Share

15

Perjalanan menuju Tusban telah dimulai. Atau setidaknya begitu.

Kami meninggalkan rumah si tetua setelah sarapan.

Dia sepertinya benar-benar tak ingin merenovasi dindingnya yang hancur tersebut.

Max dan aku bukannya menolak ingin membantu. Tapi kami tak bisa melakukan apapun.

Meski begitu, sepanjang perjalanan ini, Max menggerutu dan terus mengataiku sebagai penyihir tanpa hati.

Kubiarkan saja dia. Ini bukan pertama kalinya ia mengataiku macam-macam. Dan juga, sihir, yang masih belum kukuasai dengan benar ini, lebih mumpuni untuk menghancurkan sesuatu ketimbang memperbaiki.

Max menatap langit saat kami berada di area terluar perbatasan hutan timur.

"Ternyata sudah tengah hari. Perasaanku saja atau kita memang berjalan lebih cepat dari sebelumnya?"

Aku membungkuk agak dalam ke arah pegunungan bersalju yang baru kulewati. "Terima kasih, Dewi Fa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status