Share

LIMA

Dua hari kemudian.

Kalian tahu, hal apa paling ngenes dalam hidup? Duduk di depan bersama partner kerja sambil dengar ah uh ah uh di belakang mobil yang sudah ditutup dengan sekat dalam keadaan jomlo mampus.

Choky bisa mengalihkan perhatian dengan menyetir, lalu Putra? Hanya bisa mencoba konsentrasi dengan melihat pemandangan dari dalam mobil. Dia tidak bisa membaca dokumen terlalu lama di dalam mobil karena pusing.

Tidak lama Reza memutuskan membatalkan seluruh janji hari itu juga. Putra tidak bisa membantah karena yang mereka temui tidak terlalu penting. Ah, ada satu yang penting tapi pasti sengaja diundur terus.

Ayah dari Cefrilizia yang mengejar Reza.

Putra segera menghubungi satu persatu orang-orang yang akan dibatalkan janjinya, menyisakan Tommy Heard.

"Hallo, selamat pagi. Saya sekretaris bapak Reza Aditama, saya mau mengonfirmasikan bahwa beliau terpaksa membatalkan janji hari ini."

"Tunggu sebentar."

Choky melirik Putra yang akan kena imbas kelakuan seenaknya si bos. Yang mengangkat sepertinya sekretaris pak Heard lalu begitu tahu siapa yang menelepon, cepat-cepat dialihkan ke atasannya.

"Hallo!"

"Tuan Heard."

"Orang itu membatalkan janji lagi? Apakah dia sudah gila? Melakukan ini kepadaku yang akan memberikan uang banyak?!"

Sejujurnya tuan Heard, tuan besar memiliki keluarga yang cukup kaya sehingga mampu menendang kesombongan anda. Batin Putra yang tidak mungkin mengutarakan niatnya ini.

"Aku disini berinvestasi karena kagum dengan visi dan misi grup kalian tapi ternyata atasan kamu lebih memilih menghina dan menginjak kami!"

Seandainya putri kesayangan anda tidak mengejar atasan kami, mungkin anda tidak berakhir seperti ini. Batin Putra.

Seolah bisa mendengar percakapan Putra, Reza menurunkan pembatas dan memperdengarkan suara merdu sang istri dengan sengaja.

Choky hampir menginjak rem mobil sementara Putra hampir menjatuhkan handphonenya.

Dengan punggung telanjang memunggungi mereka, Vivi bergerak cepat.

"SUARA APA ITU?!"

Putra tidak menjawab. Tidak mungkin dia menjawab suara intim kedua atasannya secara terang-terangan.

"Atasan kalian memang tidak bermoral, meskipun ide bisnisnya luar biasa! Aku tidak akan menyerah bertemu dengannya, jangan sebut aku Tommy Heard kalau tidak bisa bergabung sebagai investor!"

Tuut tuut tuut

Putra mengintip belakang lewat kaca mobil, rupanya sudah dinaikan kembali.

Putra menghela napas panjang. "Pak Tommy ini- entah perlu dikasihani atau kagum dengan keras kepala-"

Choky menjawab dengan enteng. "Orang seperti itu selalu merasa dirinya benar."

"Yah."

Tring

Putra melihat notifikasi handphone dan terkejut.

Aku hamiiiillll >○<

Kedua mata Putra terbelalak ketika melihat gambar test pack berjejer banyak dengan garis dua dan tulisan seperti itu.

Aku akan menjadi ayah?

"Ada apa?" tanya Choky yang sudah menghentikan mobil di lampu merah.

Putra menggeleng lalu memasukan handphone ke saku dalam jasnya. Berusaha bersikap profesional.

---------

Di sela pekerjaan, Nada yang sesekali mengintip handphone, menghela napas kecewa. Putra sudah membaca pesannya tapi tidak dibalas sama sekali, padahal dia mengharapkan sumpah serapah yang akan keluar.

Ah, ternyata harapannya terlalu tinggi.

"Bu Nada."

"Ya?" Nada mengangkat kepala begitu ada yang mengetuk pintu ruangannya yang terbuka.

"Pak Reza dan istrinya sudah datang, kita meeting sekarang."

Nada melihat jam tangan sebentar lalu segera mengambil beberapa dokumen yang dibutuhkannya.

Setelah sampai di ruang meeting dan duduk di posisi masing-masing manajer pusat, mereka segera berdiri ketika Choky masuk membuka pintu untuk memberikan jalan kepada Reza, Vivi dan Putra.

Reza duduk di kursi kebesaran, melihat para manager sudah hadir dan duduk di masing-masing kursi sementara istrinya duduk di samping, membaca dokumen di atas meja.

"Selamat siang semuanya."

Para manager pusat membalas sapa atasannya, Putra berdiri di samping kursi Reza sementara Choky seperti biasa di pojok supaya tidak ada yang gagal fokus dengan badan besarnya.

"Beberapa bulan ini saya kurang fokus dengan perusahaan dan istri saya yang menggantikan-"

Tentu saja, anda menikmati bulan madu sampai keterusan. Batin para manager pusat.

"Tapi saya juga tetap mengawasi perusahaan."

Yang selama ini anda awasi itu istri, bukan perusahaan. Batin para manager pusat.

Vivi membaca keseluruhan laporan dengan seksama sementara kaki sang suami menempel di kakinya.

"Jadi, silahkan dimulai rapat hari ini."

Nada maju dan mulai menyalakan layar proyektor, Vivi meletakan dokumen di atas meja suaminya dan melihat layar proyektor.

Nada mulai membahas masalah yang dialami tim marketing sementara Putra memperhatikan dengan seksama.

Selesai bicara, Nada mulai berkata. "Peraturan sekarang di saat pandemi tidak seketat sebelumnya tapi masih harus kita awasi, saya ingin bapak dan ibu tidak marah tentang kegiatan kami yang mengeluarkan banyak uang. Sebelumnya kami juga sudah mengajukan proposal persetujuan sebelum ada yang salah paham."

Nada tidak ingin ada masalah seperti kemarin, sudah mengajukan proposal ke General manager pusat tapi malah dimarahi tangan kanan si bos. Menyebalkan, bukan?

Vivi mengerutkan kening. "Aku rasa tidak ada masalah dengan laporan terakhir kamu, kita memang harus membangun citra di mata pihak travel mengingat sebagian besar hotel kita adalah bintang lima. Berbeda lagi jika suamiku tidak setuju dan meneruskannya ke Putra."

Reza melirik sang istri sekilas lalu melirik Putra. "Apakah ada masalah?"

Putra menatap dingin Nada yang melempar tatapan mengejek. Setelah memberikan hadiah berupa test pack, sekarang malah akan memberikannya bom? Luar biasa!

Jika Putra bisa bertepuk tangan, dia akan tepuk tangan sekarang juga.

"Saya merasa tidak melakukan kesalahan, apa yang dilakukan tim marketing di bawah asuhan manager marketing pusat memang ada kesalahan. Alih-alih membawanya ke restoran tempat hotel kita malah membawa ke restoran di luar hotel. Di samping itu kita bisa memperkenalkan menu masakan hotel kita."

"Saya sudah melakukan itu di hari pertama sementara hari kedua saya berinisiatif mengajak makan siang di luar hotel tempat kami untuk mencari suasana baru."

"Anda bisa dengar sendiri, kita harus memperketat pengeluaran beban mengingat jumlah tamu kita tidak terlalu banyak."

Nada mengerti sindiran pria brengsek ini. Bahkan seorang marketing pun tidak bisa mendatangkan tamu banyak di saat pandemi, jadi berhentilah menambah beban perusahaan.

"Apakah anda tidak membaca laporan yang sudah saya cantumkan di dalam beserta alasannya?"

Vivi dan Reza kembali membaca salah satu laporan yang dilampirkan Nada dan dijadikan bahasan dalam rapat lalu melirik Putra dan Nada yang berapi-api tidak mau saling mengalah.

Bertahun-tahun menjadi partner kerja Putra, Choky paham salah satu sifat temannya yang suka berapi-api dan semangat jika melakukan suatu hal hingga akhirnya dia mengutarakan pemikirannya tanpa menyaring.

"Apakah kalian berdua sudah tidur bersama?"

Putra dan Nada melotot ngeri ke Choky, jantung berdebar takut ketahuan.

Semua orang terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Choky.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status