Share

EMPAT

Keempat istri ayahnya duduk menatap tajam Nada lalu sang ayah berdiri dengan tatapan marah seolah Nada adalah aib.

Ibu kandung Nada adalah istri kedua sah secara nikah yang statusnya dibiarkan menggantung, sementara mereka berempat menikah di bawah tangan.

Nada sendiri lebih memilih ikut bersama ibu dan kakaknya, setelah sang ayah memutuskan hidup bersama wanita lain dan memunggungi istri serta kedua anak sahnya.

Yang membuat Nada marah adalah salah satu anak dari istri ayahnya datang berkunjung ke rumah ibu dengan alasan memberikan oleh-oleh dan melihat tes pack di atas meja kamar lalu diadukan ke ayah. Lancang sekali dia masuk ke kamar!

Ayah yang murka langsung menelepon Nada yang baru pulang dari kantor dan menamparnya begitu tiba dari rumah.

Kakaknya seorang laki-laki, ibu Nada juga masuk ke fase menopause jadi pasti ini milik Nada.

Nada nekat melakukan hal konyol ini karena ingin memiliki anak, malas ditanyai dan tidak ingin menikah. Daripada angkat anak, mending sekalian punya anak di luar nikah tapi yang jadi masalah malah anak-anak kepo yang suka menghina dirinya malah mengadu ke sang ayah.

"Kamu memang tidak bisa menjaga diri!  Mau dimana ayah taruh muka!"

Nada memutar bola mata dengan kesal. Lha terus kamu hamilin cewek gimana?

"JAWAB!" bentak ayah Nada.

"Sudah, bicara saja yang jujur. Kamukan memang suka tidur sama cowok, pakaiannya saja minim begitu."

Nada menatap tajam adik perempuannya yang bernama Dwi ini, suka banget ganggu hidup orang lain.

"Mau jadi pelacur sekarang kamu?" tanya ayah Nada dengan kasar.

Nada menatap malas ayahnya. "Siapa? Istri-istri ayah?"

Istri ketiga ayahnya menunjuk Nada dengan marah. "Jangan mentang-mentang kamu bisa bekerja makanya bicara seperti itu. Ah, aku tahu sekarang- suamiku, dia bekerja di hotel sementara kita tahukan hotel kebanyakan digunakan untuk apa? Jangan-jangan dia kena pergaulan bebas."

Ayah Nada menjadi semakin marah.

Nada memberanikan diri menatap ayahnya. "Memangnya selama ini ayah menghidupiku? Aku sekolah karena beasiswa, aku kuliah juga karena jasa kakak. Ayah tidak pernah mengeluarkan uang, sekarang setelah aku berhasil kerja- kalian malah menuduhku?"

Istri ketiga ayah Nada menunjuk Nada dengan geram. "Kamu hamil di luar nikah, tidak ada suami. Tentu saja ayah kamu khawatir."

Nada tersenyum sinis. "Kamu sendiri, hamil dan selingkuh dengan ayah sampai status ibu tidak jelas, harusnya kamu dong yang berkaca pada diri sendiri."

"NADA!" bentak ayah Nada. "Dosa kamu masih ayah yang tanggung, kamu jadi anak harusnya bisa menjaga diri!"

"Aku dituntut menjaga diri lalu bagaimana dengan ayah? Apakah ayah bisa menjaga selangkangan ayah tanpa menyinggung agama?"

Nanda yang buru-buru menjemput adik setelah mendapat laporan dari ibunya, terkejut mendengar balasan sang adik.

Tangan ayah mereka sudah diangkat ke udara dan hendak menampar Nada, Nanda segera menarik sang adik ke belakang dan melindunginya.

"Ayah, yang benar saja- menyuruh Nada datang untuk dipukul?!"

Ayah Nada menunjuk Nada dengan marah. "Kamu harusnya bisa menjaga dia! Dia hamil di luar nikah!"

Nanda terkejut. "Nada, masuk ke dalam mobil."

"Tapi, kak."

"Masuk, nanti kamu harus cerita semuanya ke kakak termasuk tangan ayah ini."

Nada menjulurkan lidah lalu segera masuk ke dalam mobil kakaknya.

Nanda menatap tajam sang ayah. "Aku tidak akan membiarkan ayah menyentuh ibu dan adikku, jangan sampai aku melakukan perhitungan ke kalian semua. Kamu juga, Dwi!"

Dwi terkejut.

Nanda menatap semua orang dengan marah lalu masuk ke dalam mobil dan segera menjalankan mobil dengan cepat.

Nada yang duduk di samping sopir, tidak berani menatap kakaknya.

"Jadi, resolusi kamu sudah berhasil?"

Nada berusaha menahan tangis lalu mengangguk kecil.

Mereka berdua saling terbuka sejak kecil, tidak ada kebohongan bahkan resolusi pun dilontarkan secara blak-blakan Nada bicara ke kakak supaya tidak ada salah paham di masa depan.

Nanda yang bekerja di bank dan memiliki kedudukan bagus di usia muda selalu melindungi adik dan ibunya, menggantikan sosok sang ayah yang lebih memilih kawin.

Sebelum ayah mereka menikah dengan ibu, ayahnya sudah menikah dengan wanita lain dan bercerai lalu menikah dengan ibu mereka dan berselingkuh dengan empat wanita lain, mengatasnamakan poligami.

Ibu Nada dan Nanda pilih menutup mata, hidup terpisah dan mengurus kedua anaknya tanpa uang sang suami.

Ibu Nada dan Nanda sendiri hanya menjual mie ayam di dekat rumah, hasil penjualan cukup untuk biaya hidup sederhana dan sekolah dua anak yang sudah mendapat beasiswa sejak kecil.

Hidup mereka perlahan naik semenjak Nanda diterima kerja di bank dan membantu biaya kuliah Nada.

Nanda menepuk kepala adiknya, dia tidak bisa marah karena tahu sang adik sangat membenci hubungan pernikahan.

"Jangan beritahu ibu." Ancam Nada.

"Tapi-"

"Kalau ibu tahu, dia akan bersikap berlebihan. Nada gak mau."

Ibu mereka berdua memang suka cemas berlebihan.

"Sampai kapan pun Nada tidak akan bicara soal ini ke ibu."

Nanda dan Nada membenci sifat ibu mereka termasuk tidak tegasnya dalam hubungan, ibu mereka masih tidak mau bercerai dengan alasan mereka berdua masih membutuhkan sosok ayah terutama Nada yang kedepannya akan menikah.

Karena itu Nanda dan Nada tidak pernah membicarakan masalah apapun ke ibu mereka, pernah suatu hari Nanda membicarakan rencana bisnis ke ibu yang ternyata diteruskan ke keluarga ibu dan sang ayah.

Semua orang memaki Nanda habis-habisan karena berencana membuka petshop. Apa yang salah? Sebenarnya tidak ada yang salah di masyarakat tapi keluarga mereka membenci hewan.

Ibu Nanda dan Nada bukannya tidak suka hewan tapi lebih ke terlalu percaya pada keluarga dan memiliki mental lemah serta penakut, digertak sedikit pasti akan bicara semua, tapi begitu ditegur pasti akan marah dan mengungkit posisinya sebagai orang tua.

Sulit memang berhadapan dengan orang tua macam begini, diabaikan dikatakan anak durhaka tapi diurus malah begini.

Nada menghela napas sedih lalu menepuk perutnya dengan sayang. "Aku tidak akan menggugurkan anak ini, aku akan menyayanginya kak."

"Lalu, kamu tahu identitas ayah anak itu?"

"Ya."

"Kamu tidak akan mengatakannya?"

"Aku akan mengatakannya."

"Kakak boleh tahu siapa ayahnya?"

Nada memejamkan mata. "Musuh bebuyutan."

Nanda meminggirkan mobil di pinggir jalan lalu berhenti. "Kamu sudah gila? Apakah yang kamu bicarakan ini si Putra itu?"

"Ya."

"Kenapa kamu malah tidur dengannya?"

"Aku juga tidak tahu, kalau tahu dari awal dia yang melakukan, aku pasti akan menolak."

"Nada, sebaiknya jangan katakan itu dan segera resign."

Nada mengalihkan perhatian kakaknya dengan panik karena teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong, aku ingat kalau ibu tahu soal test pack. Haduh, gimana nih kak."

"Kita bilang saja kamu memang hamil, tapi kita tidak akan bahas siapa ayahnya. Kakak akan melindungi kamu dari keluarga."

Nada mengangguk setuju

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status