Dua hari kemudian.
Kalian tahu, hal apa paling ngenes dalam hidup? Duduk di depan bersama partner kerja sambil dengar ah uh ah uh di belakang mobil yang sudah ditutup dengan sekat dalam keadaan jomlo mampus.Choky bisa mengalihkan perhatian dengan menyetir, lalu Putra? Hanya bisa mencoba konsentrasi dengan melihat pemandangan dari dalam mobil. Dia tidak bisa membaca dokumen terlalu lama di dalam mobil karena pusing.Tidak lama Reza memutuskan membatalkan seluruh janji hari itu juga. Putra tidak bisa membantah karena yang mereka temui tidak terlalu penting. Ah, ada satu yang penting tapi pasti sengaja diundur terus.Ayah dari Cefrilizia yang mengejar Reza.Putra segera menghubungi satu persatu orang-orang yang akan dibatalkan janjinya, menyisakan Tommy Heard."Hallo, selamat pagi. Saya sekretaris bapak Reza Aditama, saya mau mengonfirmasikan bahwa beliau terpaksa membatalkan janji hari ini.""Tunggu sebentar."Choky melirik Putra yang akan kena imbas kelakuan seenaknya si bos. Yang mengangkat sepertinya sekretaris pak Heard lalu begitu tahu siapa yang menelepon, cepat-cepat dialihkan ke atasannya."Hallo!""Tuan Heard.""Orang itu membatalkan janji lagi? Apakah dia sudah gila? Melakukan ini kepadaku yang akan memberikan uang banyak?!"Sejujurnya tuan Heard, tuan besar memiliki keluarga yang cukup kaya sehingga mampu menendang kesombongan anda. Batin Putra yang tidak mungkin mengutarakan niatnya ini."Aku disini berinvestasi karena kagum dengan visi dan misi grup kalian tapi ternyata atasan kamu lebih memilih menghina dan menginjak kami!"Seandainya putri kesayangan anda tidak mengejar atasan kami, mungkin anda tidak berakhir seperti ini. Batin Putra.Seolah bisa mendengar percakapan Putra, Reza menurunkan pembatas dan memperdengarkan suara merdu sang istri dengan sengaja.Choky hampir menginjak rem mobil sementara Putra hampir menjatuhkan handphonenya.Dengan punggung telanjang memunggungi mereka, Vivi bergerak cepat."SUARA APA ITU?!"Putra tidak menjawab. Tidak mungkin dia menjawab suara intim kedua atasannya secara terang-terangan."Atasan kalian memang tidak bermoral, meskipun ide bisnisnya luar biasa! Aku tidak akan menyerah bertemu dengannya, jangan sebut aku Tommy Heard kalau tidak bisa bergabung sebagai investor!"Tuut tuut tuutPutra mengintip belakang lewat kaca mobil, rupanya sudah dinaikan kembali.Putra menghela napas panjang. "Pak Tommy ini- entah perlu dikasihani atau kagum dengan keras kepala-"Choky menjawab dengan enteng. "Orang seperti itu selalu merasa dirinya benar.""Yah."TringPutra melihat notifikasi handphone dan terkejut.Aku hamiiiillll >○<Kedua mata Putra terbelalak ketika melihat gambar test pack berjejer banyak dengan garis dua dan tulisan seperti itu.Aku akan menjadi ayah?"Ada apa?" tanya Choky yang sudah menghentikan mobil di lampu merah.Putra menggeleng lalu memasukan handphone ke saku dalam jasnya. Berusaha bersikap profesional.---------Di sela pekerjaan, Nada yang sesekali mengintip handphone, menghela napas kecewa. Putra sudah membaca pesannya tapi tidak dibalas sama sekali, padahal dia mengharapkan sumpah serapah yang akan keluar.Ah, ternyata harapannya terlalu tinggi."Bu Nada.""Ya?" Nada mengangkat kepala begitu ada yang mengetuk pintu ruangannya yang terbuka."Pak Reza dan istrinya sudah datang, kita meeting sekarang."Nada melihat jam tangan sebentar lalu segera mengambil beberapa dokumen yang dibutuhkannya.Setelah sampai di ruang meeting dan duduk di posisi masing-masing manajer pusat, mereka segera berdiri ketika Choky masuk membuka pintu untuk memberikan jalan kepada Reza, Vivi dan Putra.Reza duduk di kursi kebesaran, melihat para manager sudah hadir dan duduk di masing-masing kursi sementara istrinya duduk di samping, membaca dokumen di atas meja."Selamat siang semuanya."Para manager pusat membalas sapa atasannya, Putra berdiri di samping kursi Reza sementara Choky seperti biasa di pojok supaya tidak ada yang gagal fokus dengan badan besarnya."Beberapa bulan ini saya kurang fokus dengan perusahaan dan istri saya yang menggantikan-"Tentu saja, anda menikmati bulan madu sampai keterusan. Batin para manager pusat."Tapi saya juga tetap mengawasi perusahaan."Yang selama ini anda awasi itu istri, bukan perusahaan. Batin para manager pusat.Vivi membaca keseluruhan laporan dengan seksama sementara kaki sang suami menempel di kakinya."Jadi, silahkan dimulai rapat hari ini."Nada maju dan mulai menyalakan layar proyektor, Vivi meletakan dokumen di atas meja suaminya dan melihat layar proyektor.Nada mulai membahas masalah yang dialami tim marketing sementara Putra memperhatikan dengan seksama.Selesai bicara, Nada mulai berkata. "Peraturan sekarang di saat pandemi tidak seketat sebelumnya tapi masih harus kita awasi, saya ingin bapak dan ibu tidak marah tentang kegiatan kami yang mengeluarkan banyak uang. Sebelumnya kami juga sudah mengajukan proposal persetujuan sebelum ada yang salah paham."Nada tidak ingin ada masalah seperti kemarin, sudah mengajukan proposal ke General manager pusat tapi malah dimarahi tangan kanan si bos. Menyebalkan, bukan?Vivi mengerutkan kening. "Aku rasa tidak ada masalah dengan laporan terakhir kamu, kita memang harus membangun citra di mata pihak travel mengingat sebagian besar hotel kita adalah bintang lima. Berbeda lagi jika suamiku tidak setuju dan meneruskannya ke Putra."Reza melirik sang istri sekilas lalu melirik Putra. "Apakah ada masalah?"Putra menatap dingin Nada yang melempar tatapan mengejek. Setelah memberikan hadiah berupa test pack, sekarang malah akan memberikannya bom? Luar biasa!Jika Putra bisa bertepuk tangan, dia akan tepuk tangan sekarang juga."Saya merasa tidak melakukan kesalahan, apa yang dilakukan tim marketing di bawah asuhan manager marketing pusat memang ada kesalahan. Alih-alih membawanya ke restoran tempat hotel kita malah membawa ke restoran di luar hotel. Di samping itu kita bisa memperkenalkan menu masakan hotel kita.""Saya sudah melakukan itu di hari pertama sementara hari kedua saya berinisiatif mengajak makan siang di luar hotel tempat kami untuk mencari suasana baru.""Anda bisa dengar sendiri, kita harus memperketat pengeluaran beban mengingat jumlah tamu kita tidak terlalu banyak."Nada mengerti sindiran pria brengsek ini. Bahkan seorang marketing pun tidak bisa mendatangkan tamu banyak di saat pandemi, jadi berhentilah menambah beban perusahaan."Apakah anda tidak membaca laporan yang sudah saya cantumkan di dalam beserta alasannya?"Vivi dan Reza kembali membaca salah satu laporan yang dilampirkan Nada dan dijadikan bahasan dalam rapat lalu melirik Putra dan Nada yang berapi-api tidak mau saling mengalah.Bertahun-tahun menjadi partner kerja Putra, Choky paham salah satu sifat temannya yang suka berapi-api dan semangat jika melakukan suatu hal hingga akhirnya dia mengutarakan pemikirannya tanpa menyaring."Apakah kalian berdua sudah tidur bersama?"Putra dan Nada melotot ngeri ke Choky, jantung berdebar takut ketahuan.Semua orang terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Choky.Nada menatap marah Choky. "Pak Choky, saya bisa menuntut anda atas kasus penghinaaan! Bagaimana bisa saya tidur dengan pria kejam dan gila kerja seperti dia?"Choky menepuk mulutnya lalu menatap maaf Nada. "Maafkan saya, lidah terselip."Putra menaikkan kaca mata dan tersenyum sinis. "Tenang saja, bu Nada juga bukan tipe saya. Wanita kasar yang tidak bisa dikasih tahu dan harus dimarahi dulu supaya mengerti.""Oh bagus, jika saya bukan tipe bapak. Tipe kaku yang bahkan mungkin saja patut dipertanyakan saat melakukan seks di atas tempat tidur," ucap Nada sambil menaikan kedua bahunya.Putra tersenyum sinis mengingat malam tahun baru, Nada bersikap pasrah bahkan menjerit nikmat. "Apakah anda seyakin itu, ibu Nada terhormat?"Nada mengangguk tegas. "Ya."Reza bertanya. "Sudah selesai?""Ya!" jawab Putra dan Nada bersamaan. "Saya tidak keberatan dengan pekerjaan kalian berdua, setidaknya kalian harus bisa menjadi tim kerja yang baik. Untuk kasus sekarang saya anggap sudah selesai dan tid
Nada menepuk perut dengan kenyang. Setelah menyelesaikan makan dengan Putra, dia segera melarikan diri ke ruangan.Tidak lama rekan-rekannya datang dari kantin dan melihat Nada yang sudah menepuk perut.'Sudah makan?"Nada mengangguk. "Makan apa?""Hanya salad.""Segitu kenyang?""Ya.""Pantas saja badan bu Nada kecil terus." Sahut teman lain sambil duduk.Nada tidak tahu apakah itu hinaan atau pujian. Yang terpenting kebutuhan makan jabang bayi terpenuhi.TringNada membuka handphone dan terkejut.[Mau dibelikan buah? Kebetulan aku harus keluar bersama Choky.]Nada segera membalasnya. Tidak ada, terima kasih.Nada segera meletakan handphone dan hendak bicara.Tring.Nada membuka handphonenya lagi. [Saya belikan parsel buah yang cocok untuk wanita hamil.]Nada hampir saja melempar handphonenya, dia jijik dengan perhatian Putra.Sejak kecil Nada melihat perselingkuhan ayah jadi wajar tidak terlalu mengutamakan perjalanan cintanya. Karena beranggapan pria hanya mengumbar janji.Setela
Putra akhirnya membawa parsel buah ini dengan beberapa pertimbangan, dia harus memberikan sendiri barang ini ke Nada dan menjadikannya sebagai alasan untuk permintaan maaf. Yah, Putra sendiri tidak tahu letak kesalahannya dimana tapi melihat Nada mau menerima semua makanan buatannya, mau tidak mau dia juga harus mengalah.Toh semua pekerjaannya selesai dengan cepat.Plak!Putra dan Choky mendengar suara tamparan keras begitu berjalan masuk ke lobby."KAMU BILANG APA?!"Nada yang juga terkejut, menyentuh pipinya yang ditampar lalu tak lama dia berhasil menguasai keadaan."KAMU TAHU TIDAK, SAYA SUDAH CAPEK-CAPEK PERJALANAN JAUH DAN KAMU MAU MENGUSIR SAYA?!"Nada menunjukkan senyum bisnis. "Maaf ibu, saya hanya menyarankan supaya ibu tidak merasa rugi. Saya juga akan mengembalikan uang sepenuhnya."Putra mengerutkan kening begitu mendengar keputusan seenaknya Nada. Aturan hotel adalah tidak mengembalikan dana dp jika masuk masa high season dan sekarang sudah masuk masa itu. Choky yang b
Putra tidak suka melihat ibu dari anaknya dibentak di depan umum apalagi didorong dalam keadaan hamil. "Kami tahu pelanggan adalah raja tapi kami juga ingin mendapat timbal balik dari anda, hargai salah satu karyawan kami. Seandainya saja anda tidak emosi dan menuduh ini itu, mungkin kami akan memberikan kompensasi meskipun kesalahan bukan ada di pihak kami." Putra menatap dingin keluarga tamu itu. "Jika anda ingin menyebar luaskan kritikan anda, kami akan terima dengan senang hati dan membuka cctv di depan umum."Keluarga itu terdiam dan cemberut, akhirnya mereka pilih meninggalkan hotel dan menginap di tempat lain. Mereka juga tidak berani mengancam setelah mendapat ancaman terlebih dahulu.Sedari awal, Putra sudah menjabarkan masalahnya di depan mereka. Setelah mereka pergi, dan suasana mulai terkendali yang untungnya masih belum ada tamu yang mondar mandir di lobby.Putra berdiri di hadapan Nada dan membentak. "Saya sudah bilang tadi untuk tidak memakai sepatu hak tinggi, kenapa
Nada dan Putra saling beradu pandangan.Putra tidak bermaksud bersikap romantis, dia hanya ingin bertanggung jawab.Nada juga tidak menganggap romantis semua yang dilakukan Putra.Mereka berdua hanya dua lawan jenis canggung tentang hubungan dan ingin bertanggung jawab terhadap anak yang belum lahir, meskipun cara untuk mendapatkannya salah.Tin! Tin!Nada dan Putra sama-sama menoleh ke sumber suara yang baru berhenti di samping mereka.Sopir Taxi keluar dan bertanya. "Ibu Nada?"Nada segera pergi ke arah Taxi. "Saya, pak."Putra menarik tangan Nada. "Tidak jadi, pak. Biar dia pulang sama saya.""Eh, nggak pak. Jangan, saya sama bapak saja."Putra menatap tajam Nada. "Kamu serius pergi sama orang tidak dikenal?""Orang tidak dikenal gimana? Dia sopir taxi.""Sopir taxi tapi orang asing sama saja bohong."Sopir taxi menjadi tidak tahan lagi. "Maaf, kalau masih lama- saya kenakan charge menunggu lho." Ancamnya.Nada menarik tangan lalu masuk ke dalam taxi.Putra menatap sopir taxi. "Pak
Jam sebelas siang, Putra memutuskan istirahat lebih awal dan minta izin ke Vivi.Vivi mengangguk kasihan. "Wajah kamu pucat, yakin tidak ke dokter?""Mungkin hanya masuk angin, istirahat lebih awal sudah cukup.""Oke."Putra menutup pintu ruang kerja dan pamit ke Choky. "Aku istirahat sebentar.""Pulang ke rumah saja, nyonya pasti mengizinkan.""Tidak perlu."Putra segera turun dengan lift lalu berjalan menuju lobby. "Pak Putra, ini kartunya lalu makanan mau diantar sekarang?" tanya staff fo sambil memberikan kartu kamar ke Putra. "Telepon saya satu jam lagi untuk info makanan yang mau dikirim," kata Putra.Nada yang baru keluar dari ruang marketing, melihat Putra sudah berjalan menuju kamar. Dia segera menghampiri staff fo. "Pak Putra sakit?""Tidak tahu, bu. Tapi wajahnya pucat sekali."Nada menghela napas panjang lalu memberikan laporan ke fo. "Berikan ini ke manager fo pusat ketika sudah datang, tamu kamar 108 komplain mengenai lampu kamar yang mati, hk sudah membantu ganti lamp
Koki utama dan timnya bingung dengan pertanyaan Putra."Pak-" manager operasional pusat menatap ngeri Putra yang menyesap sari lemon dengan santai.General manager berusaha mencairkan suasana. "Wah, pak Putra ternyata suka makan yang asam-asam ya.""Ya, kadang kala jika nafsu makan saya menurun. Saya makan sayur asam dan sambal untuk meningkatkan nafsu makan." Putra menjawab dengan santai lalu bertanya ke koki utama. "Apakah ini salah satu menu yang diminati tamu?"Semua orang tercengang mendengar penjelasan Putra. Sayur asam dan sambal? "Pak Putra, ternyata anda juga orang Indonesia seperti kami," cengir manager engineering pusat yang langsung dapat sodokan sikut dari manager keuangan pusat.Putra mengerutkan kening. "Nama saya saja Putra, Indonesia banget. Bagaimana bisa bukan orang Indonesia?"Nada hampir mengeluarkan isi perutnya ketika melihat Putra makan pudding kue itu dengan lahap. "Pak, mulutnya tidak terasa sesuatu atau gimana?"Putra menggeleng polos. "Tidak, enak kok. Mau
"Putraaaa!!!"Terdengar suara cempreng yang dikenal semua staff hotel ini. Yami Trisha."Putra, lama tidak bertemu! Hari inu aku tidak membawa bekal karena seharian keluar sama mami tapi aku bawa oleh-oleh buat calon suami masa depanku."Putra mendadak pucat dan mual begitu menghirup parfum Yami. "Menjauh!"Yami cemberut manja. "Kenapa sih? Kamu masih saja begitu sama aku, padahal kita sudah berbagi ciuman."Wow, berita heboh! Pantas saja si Yami ini bersikeras mengejar Putra, ternyata bibirnya sudah ternoda.Putra menatap dingin Yami. "Saya hanya menolong anda karena tenggelam di kolam renang, saya tidak ingin ada kematian di hotel ini hanya karena pertunjukan bodoh seseorang."Saat itu Yami berkumpul bersama teman-temannya di hotel ini dan bermain akrobat di pembatas kolam renang untuk memamerkan kemampuannya. Tidak sengaja terpeleset lalu tenggelam, kebetulan pengawas sedang ke toilet sehingga Putra yang ada di sana menyelamatkannya.Sejak saat itu Yami jatuh cinta dan mengejarnya.