Share

DUA

Putra berdiri di samping Vivi sementara Choky berdiri di belakang Reza.

Mereka berdua sedang berdiskusi pengembangan proyek lalu tiba-tiba Reza berkomentar.

"Hari ini kamu segar sekali, apakah ada hal yang menyenangkan semalam?"

Vivi otomatis menoleh ke Putra.

Putra menghela napas ironis, di tanggal merah harus masuk kerja karena kedua atasannya sedang mengembangkan proyek baru. Otomatis sebagai sekretaris mereka berdua, dia harus hadir.

Choky ikut menatap Putra dengan heran lalu cekikikan ketika melihat rona wajah temannya yang segar.

Putra ingin memukul kepala Choky lalu mengalihkan tatapannya ke Reza dengan wajah sedih. "Tuan besar, tidak bisakah kita konsentrasi bekerja? Saya sedang semangat bekerja?"

Vivi yang tertarik segera berpindah tempat untuk duduk di pangkuan sang suami. "Cepat ceritakan, apakah ada sesuatu yang menyenangkan semalam?"

Putra menggeleng. "Tidak ada, yah memang saya hanya kencan semalam tapi tidak ada yang istimewa untuk menjadikannya pasangan."

"Kamu ONS?" tanya Choky terkejut.

Vivi dan Reza mengerutkan kening tidak mengerti. Bukannya mereka tidak paham arti ONS tapi lebih ke penasaran. Putra yang gila kerja berani ONS?

Reza mendecak. "Hati-hati penyakit, kamu harus ke dokter dulu. Jangan dekati istriku beberapa hari ini."

"Apakah itu menyenangkan?" tanya Vivi yang penasaran.

Putra mengutuk dirinya di dalam hati. Kenapa bisa terlalu jujur bicara ke mereka bertiga. "Yah, menyenangkan di malam hari tapi menyebalkan di pagi harinya."

"Apakah pasangannya berwajah jelek?" tanya Vivi.

Putra mulai mengingat wajah manis Nada dan tubuhnya yang tidak terlalu gemuk tapi juga tidak kurus, lemak berada di posisi yang tepat. Tapi begitu mengingat wajahnya yang menyebalkan, dia menjadi kesal.

Choky berkomentar. "Sepertinya memang jelek."

Vivi memberikan saran. "Jangan terlalu sering melakukannya, kanu juga harus rajin melakukan tes kesehatan. Info ke bagian accounting untuk ganti biaya check up."

"Terima kasih atas sarannya, tapi ini kali pertama sekaligus terakhir saya melakukannya."

Reza menatap tidak percaya Putra. "Jangan dekati kami sebelum kami melihat hasil tes kesehatan kamu."

Putra menghela napas panjang.

---------

Dua minggu, lima hari kemudian. Di pagi hari saat orang-orang melakukan kegiatan produktif. Para supervisor melakukan briefing, yang menarik disini adalah pertengkaran manager marketing, accounting dan tangan kanan bos. Putra.

"Pak Putra, saya hanya menjalankan tugas seperti biasanya. Tidak mungkin dong saya menghabiskan uang perusahaan begitu saja." Nada benar-benar tidak habis pikir dengan cara berpikir Putra yang menekan divisi marketing. "Pak Aditama saja menyuruh kami bekerja semaksimal mungkin, dan anda menyuruh saya menekan biaya operasional?"

"Saya hanya menekankan biaya operasional marketing bukan menekan pekerjaan kalian." Putra melipat tangan dan bersikap menantang Nada, seolah melupakan percintaan mereka di malam tahun baru.

Nada menatap kesal Putra. "Masalahnya saya hanya mengajak makan siang pihak perwakilan travel dan anda marah ke saya begitu melihat biaya makannya?"

"Oh iya, bagaimana bisa menghabiskan uang satu juta hanya untuk makan siang? Berapa orang yang makan siang dengan kamu dan tim? Kalian kalau hanya memperkenalkan kamar dan fasilitas hotel, cukup makan siang di hotel sehingga memperkenalkan menu, jangan keluar lagi! Pihak accounting juga tidak tegas menangani masalah ini!"

Nada mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Sudah lihat rincian biayanya untuk apa? Satu juta bukan hanya untuk makan, saya juga sudah mencantumkan keseluruhan rincian dengan accounting karena tahu bapak pasti akan mempermasalahkan hal ini."

Supervisor accounting hanya menundukkan kepala. Tidak berani ikut campur dalam pertengkaran mereka berdua. Rasanya ingin mengadu ke manager tapi pihak manager keuangan pusat sedang sibuk.

Masalahnya Nada adalah manager marketing pusat yang menaungi keseluruhan hotel milik grup Aditama, menggantikan manager sebelumnya yang ditugaskan di luar negeri oleh tim Aditama group. Dia bisa sesuka hatinya meminta rembouse untuk biaya operasional tim marketing.

Putra yang biasanya harus menyaring laporan dari berbagai departemen, sakit kepala ketika melihat pengeluaran yang dianggap tidak masuk akal.

Contohnya saja sekarang, biaya menemani perwakilan travel untuk kerja sama dengan website mereka, membutuhkan biaya satu juta rupiah hanya untuk makan siang.

"Saya tidak memakai uang untuk kehidupan pribadi, saya hanya melakukan pekerjaan saya seperti biasanya. Pak Putra, coba cek kembali penjelasan pengeluaran itu untuk apa," kata Nada.

Di balik kaca mata kerja, mata Putra menyipit curiga. "Saya sudah membaca penjelasan di sana, yang membuat saya tidak mengerti adalah bagian kamu makan siang sebanyak itu."

Nada memegang belakang tengkuk kepalanya dengan sakit. "Ha- rasanya aku ingin menampar mulut penjilat kamu itu."

"A- apa? Penjilat? Kamu menuduh saya penjilat?!"

"Memang, kamu melakukan ini untuk mencari muka dan menjilat bos!"

Putra menaikan kaca matanya ke ujung pangkal hidungnya yang mancung. "Saya akan memberikan sp ke kamu, nikmati saja pekerjaan yang sekarang."

SP?

Nada menatap geram Putra. "SP? Kamu berani kasih aku SP?"

Putra menatap dingin Nada. "Kamu sendiri juga berani menghina saya."

"Pak, ini masalahnya hotel kita itu bintang kelap kelip yang mahal banget."

Semua orang yang mendengar hampir tertawa. Nada bermaksud mengucapkan bintang lima tapi karena terlalu emosi akhirnya yang terucap hal lain.

Hebatnya, lawan bicara Nada sama sekali tidak tertawa dan menganggap serius perlawanannya. Ini juga lah yang menjadi salah satu hiburan mereka semua.

Putra mendekati Nada sementara Nada di sela ceramahnya tiba-tiba mual.

Semua orang terpana.

Nada menutup mulut dengan terkejut lalu menatap Putra yang melotot marah.

"Sekarang kamu ingin menghina saya?" tanya Putra.

Nada menggeleng panik lalu memalingkan wajahnya ke rekan-rekan kerja.

Semua rekan kerja tidak berani menatap Nada.

Putra kembali mendekati Nada yang menjauh, melihat wajah Nada yang mendadak pucat. "Kamu baik-baik saja?"

"Hai guys, kalian semua sudah selesai briefing? Aku bawa ayam panggang kesukaan kita, bagi-bagi yaa- hari ini aku sukses mendapat bonus dari sewa motor." Manajer operasional masuk dan membawa dua kantong plastik berukuran besar lalu diletakkan di atas meja.

Baunya harum dan membuat orang-orang lapar sementara Nada yang mulai panik menjadi bertambah mual dan segera berlari keluar ruangan.

Manajer operasional menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lho, bu Nada kenapa? Apa saya mengganggu pertarungan antara pak Putra dan bu Nada?"

Putra menatap pintu yang dilewati Nada dan mulai memikirkan kejadian malam tahun baru lalu bertanya pada diri sendiri. Apakah dia hamil?

Manajer operasional berdiri di samping Putra. "Pak, jangan merasa bersalah. Wanita itu memang sangat lembut dan tidak bisa dimarahi terus-terusan. Coba sesekali jangan marah ke bu Nada."

Putra melihat jam tangan. "Saya ada jadwal ke tempat lain, apakah ada yang masih ditanyakan?"

Semua orang menggeleng cepat.

Putra pergi meninggalkan ruangan setelah memberikan salam. Begitu pintu ditutup, semua orang menghela nafas lega dan mengantri makanan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status