Dua hari kemudian.Kalian tahu, hal apa paling ngenes dalam hidup? Duduk di depan bersama partner kerja sambil dengar ah uh ah uh di belakang mobil yang sudah ditutup dengan sekat dalam keadaan jomlo mampus.Choky bisa mengalihkan perhatian dengan menyetir, lalu Putra? Hanya bisa mencoba konsentrasi dengan melihat pemandangan dari dalam mobil. Dia tidak bisa membaca dokumen terlalu lama di dalam mobil karena pusing.Tidak lama Reza memutuskan membatalkan seluruh janji hari itu juga. Putra tidak bisa membantah karena yang mereka temui tidak terlalu penting. Ah, ada satu yang penting tapi pasti sengaja diundur terus.Ayah dari Cefrilizia yang mengejar Reza. Putra segera menghubungi satu persatu orang-orang yang akan dibatalkan janjinya, menyisakan Tommy Heard."Hallo, selamat pagi. Saya sekretaris bapak Reza Aditama, saya mau mengonfirmasikan bahwa beliau terpaksa membatalkan janji hari ini.""Tunggu sebentar."Choky melirik Putra yang akan kena imbas kelakuan seenaknya si bos. Yang me
Nada menatap marah Choky. "Pak Choky, saya bisa menuntut anda atas kasus penghinaaan! Bagaimana bisa saya tidur dengan pria kejam dan gila kerja seperti dia?"Choky menepuk mulutnya lalu menatap maaf Nada. "Maafkan saya, lidah terselip."Putra menaikkan kaca mata dan tersenyum sinis. "Tenang saja, bu Nada juga bukan tipe saya. Wanita kasar yang tidak bisa dikasih tahu dan harus dimarahi dulu supaya mengerti.""Oh bagus, jika saya bukan tipe bapak. Tipe kaku yang bahkan mungkin saja patut dipertanyakan saat melakukan seks di atas tempat tidur," ucap Nada sambil menaikan kedua bahunya.Putra tersenyum sinis mengingat malam tahun baru, Nada bersikap pasrah bahkan menjerit nikmat. "Apakah anda seyakin itu, ibu Nada terhormat?"Nada mengangguk tegas. "Ya."Reza bertanya. "Sudah selesai?""Ya!" jawab Putra dan Nada bersamaan. "Saya tidak keberatan dengan pekerjaan kalian berdua, setidaknya kalian harus bisa menjadi tim kerja yang baik. Untuk kasus sekarang saya anggap sudah selesai dan tid
Nada menepuk perut dengan kenyang. Setelah menyelesaikan makan dengan Putra, dia segera melarikan diri ke ruangan.Tidak lama rekan-rekannya datang dari kantin dan melihat Nada yang sudah menepuk perut.'Sudah makan?"Nada mengangguk. "Makan apa?""Hanya salad.""Segitu kenyang?""Ya.""Pantas saja badan bu Nada kecil terus." Sahut teman lain sambil duduk.Nada tidak tahu apakah itu hinaan atau pujian. Yang terpenting kebutuhan makan jabang bayi terpenuhi.TringNada membuka handphone dan terkejut.[Mau dibelikan buah? Kebetulan aku harus keluar bersama Choky.]Nada segera membalasnya. Tidak ada, terima kasih.Nada segera meletakan handphone dan hendak bicara.Tring.Nada membuka handphonenya lagi. [Saya belikan parsel buah yang cocok untuk wanita hamil.]Nada hampir saja melempar handphonenya, dia jijik dengan perhatian Putra.Sejak kecil Nada melihat perselingkuhan ayah jadi wajar tidak terlalu mengutamakan perjalanan cintanya. Karena beranggapan pria hanya mengumbar janji.Setela
Putra akhirnya membawa parsel buah ini dengan beberapa pertimbangan, dia harus memberikan sendiri barang ini ke Nada dan menjadikannya sebagai alasan untuk permintaan maaf. Yah, Putra sendiri tidak tahu letak kesalahannya dimana tapi melihat Nada mau menerima semua makanan buatannya, mau tidak mau dia juga harus mengalah.Toh semua pekerjaannya selesai dengan cepat.Plak!Putra dan Choky mendengar suara tamparan keras begitu berjalan masuk ke lobby."KAMU BILANG APA?!"Nada yang juga terkejut, menyentuh pipinya yang ditampar lalu tak lama dia berhasil menguasai keadaan."KAMU TAHU TIDAK, SAYA SUDAH CAPEK-CAPEK PERJALANAN JAUH DAN KAMU MAU MENGUSIR SAYA?!"Nada menunjukkan senyum bisnis. "Maaf ibu, saya hanya menyarankan supaya ibu tidak merasa rugi. Saya juga akan mengembalikan uang sepenuhnya."Putra mengerutkan kening begitu mendengar keputusan seenaknya Nada. Aturan hotel adalah tidak mengembalikan dana dp jika masuk masa high season dan sekarang sudah masuk masa itu. Choky yang b
Putra tidak suka melihat ibu dari anaknya dibentak di depan umum apalagi didorong dalam keadaan hamil. "Kami tahu pelanggan adalah raja tapi kami juga ingin mendapat timbal balik dari anda, hargai salah satu karyawan kami. Seandainya saja anda tidak emosi dan menuduh ini itu, mungkin kami akan memberikan kompensasi meskipun kesalahan bukan ada di pihak kami." Putra menatap dingin keluarga tamu itu. "Jika anda ingin menyebar luaskan kritikan anda, kami akan terima dengan senang hati dan membuka cctv di depan umum."Keluarga itu terdiam dan cemberut, akhirnya mereka pilih meninggalkan hotel dan menginap di tempat lain. Mereka juga tidak berani mengancam setelah mendapat ancaman terlebih dahulu.Sedari awal, Putra sudah menjabarkan masalahnya di depan mereka. Setelah mereka pergi, dan suasana mulai terkendali yang untungnya masih belum ada tamu yang mondar mandir di lobby.Putra berdiri di hadapan Nada dan membentak. "Saya sudah bilang tadi untuk tidak memakai sepatu hak tinggi, kenapa
Nada dan Putra saling beradu pandangan.Putra tidak bermaksud bersikap romantis, dia hanya ingin bertanggung jawab.Nada juga tidak menganggap romantis semua yang dilakukan Putra.Mereka berdua hanya dua lawan jenis canggung tentang hubungan dan ingin bertanggung jawab terhadap anak yang belum lahir, meskipun cara untuk mendapatkannya salah.Tin! Tin!Nada dan Putra sama-sama menoleh ke sumber suara yang baru berhenti di samping mereka.Sopir Taxi keluar dan bertanya. "Ibu Nada?"Nada segera pergi ke arah Taxi. "Saya, pak."Putra menarik tangan Nada. "Tidak jadi, pak. Biar dia pulang sama saya.""Eh, nggak pak. Jangan, saya sama bapak saja."Putra menatap tajam Nada. "Kamu serius pergi sama orang tidak dikenal?""Orang tidak dikenal gimana? Dia sopir taxi.""Sopir taxi tapi orang asing sama saja bohong."Sopir taxi menjadi tidak tahan lagi. "Maaf, kalau masih lama- saya kenakan charge menunggu lho." Ancamnya.Nada menarik tangan lalu masuk ke dalam taxi.Putra menatap sopir taxi. "Pak
Jam sebelas siang, Putra memutuskan istirahat lebih awal dan minta izin ke Vivi.Vivi mengangguk kasihan. "Wajah kamu pucat, yakin tidak ke dokter?""Mungkin hanya masuk angin, istirahat lebih awal sudah cukup.""Oke."Putra menutup pintu ruang kerja dan pamit ke Choky. "Aku istirahat sebentar.""Pulang ke rumah saja, nyonya pasti mengizinkan.""Tidak perlu."Putra segera turun dengan lift lalu berjalan menuju lobby. "Pak Putra, ini kartunya lalu makanan mau diantar sekarang?" tanya staff fo sambil memberikan kartu kamar ke Putra. "Telepon saya satu jam lagi untuk info makanan yang mau dikirim," kata Putra.Nada yang baru keluar dari ruang marketing, melihat Putra sudah berjalan menuju kamar. Dia segera menghampiri staff fo. "Pak Putra sakit?""Tidak tahu, bu. Tapi wajahnya pucat sekali."Nada menghela napas panjang lalu memberikan laporan ke fo. "Berikan ini ke manager fo pusat ketika sudah datang, tamu kamar 108 komplain mengenai lampu kamar yang mati, hk sudah membantu ganti lamp
Koki utama dan timnya bingung dengan pertanyaan Putra."Pak-" manager operasional pusat menatap ngeri Putra yang menyesap sari lemon dengan santai.General manager berusaha mencairkan suasana. "Wah, pak Putra ternyata suka makan yang asam-asam ya.""Ya, kadang kala jika nafsu makan saya menurun. Saya makan sayur asam dan sambal untuk meningkatkan nafsu makan." Putra menjawab dengan santai lalu bertanya ke koki utama. "Apakah ini salah satu menu yang diminati tamu?"Semua orang tercengang mendengar penjelasan Putra. Sayur asam dan sambal? "Pak Putra, ternyata anda juga orang Indonesia seperti kami," cengir manager engineering pusat yang langsung dapat sodokan sikut dari manager keuangan pusat.Putra mengerutkan kening. "Nama saya saja Putra, Indonesia banget. Bagaimana bisa bukan orang Indonesia?"Nada hampir mengeluarkan isi perutnya ketika melihat Putra makan pudding kue itu dengan lahap. "Pak, mulutnya tidak terasa sesuatu atau gimana?"Putra menggeleng polos. "Tidak, enak kok. Mau