“Aji! Apa tujuan akhirmu di Padepokan ini,” tanya Rimpang kepada Ajiseka saat mereka sedang beristirahat. “Tidak ada, aku hanya ingin kuat dan membantu Romo menjaga kehidupan di wilayah Punden. Namun, aku berharap dapat membantu mengurangi kekejian di muka bumi ini, terlebih banyak siluman yang semakin merajalela dengan tingkat kekejian yang di luar nalar,” Jawab polos Ajiseka. “Ah! Kau ingin jadi pelindung rupanya. Ambillah jalur Naga, agar sesuai dengan niatmu, Ajiseka. Romoku pernah berucap jika Naga adalah pelindung yang kuat,” timpal Condro Kumolo. “Iya kah? Pasti akan sangat berat. Sudahlah, tidak perlu terlalu jauh berangan-angan. Aku sudah melihat banyak kematian, dan aku harus segera membantu Romoku menyelesaikannya.” Mampukah Ajiseka menuntaskan tujuannya? Apakah jalur naga jadi pilihan Ajiseka?
View MorePadepokan Kembang Kenongo dan padepokan Lowo Ireng akhirnya bersatu, mereka menyiapkan ratusan obor untuk penerangan sekaligus berfungsi sebagai pagar, pasalnya alat penerangan itu ditancapkan melingkari bangunan yang akan di gunakan. Kali ini acara sakral disiapkan secara hati-hati, pasalnya jika salah satu syarat tidak ada biasanya akan terjadi kericuhan. Bahkan, untuk mengantisipasi kesalahan, dua pimpinan berbeda padepokan tidak segan meneliti kembali pekerjaan yang dilakukan bawahannya.Sementara, Matahari sudah mulai condong ke Barat, menandakan jika sebentar lagi Sandikala tiba. Bersamaan dengan itu, persiapan telah selesai dikerjakan. Bahkan, sesajian sudah berada di titik yang di tentukan.Warga yang mengetahui hal itu segera mengabarkan kepada warga lainnya agar malam ini tidak keluar rumah. Bahkan, tidak sedikit warga yang bersiap menginap di rumah sanak saudaranya. Pasalnya, setiap ada kegiatan aneh , pasti ada saja yang menjadi korbannya.Langit menguning dihiasi semburat
Seonggok potongan kepala di turunkan secara perlahan, lalu disandingkan dengan potongan tubuhnya. Tidak lama kemudian matanya membuka lebar, perlahan tapi pasti tubuh yang terpisah dengan kepalanya itu merapat dan kembali menyatu. Ia tersenyum manakala seluruh organ tubuhnya telah tersambung sempurna. Tetapi tidak dipungkiri, tubuhnya terasa lemah akibat energi yang terkuras habis. Ia ambruk dan membutuhkan istirahat untuk memulihkan kondisi. Bahkan, untuk kembali ke markas padepokan Lowo Ireng dirinya harus ditandu. Disisi lain, setelah wakil pimpinan mengalami cedera luar biasa, padepokan Kembang Kenongo berencana memburu pelaku. Sayangnya pimpinan utama baru saja sampai di padepokan, sehingga niat para tetua harus tertunda untuk sementara waktu. Raut murka tercetak jelas di wajah sang pimpinan manakala mendapat laporan perihal kekisruhan bawahannya. “Kalian semua! Siapa pun yang mengenali wajah pelaku, aku tugaskan untuk menjadi telik sandi! Kekalahan Ki Brojolewo adalah pukulan
Tubuh tua itu meluncur deras, menghantam tanah kering dan menciptakan cekungan dalam. Bahkan, debu dan kerikil berhamburan akibat hempasan tubuh tuanya. Lalu darah mengalir dan merembes membasahi tanah kering dimana lelaki tua itu meringkuk.Ajiseka kembali menancapkan pedangnya, menjadikan senjata pusaka sebagai tumpuan tubuhnya yang bergetar akibat penyesalan diri. Pasalnya, ia telah melanggar janjinya kepada sang ayah. Janji tidak sembarang melukai apalagi membunuh.Ia terpekur, tenggelam dalam rasa yang menurutnya bersalah. Menunduk takzim sebagai rasa hormat kepada tubuh tua yang baru saja ia selesaikan kehidupannya. Tetapi tanpa diduga oleh Ajiseka, mata lelaki tua mengerjap dan jari jemarinya bergerak pelan.“Kehidupan kedua baru saja kumulai, wahai anak muda! Hua ha ha ha” lelaki itu tertawa sumbang, ia berdiri gagah walaupun tubuhnya masih tetap bersimbah darah.Hal itu membuat Ajiseka tercengang untuk beberapa saat, sebelum akhirnya sebuah energi padat meluncur deras ke arah
Akibat ledakan yang sering terjadi, lokasi pertarungan menjadi kacau balau. Ajiseka terpaksa menjauh, masuk ke dalam hutan guna menghindari kerusakan dan korban jika ada yang kebetulan melintas. Pasalnya mereka berada di pinggiran hutan, artinya sewaktu-waktu akan ada yang melintas.Bersamaan dengan itu, dua orang bawahan lelaki tua juga mengikuti pergerakan Ajiseka. Mereka khawatir jika tetua padepokan kerepotan menghadapi pemuda asing yang saat ini masih berkelebat semakin jauh meninggalkan pinggiran hutan. Bukan tanpa sebab kekhawatiran itu muncul, pasalnya sudah ratusan jurus dikeluarkan, tetapi belum juga mampu melumpuhkan lawannya.Dhar!Dhar!Dua ledakan menghentikan laju Ajiseka. Pasalnya pohon sebesar paha orang dewasa tumbang seketika saat terkena hantaman energi dari lelaki sepuh yang mengejarnya.“Berhenti bertele-tele, Wahai anak muda! Selesaikan disini atau seluruh sekte Kembang Kenongo akan mengejarmu sampai ke ujung dunia!” teriak lelaki sepuh itu.Mendengar itu Ajisek
TrikSosok sepuh tiba-tiba muncul, ia tidak langsung menyerang Ajiseka dengan digdayanya. Namun, tatapannya begitu tajam. Ia mendekati Ajiseka, memangkas jarak dan menelisik sosok muda yang belum terkalahkan oleh dua bawahannya.Tidak urung tatapan keduanya bersirobok, seketika aura panas terpancar dari tatapan lelaki sepuh. Tetapi Ajiseka mengindahkan hal itu, dirinya sadar ada yang aneh dengan sorot tajam lawannya. Namun, selama sanggup menahan tatapannya ia tidak akan mundur. Sebab Ajiseka sendiri sejatinya memiliki digdaya yang hampir mirip dengan yang di lakukan oleh lelaki sepuh itu.“Tidak kusangka, aku menemukan pemuda yang memiliki bakat luar biasa. Ikutlah denganku, Wahai anak muda, lupakan perseteruan ini. Bergabunglah dengan padepokan Lowo Ireng, maka kau akan mendapatkan kesenangan hidup,” ucap lelaki sepuh itu.“Sudah jelas yang saya lihat, Ki. Tidak ada gunanya linuwih jika digunakan untuk keburukan,” jawab Ajiseka tanpa memalingkan tatapannya.“Keburukan seperti apa ya
“Ajiseka! Berhati-hatilah, banyak dedemit yang turut menyerangmu! Maaf, untuk saat ini aku tidak bisa membantu dirimu, waspadalah!” teriak Calingkolo kepada Ajiseka.Baru sekali ini Calingkolo menghindari pertarungan Adik seperguruannya, dirinya tau betul jika memaksakan diri tetap berada di tempat. Oleh sebab itu ia memilih secepatnya menghindari lokasi pertarungan. Tidak main-main, Calingkolo meninggalkan Ajiseka sejauh mungkin, pasalnya ia tidak ingin aura silumannya terendus oleh lelaki kurus yang menatapnya.Sementara itu, usai mendengar ucapan kakak seperguruannya, Ajiseka langsung memasang kewaspadaan tinggi. Bahkan, lelaki kurus yang hanya berdiam diri tidak luput dari pengamatan netranya. Seketika ia menduga jika kepergian Calingkolo berasal dari Lelaki itu.Serangan demi serangan terus terlontar, tetapi sejauh ini Ajiseka masih mampu mengimbanginya. Tidak dipungkiri, tenaga dalam dari kedua lelaki yang menyerangnya memiliki tingkatan yang tinggi. Bahkan, kemungkinan hal seru
“Ingat, Ajiseka. Baiknya kau berhati-hati,” Calingkolo mengingatkan Ajiseka. Pasalnya ia melihat gelagat tidak beres dari adik seperguruannya.“Jujur aku penasaran dengan sekte itu, Kang. Bahkan, Padepokan tempat Romoku menimba ilmu pun, di hancurkan oleh anggota sekte itu. Sekalipun kejadian itu sudah puluhan tahun berlalu, tetapi aku yakin ada yang tidak beres hingga saat ini,” ujar Ajiseka.“Ya, itu sudah pasti. Seperti yang dikatakan oleh Ki Haryo Wicaksono, kau harus berhati-hati,” jawab Calingkolo.“Ya! Aku tau, Kakang. Bahkan, saat ini ada sepasang mata yang mengintai kita, Kang. Tetapi biarkan saja, aku ingin tau apa yang akan dia lakukan kepada kita,”“Biarkan pengintai itu menjadi urusanku, bawa dia menjauh dari sarangnya.”Ajiseka tersenyum tipis menanggapi ucapan kakak seperguruannya. Lagi-lagi dirinya menatap simbol dan mengeja aksara yang tertera di pilar itu. ‘PADEPOKAN LOWO IRENG’ nama padepokan yang berbeda, tetapi memiliki simbol yang sama.Langkah Ajiseka semakin me
Penyesalan Siluman buaya buntung yang bernama Surodono tidak berarti sama sekali, energi mustika bening seluruhnya sudah menjalar di tubuh Ajiseka. Akibatnya seluruh kekuatan yang dimiliki oleh Surodono perlahan melemah. Bahkan, wujud kepalanya berangsur memudar.Ya! Siluman buaya itu kalah sebelum melawan, pasrah dalam diam dan perlahan dari tubuh besarnya keluar gelembung-gelembung kecil. Sebuah proses yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Leburnya kekuasaan terhadap istana kecil dan juga dirinya.Bahkan, Surodono masih sempat melihat jiwa-jiwa yang ia tahan berhamburan keluar dari tempat penahanannya. Lalu, lambat laut tubuhnya menyusut dan berubah menjadi gelembung kecil, lesap sudah sosok buaya raksasa yang ratusan tahun berdiri di tengah Kedung. Mencari tumbal dengan dalih sesaji dan menjadikan orang asing sebagai mangsa yang sah menurut dirinya.Seonggok benda mirip permata tergolek di dasar sungai, Mustika buaya, barang yang paling berharga milik Surodono itu tidak t
Air bergolak dan gelembung-gelembung mulai muncul seiring bergeraknya anggota tubuh sang siluman. Bahkan, pusaran yang semula menyembul di permukaan Kedung berganti menyebar di kedalaman air. Selayaknya angin puting beliung, pusaran itu bergerak memutar dengan daya putar yang luar biasa.Ajiseka yang semula berdiri tenang mulai menerima efeknya, tubuhnya seperti terdesak benda yang memiliki bobot luar biasa berat. Tetapi anehnya, arus putaran tidak membuat dirinya terpental. Namun, malah berusaha menyedot raga Ajiseka agar masuk ke dalam lingkaran pusaran air yang semakin menyebar luas.“Kau menyerahkan dirimu sendiri wahai anak manusia ... Energimu begitu besar, dan aku menyukai itu mue he he he,” kelakar sang siluman. Dirinya begitu yakin raga mangsanya akan tersedot dan masuk di dalam lingkaran digdaya yang ia kerahkan.Tentu dirinya begitu yakin jika pemuda yang saat ini terombang-ambing akan tersedot oleh pusaran air ciptaannya. Bahkan, dirinya memaklumi jika proses itu memakan w
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.