus pulang. Keluargamu pasti sudah menunggumu.""Kau benar. Keluargaku pasti sudah menungguku. Karena itu mari kita patahkan kutukannya sekarang juga. Agar aku bisa pulang dengan nyaman. Anggaplah ini sebagai balas budi karena kau menyelamatkanku.""Balas budi?" Maxwell nampak tertegun dengan ucapan itu. "Aku menolongmu karena itu adalah hal yang benar.""Tapi tak semua orang melakukan hal yang benar. Kebanyakan hanya melakukan hal yang mudah. Kau bisa membiarkanku mati
Read more
6
Maxwell nampak aneh. Sejak kejadian itu, lelaki itu selalu nampak sedang berpikir keras.Berkali-kali ia menanyakan pertanyaan yang sama."Apakah kau benar-benar memegang liontin tersebut?"Kami sedang menerobos hutan. Sesekali, ia menggunakan pedang  untuk menebas ranting dan daun-daun yang menghalangi langkah kami. Jalan yang kali ini kami lewati berbeda dengan yang kami lalui untuk pergi ke pasar. Maxwel tidak menjawab saat kutanya mengenai kemana sebenarnya tujuan kami.Ia sepertinya sedang tak berminat untuk bicara. Jadi, aku berhenti mencoba.Jam makan siang sudah terlewat. Tapi kami masih berada dalam hutan.Malahan kalau bisa kubilang, kami hanya berjalan berputar-putar. Aku mengisi botol minuman untuk ketiga kalinya saat kami melewati sungai. "Kau tidak haus?"Lagi-lagi lelaki itu tak menjawab dan terus berjalan. Sambil menghela nafas berat, aku mengikutinya lagi dengan langkah lebar. "B
Read more
7
Aku hanya bisa melihat tiga hal di Pegunungan Utara. Tumpukan salju, pohon pinus yang meranggas dan langit dengan awan mendung."Ceritakanlah mengenai tempat tinggalmu." Kata Maxwell.Tapi jangankan untuk bercerita, bibirku tak bisa berhenti menggigil. Ini bukan musim dingin pertamaku.Malahan aku paling menyukai saat membuat boneka salju juga ketika berbaring di dekat perapian dengan selimut tebal dan secangkir cokelat panas.Tapi salju di sini benar-benar berbeda. Dinginnya sampai menembus tulang dan aku nyaris tak bisa menggerakan jemari tangan atau kakiku yang terasa kebas.Bahkan hembusan anginnya pun mengerikan. Beberapa kali aku nyaris terjungkal saking kencangnya angin tersebut. Tentu saja aku tak melihat rumah penduduk di daerah ini.Kemungkinan terburuk yang bisa ku alami adalah mati beku tanpa ditemukan siapapun.Tapi aku penasaran, apakah terkubur dalam gundukan salju akan membuat tubuh kita tidak membusuk unt
Read more
8
Hari ini aku tidak bisa tidur karena lapar.Jatah makan malamku sudah habis dan aku tak mungkin melahap jatah Maxwell juga. Mungkin karena aku tak memakai korset, nafsu makanku bertambah cukup banyak.Jadi, kupaksakan diri untuk membayangkan makanan enak sambil menatap api buatan Maxwell yang menjilati langit-langit gua. Baru saja saat aku membayangkan sepiring ayam panggang, terdengar suara serigala yang melolong.Aku mengenali suara itu sebagai tanda bahaya dan membangunkan Maxwell, yang sudah berubah menjadi manusia, dari tidurnya."Tidak apa, mereka hanya menumpang lewat," katanya dengan nada malas sebelum melanjutkan tidurnya lagi.Tapi aku menahannya, "Suara mereka terdengar sangat dekat. Cepat matikan apinya! Jangan-jangan mereka dapat mencium aroma keberadaan kita,"Maxwell menjentikan jarinya membuat sekeliling gua menjadi gelap. Hembusan angin di luar menjadi terasa amat dingin.Maxwell bersiap akan bergelun
Read more
9
Rasanya aku mau pingsan! Tentu saja karena kekenyangan. Semua makanan ini tidak bisa habis dan terus beregenerasi.Matahari sudah bersinar beberapa menit yang lalu, membagikan sedikit kehangatan."Kau tidak merasa pusing? Yang barusan kau lakukan itu sihir tingkat menengah. Pasti ada efek sampingnya, bukan? " Tanya Maxwell."Aku hanya merasa tubuhku menjadi berat."Lelaki itu mendengus sebelum mencecap winenya sampai habis, "Perutmu itu bisa meledak sewaktu-waktu. Jadi, berhati-hatilah."Aku mengambil kalkun panggang utuh, membungkusnya dengan daun-daun pinus kering sebelum memasukkannya ke dalam tas ku.Maxwell tidak membawa apapun, saat kutanya kenapa. Dia menjawab, "Sifat serakah takkan membawamu kemanapun." "Terserah, pokoknya jangan minta meski hanya segigit. Ayo kita harus segera lanjutkan perjalanan." Aku harus segera bergerak untuk menghil
Read more
10
Orang bilang hidup memang penuh kejutan. Tapi aku tidak suka kejutan semacam ini.Si laba-laba dengan tenang memilih untuk menonton kami dari jaring buatannya. Mengawasi dengan penuh konsentrasi sebelum menjadikan kami sebagai makan malam."Abby, kau punya ide?" Bisik Maxwell."Meskipun jarak pandang si tikus tanah itu terbatas, ia bisa mendengar gerakan kita.""Itu 'kan memang pengetahuan umum, Abby.""Karena itu, kau saja serang dia dari dekat dan mengecohnya. Aku akan mengusahakan sesuatu dengan sihirku." Kuakui aku jadi agak sedikit congkak dengan kekuatan baru ini. Semangatku membara seperti anak kecil yang menemukan mainan baru.Dia mengangguk dan mulai menyerang si tikus. Kalau boleh kubilang, gerakannya sangat tangkas dan cepat. Ia melayangkan serangan tersebut dengan mantap seolah yakin akan mengenai sasarannya.Dari gerakannya, Maxwell be
Read more
DMCA.com Protection Status