Setelah mual-mual di kamar mandi, Nada terkejut melihat Putra berdiri dengan bersandar di depan pintu kamar mandi karyawan perempuan,
"Masih mau lanjut marah-marahnya?" tanya Nada."Kamu masih datang bulan?""Ya?""Kamu sudah datang bulan?"Nada menjadi bingung dengan pertanyaan Putra, efek bertengkar di pagi hari, otaknya jadi sedikit melambat dalam menangkap informasi.Putra berusaha bersikap sabar. "Waktu itu- kamu-"Nada mengerjapkan mata lalu mulutnya membulat seperti bentuk o. "Hamil?"Putra mendesis."Emang aku bakalan takut, kamu kayak uler gitu?""Selama ini saya perhatikan, kamu sama sekali tidak bersikap sopan terhadap saya.""Lalu, apa anda sendiri sudah bersikap sopan kepada saya?" tanya Nada dengan berkata sopan. "Setiap marah selalu berkata kamu, kamu lalu menunjuk dokumen seolah meluapkan emosi setelah mendapat ceramah bos. Saya tahu pak Putra hormat sekali dengan bapak dan ibu Aditama tapi bukan berarti memperlakukan partner kerja seperti ini!"Putra terkejut."Semua orang memang kagum dengan pak Putra yang diusia muda bisa menjadi tangan kanan pemilik tapi tetap saja bukan berarti bersikap kasar terhadap partner kerja sendiri!""Kamu ini bicara apa sih?""Saya bicara tentang fakta! Fakta! Saya disini untuk kerja, bukan untuk mencuri atau bermain!" Nada menjadi semakim emosi dan berani lalu tanpa sadar air mata keluar di sudut mata.Putra teringat dengan hormon wanita saat hamil, kasus yang paling dekat adalah istri atasannya sendiri. Waktu itu dia dan Choky panik setengah mati dengan perubahan emosi Vivi yang berubah-ubah.Putra yang bingung akhirnya mengambil uang satu lembar seratus ribu di dalam dompet dan memberikannya ke Nada. "Ini."Nada yang menghapus air mata, terkejut."Beli test pack, ah." Putra mengambil sembilan lembar seratus ribu di dompetnya lagi lalu diberikan ke Nada. "Beli yang banyak dan akurat supaya yakin, sisanya buat kamu."Nada menatap tidak percaya Putra. "Ini, mau menghina aku?" tanyanya sambil mengembalikan uang itu ke Putra."Aku ingin kamu uji coba.""Memangnya aku motor yang bisa di uji coba?""Waduh. Pak Putra, bu Nada." Manajer operasional terkejut melihat keduanya bertengkar di depan toilet karyawan, bukan hanya itu saja- bahkan ada uang di tengah tangan mereka.Karyawan lain di belakang manajer operasional juga menjadi salah paham ketika melihat uang di antara Nada dan Putra.Putra segera mengangkat kedua tangannya sontak sepuluh lembar seratus ribu berhamburan ke lantai.Nada yang panik segera mengambil uang itu.Manajer operasional ikut membantu Nada mengumpulkan uang, melihat rekan kerjanya menghapus air mata. Dia terkejut dan menghibur. "Bu Nada, pak Putra orangnya tegas. Tidak bermaksud jahat, jangan menangis dan berusaha mengganti uang satu juta itu, kami semua mengerti kok uangnya dibuat untuk apa."Nada menatap heran manajer operasional dengan mata berkaca-kaca. Orang-orang menjadi semakin salah paham.Tidak lama, gosip di lingkungan kerja mulai menyebar. Putra bersikap bengis terhadap manajer marketing pusat yang menangis dan menyuruhnya mengganti uang operasional itu diam-diam.Reputasi Putra menurun sementara reputasi Nada meningkat, seluruh rekan kerja semakin mendukung dan kasihan terhadap Nada.Choky yang mendengar kebengisan partner kerjanya, memilih sedikit menjauh daripada diperlakukan hal sama."Menjijikan, melakukan hal keji terhadap seorang wanita lemah." Komentar Choky ketika berpapasan dengan Putra.Vivi dan Reza yang mendengar itu hanya melempar tatapan jijik ke Putra.Putra menyabarkan diri demi reputasi Nada.Sementara yang reputasinya meningkat sudah membeli test pack dan memeriksanya, hasil positif semua. Nada menggigit jari.Antara bahagia dan sedih, akhirnya dia bisa memiliki anak.Tapi kebahagiaan Nada tidak berlangsung lama. Karena kecerobohannya meninggalkan hasil test pack yang diletakkan di dalam kotak cantik di atas meja - Sebenarnya Nada menggunakan kotak cantik untuk mengejek Putra yang akan menjadi ayah - akhirnya sampai di tangan sang ayah.Ayah Nada menelepon dan menyuruhnya ke rumah sang ayah segera.Nada yang masih belum menyadarinya kebingungan dan segera pulang ke rumah lalu ibu Nada yang menyambut putrinya dengan cemas segera bercerita.Nada menjadi marah dan segera pergi ke rumah ayahnya.PLAK!Nada menyentuh pipi kirinya yang ditampar dengan keras. Begitu tiba di rumah, inilah yang didapatkan dari seorang pria yang menyebut dirinya ayah.Sementara Nada menghadapi keluarganya sendirian dengan gagah berani, Putra harus berhadapan dengan seseorang yang tidak ingin dikenalnya."Mau apa kesini?""Aku hanya ingin memberikan bekal ini, kamu sudah bekerja keras. Oh ya, aku juga sudah mendengar gosip yang menimpa kamu sekarang, semangat yaa-" kata wanita imut yang bernama Yami Trisha, ayahnya adalah pemiljk hotel yang menjadi anak cabang grup Aditama.Putra mengerutkan kening dengan tegas, dia sangat sensitif dengan makanan buatan orang lain lebih tepatnya benci. Yami bukan wanita yang tidak tahu tentang hal ini tapi dia mencoba merubah mindset Putra.Yami terlalu banyak bermimpi mengenai hubungan romantis pria dan wanita serta ingin merealisasikannya di kehidupan nyata."Saya tidak tertarik, bisa kamu bawa pulang."Yami menatap kecewa Putra dengan tatapan imut.Putra semakin jijik dengan tindakan Yami termasuk Choky yang berdiri di sampingnya karena terpaksa.Saat ini mereka berdua sedang berada di kantin, para karyawan shift malam sedang mengambil makanan dan menonton adegan memalukan ini.Gimana tidak malu? Secara terang-terangan, Yami memberikan bekal makanan untuk Putra di kantin dengan posisi Putra memegang nampan makanan.Yami melihat isi nampan makanan dan tersenyum cerah. "Aku baru saja dari perancis dan membuat masakan perancis, aku belajar dengan orang lokal disana lho. Pasti enak banget."Putra yang masih memegang nampan makanan tidak menyentuh bekal makanan yang disodorkan Yami tepat di depannya.Tangan Yami menjadi pegal. "Diambil dong."Putra balik badan dan meninggalkan Yami dengan dingin.Choky malas menyusul orang gila itu.Yami yang bergegas menyusul Putra, kalah cepat dengan kaki panjang pangeran impiannya. Wajahnya kecewa ketika melihat Putra naik lift khusus.Yami mengerang kecewa tepat di depan pintu lift.Para karyawan yang melihat sepanjang prosesi itu bertaruh."Pak Putra pasti akan luluh, pria mana sih yang tidak akan luluh pada perempuan seimut itu.""Apa kamu tidak melihat wajah dingin pak Putra? Dimana-mana pria semacam itu tertariknya sama wanita tengil macam bu Nada.""Kok jadi bu Nada sih yang dibawa-bawa? Mereka berdua kan musuhan.""Benci jadi cinta, siapa yang tahu?""Ah, benar itu."Yami yang mendengar bisikan-bisikan itu segera menghampiri para staff fo yang sedang bergosip dengan bellboy dan keamanan. "Bisa kalian beritahu aku, yang mana namanya Nada?"Semua orang terkejut lalu melarikan diri."Ah, hei!" Yami ingin mengejar dengan bingung tapi mendengar suara papanya dari lift, dia segera menghampirinya. "Papa.""Putriku, ada apa?""Putra tidak mau makan bekal buatanku," keluhnya lalu pergi meninggalkan hotel bersama sang papa.Keempat istri ayahnya duduk menatap tajam Nada lalu sang ayah berdiri dengan tatapan marah seolah Nada adalah aib.Ibu kandung Nada adalah istri kedua sah secara nikah yang statusnya dibiarkan menggantung, sementara mereka berempat menikah di bawah tangan. Nada sendiri lebih memilih ikut bersama ibu dan kakaknya, setelah sang ayah memutuskan hidup bersama wanita lain dan memunggungi istri serta kedua anak sahnya.Yang membuat Nada marah adalah salah satu anak dari istri ayahnya datang berkunjung ke rumah ibu dengan alasan memberikan oleh-oleh dan melihat tes pack di atas meja kamar lalu diadukan ke ayah. Lancang sekali dia masuk ke kamar!Ayah yang murka langsung menelepon Nada yang baru pulang dari kantor dan menamparnya begitu tiba dari rumah.Kakaknya seorang laki-laki, ibu Nada juga masuk ke fase menopause jadi pasti ini milik Nada.Nada nekat melakukan hal konyol ini karena ingin memiliki anak, malas ditanyai dan tidak ingin menikah. Daripada angkat anak, mending sekalian punya
Dua hari kemudian.Kalian tahu, hal apa paling ngenes dalam hidup? Duduk di depan bersama partner kerja sambil dengar ah uh ah uh di belakang mobil yang sudah ditutup dengan sekat dalam keadaan jomlo mampus.Choky bisa mengalihkan perhatian dengan menyetir, lalu Putra? Hanya bisa mencoba konsentrasi dengan melihat pemandangan dari dalam mobil. Dia tidak bisa membaca dokumen terlalu lama di dalam mobil karena pusing.Tidak lama Reza memutuskan membatalkan seluruh janji hari itu juga. Putra tidak bisa membantah karena yang mereka temui tidak terlalu penting. Ah, ada satu yang penting tapi pasti sengaja diundur terus.Ayah dari Cefrilizia yang mengejar Reza. Putra segera menghubungi satu persatu orang-orang yang akan dibatalkan janjinya, menyisakan Tommy Heard."Hallo, selamat pagi. Saya sekretaris bapak Reza Aditama, saya mau mengonfirmasikan bahwa beliau terpaksa membatalkan janji hari ini.""Tunggu sebentar."Choky melirik Putra yang akan kena imbas kelakuan seenaknya si bos. Yang me
Nada menatap marah Choky. "Pak Choky, saya bisa menuntut anda atas kasus penghinaaan! Bagaimana bisa saya tidur dengan pria kejam dan gila kerja seperti dia?"Choky menepuk mulutnya lalu menatap maaf Nada. "Maafkan saya, lidah terselip."Putra menaikkan kaca mata dan tersenyum sinis. "Tenang saja, bu Nada juga bukan tipe saya. Wanita kasar yang tidak bisa dikasih tahu dan harus dimarahi dulu supaya mengerti.""Oh bagus, jika saya bukan tipe bapak. Tipe kaku yang bahkan mungkin saja patut dipertanyakan saat melakukan seks di atas tempat tidur," ucap Nada sambil menaikan kedua bahunya.Putra tersenyum sinis mengingat malam tahun baru, Nada bersikap pasrah bahkan menjerit nikmat. "Apakah anda seyakin itu, ibu Nada terhormat?"Nada mengangguk tegas. "Ya."Reza bertanya. "Sudah selesai?""Ya!" jawab Putra dan Nada bersamaan. "Saya tidak keberatan dengan pekerjaan kalian berdua, setidaknya kalian harus bisa menjadi tim kerja yang baik. Untuk kasus sekarang saya anggap sudah selesai dan tid
Nada menepuk perut dengan kenyang. Setelah menyelesaikan makan dengan Putra, dia segera melarikan diri ke ruangan.Tidak lama rekan-rekannya datang dari kantin dan melihat Nada yang sudah menepuk perut.'Sudah makan?"Nada mengangguk. "Makan apa?""Hanya salad.""Segitu kenyang?""Ya.""Pantas saja badan bu Nada kecil terus." Sahut teman lain sambil duduk.Nada tidak tahu apakah itu hinaan atau pujian. Yang terpenting kebutuhan makan jabang bayi terpenuhi.TringNada membuka handphone dan terkejut.[Mau dibelikan buah? Kebetulan aku harus keluar bersama Choky.]Nada segera membalasnya. Tidak ada, terima kasih.Nada segera meletakan handphone dan hendak bicara.Tring.Nada membuka handphonenya lagi. [Saya belikan parsel buah yang cocok untuk wanita hamil.]Nada hampir saja melempar handphonenya, dia jijik dengan perhatian Putra.Sejak kecil Nada melihat perselingkuhan ayah jadi wajar tidak terlalu mengutamakan perjalanan cintanya. Karena beranggapan pria hanya mengumbar janji.Setela
Putra akhirnya membawa parsel buah ini dengan beberapa pertimbangan, dia harus memberikan sendiri barang ini ke Nada dan menjadikannya sebagai alasan untuk permintaan maaf. Yah, Putra sendiri tidak tahu letak kesalahannya dimana tapi melihat Nada mau menerima semua makanan buatannya, mau tidak mau dia juga harus mengalah.Toh semua pekerjaannya selesai dengan cepat.Plak!Putra dan Choky mendengar suara tamparan keras begitu berjalan masuk ke lobby."KAMU BILANG APA?!"Nada yang juga terkejut, menyentuh pipinya yang ditampar lalu tak lama dia berhasil menguasai keadaan."KAMU TAHU TIDAK, SAYA SUDAH CAPEK-CAPEK PERJALANAN JAUH DAN KAMU MAU MENGUSIR SAYA?!"Nada menunjukkan senyum bisnis. "Maaf ibu, saya hanya menyarankan supaya ibu tidak merasa rugi. Saya juga akan mengembalikan uang sepenuhnya."Putra mengerutkan kening begitu mendengar keputusan seenaknya Nada. Aturan hotel adalah tidak mengembalikan dana dp jika masuk masa high season dan sekarang sudah masuk masa itu. Choky yang b
Putra tidak suka melihat ibu dari anaknya dibentak di depan umum apalagi didorong dalam keadaan hamil. "Kami tahu pelanggan adalah raja tapi kami juga ingin mendapat timbal balik dari anda, hargai salah satu karyawan kami. Seandainya saja anda tidak emosi dan menuduh ini itu, mungkin kami akan memberikan kompensasi meskipun kesalahan bukan ada di pihak kami." Putra menatap dingin keluarga tamu itu. "Jika anda ingin menyebar luaskan kritikan anda, kami akan terima dengan senang hati dan membuka cctv di depan umum."Keluarga itu terdiam dan cemberut, akhirnya mereka pilih meninggalkan hotel dan menginap di tempat lain. Mereka juga tidak berani mengancam setelah mendapat ancaman terlebih dahulu.Sedari awal, Putra sudah menjabarkan masalahnya di depan mereka. Setelah mereka pergi, dan suasana mulai terkendali yang untungnya masih belum ada tamu yang mondar mandir di lobby.Putra berdiri di hadapan Nada dan membentak. "Saya sudah bilang tadi untuk tidak memakai sepatu hak tinggi, kenapa
Nada dan Putra saling beradu pandangan.Putra tidak bermaksud bersikap romantis, dia hanya ingin bertanggung jawab.Nada juga tidak menganggap romantis semua yang dilakukan Putra.Mereka berdua hanya dua lawan jenis canggung tentang hubungan dan ingin bertanggung jawab terhadap anak yang belum lahir, meskipun cara untuk mendapatkannya salah.Tin! Tin!Nada dan Putra sama-sama menoleh ke sumber suara yang baru berhenti di samping mereka.Sopir Taxi keluar dan bertanya. "Ibu Nada?"Nada segera pergi ke arah Taxi. "Saya, pak."Putra menarik tangan Nada. "Tidak jadi, pak. Biar dia pulang sama saya.""Eh, nggak pak. Jangan, saya sama bapak saja."Putra menatap tajam Nada. "Kamu serius pergi sama orang tidak dikenal?""Orang tidak dikenal gimana? Dia sopir taxi.""Sopir taxi tapi orang asing sama saja bohong."Sopir taxi menjadi tidak tahan lagi. "Maaf, kalau masih lama- saya kenakan charge menunggu lho." Ancamnya.Nada menarik tangan lalu masuk ke dalam taxi.Putra menatap sopir taxi. "Pak
Jam sebelas siang, Putra memutuskan istirahat lebih awal dan minta izin ke Vivi.Vivi mengangguk kasihan. "Wajah kamu pucat, yakin tidak ke dokter?""Mungkin hanya masuk angin, istirahat lebih awal sudah cukup.""Oke."Putra menutup pintu ruang kerja dan pamit ke Choky. "Aku istirahat sebentar.""Pulang ke rumah saja, nyonya pasti mengizinkan.""Tidak perlu."Putra segera turun dengan lift lalu berjalan menuju lobby. "Pak Putra, ini kartunya lalu makanan mau diantar sekarang?" tanya staff fo sambil memberikan kartu kamar ke Putra. "Telepon saya satu jam lagi untuk info makanan yang mau dikirim," kata Putra.Nada yang baru keluar dari ruang marketing, melihat Putra sudah berjalan menuju kamar. Dia segera menghampiri staff fo. "Pak Putra sakit?""Tidak tahu, bu. Tapi wajahnya pucat sekali."Nada menghela napas panjang lalu memberikan laporan ke fo. "Berikan ini ke manager fo pusat ketika sudah datang, tamu kamar 108 komplain mengenai lampu kamar yang mati, hk sudah membantu ganti lamp