Share

TIGA

Setelah mual-mual di kamar mandi, Nada terkejut melihat Putra berdiri dengan bersandar di depan pintu kamar mandi karyawan perempuan,

"Masih mau lanjut marah-marahnya?" tanya Nada.

"Kamu masih datang bulan?"

"Ya?"

"Kamu sudah datang bulan?"

Nada menjadi bingung dengan pertanyaan Putra, efek bertengkar di pagi hari, otaknya jadi sedikit melambat dalam menangkap informasi.

Putra berusaha bersikap sabar. "Waktu itu- kamu-"

Nada mengerjapkan mata lalu mulutnya membulat seperti bentuk o. "Hamil?"

Putra mendesis.

"Emang aku bakalan takut, kamu kayak uler gitu?"

"Selama ini saya perhatikan, kamu sama sekali tidak bersikap sopan terhadap saya."

"Lalu, apa anda sendiri sudah bersikap sopan kepada saya?" tanya Nada dengan berkata sopan. "Setiap marah selalu berkata kamu, kamu lalu menunjuk dokumen seolah meluapkan emosi setelah mendapat ceramah bos. Saya tahu pak Putra hormat sekali dengan bapak dan ibu Aditama tapi bukan berarti memperlakukan partner kerja seperti ini!"

Putra terkejut.

"Semua orang memang kagum dengan pak Putra yang diusia muda bisa menjadi tangan kanan pemilik tapi tetap saja bukan berarti bersikap kasar terhadap partner kerja sendiri!"

"Kamu ini bicara apa sih?"

"Saya bicara tentang fakta! Fakta! Saya disini untuk kerja, bukan untuk mencuri atau bermain!" Nada menjadi semakim emosi dan berani lalu tanpa sadar air mata keluar di sudut mata.

Putra teringat dengan hormon wanita saat hamil, kasus yang paling dekat adalah istri atasannya sendiri. Waktu itu dia dan Choky panik setengah mati dengan perubahan emosi Vivi yang berubah-ubah.

Putra yang bingung akhirnya mengambil uang satu lembar seratus ribu di dalam dompet dan memberikannya ke Nada. "Ini."

Nada yang menghapus air mata, terkejut.

"Beli test pack, ah." Putra mengambil sembilan lembar seratus ribu di dompetnya lagi lalu diberikan ke Nada. "Beli yang banyak dan akurat supaya yakin, sisanya buat kamu."

Nada menatap tidak percaya Putra. "Ini, mau menghina aku?" tanyanya sambil mengembalikan uang itu ke Putra.

"Aku ingin kamu uji coba."

"Memangnya aku motor yang bisa di uji coba?"

"Waduh. Pak Putra, bu Nada." Manajer operasional terkejut melihat keduanya bertengkar di depan toilet karyawan, bukan hanya itu saja- bahkan ada uang di tengah tangan mereka.

Karyawan lain di belakang manajer operasional juga menjadi salah paham ketika melihat uang di antara Nada dan Putra.

Putra segera mengangkat kedua tangannya sontak sepuluh lembar seratus ribu berhamburan ke lantai.

Nada yang panik segera mengambil uang itu.

Manajer operasional ikut membantu Nada mengumpulkan uang, melihat rekan kerjanya menghapus air mata. Dia terkejut dan menghibur. "Bu Nada, pak Putra orangnya tegas. Tidak bermaksud jahat, jangan menangis dan berusaha mengganti uang satu juta itu, kami semua mengerti kok uangnya dibuat untuk apa."

Nada menatap heran manajer operasional dengan mata berkaca-kaca. Orang-orang menjadi semakin salah paham.

Tidak lama, gosip di lingkungan kerja mulai menyebar. Putra bersikap bengis terhadap manajer marketing pusat yang menangis dan menyuruhnya mengganti uang operasional itu diam-diam.

Reputasi Putra menurun sementara reputasi Nada meningkat, seluruh rekan kerja semakin mendukung dan kasihan terhadap Nada.

Choky yang mendengar kebengisan partner kerjanya, memilih sedikit menjauh daripada diperlakukan hal sama.

"Menjijikan, melakukan hal keji terhadap seorang wanita lemah." Komentar Choky ketika berpapasan dengan Putra.

Vivi dan Reza yang mendengar itu hanya melempar tatapan jijik ke Putra.

Putra menyabarkan diri demi reputasi Nada.

Sementara yang reputasinya meningkat sudah membeli test pack dan memeriksanya, hasil positif semua. Nada menggigit jari.

Antara bahagia dan sedih, akhirnya dia bisa memiliki anak.

Tapi kebahagiaan Nada tidak berlangsung lama. Karena kecerobohannya meninggalkan hasil test pack yang diletakkan di dalam kotak cantik di atas meja - Sebenarnya Nada menggunakan kotak cantik untuk mengejek Putra yang akan menjadi ayah - akhirnya sampai di tangan sang ayah.

Ayah Nada menelepon dan menyuruhnya ke rumah sang ayah segera.

Nada yang masih belum menyadarinya kebingungan dan segera pulang ke rumah lalu ibu Nada yang menyambut putrinya dengan cemas segera bercerita.

Nada menjadi marah dan segera pergi ke rumah ayahnya.

PLAK!

Nada menyentuh pipi kirinya yang ditampar dengan keras. Begitu tiba di rumah, inilah yang didapatkan dari seorang pria yang menyebut dirinya ayah.

Sementara Nada menghadapi keluarganya sendirian dengan gagah berani, Putra harus berhadapan dengan seseorang yang tidak ingin dikenalnya.

"Mau apa kesini?"

"Aku hanya ingin memberikan bekal ini, kamu sudah bekerja keras. Oh ya, aku juga sudah mendengar gosip yang menimpa kamu sekarang, semangat yaa-" kata wanita imut yang bernama Yami Trisha, ayahnya adalah pemiljk hotel yang menjadi anak cabang grup Aditama.

Putra mengerutkan kening dengan tegas, dia sangat sensitif dengan makanan buatan orang lain lebih tepatnya benci. Yami bukan wanita yang tidak tahu tentang hal ini tapi dia mencoba merubah mindset Putra.

Yami terlalu banyak bermimpi mengenai hubungan romantis pria dan wanita serta ingin merealisasikannya di kehidupan nyata.

"Saya tidak tertarik, bisa kamu bawa pulang."

Yami menatap kecewa Putra dengan tatapan imut.

Putra semakin jijik dengan tindakan Yami termasuk Choky yang berdiri di sampingnya karena terpaksa.

Saat ini mereka berdua sedang berada di kantin, para karyawan shift malam sedang mengambil makanan dan menonton adegan memalukan ini.

Gimana tidak malu? Secara terang-terangan, Yami memberikan bekal makanan untuk Putra di kantin dengan posisi Putra memegang nampan makanan.

Yami melihat isi nampan makanan dan tersenyum cerah. "Aku baru saja dari perancis dan membuat masakan perancis, aku belajar dengan orang lokal disana lho. Pasti enak banget."

Putra yang masih memegang nampan makanan tidak menyentuh bekal makanan yang disodorkan Yami tepat di depannya.

Tangan Yami menjadi pegal. "Diambil dong."

Putra balik badan dan meninggalkan Yami dengan dingin.

Choky malas menyusul orang gila itu.

Yami yang bergegas menyusul Putra, kalah cepat dengan kaki panjang pangeran impiannya. Wajahnya kecewa ketika melihat Putra naik lift khusus.

Yami mengerang kecewa tepat di depan pintu lift.

Para karyawan yang melihat sepanjang prosesi itu bertaruh.

"Pak Putra pasti akan luluh, pria mana sih yang tidak akan luluh pada perempuan seimut itu."

"Apa kamu tidak melihat wajah dingin pak Putra? Dimana-mana pria semacam itu tertariknya sama wanita tengil macam bu Nada."

"Kok jadi bu Nada sih yang dibawa-bawa? Mereka berdua kan musuhan."

"Benci jadi cinta, siapa yang tahu?"

"Ah, benar itu."

Yami yang mendengar bisikan-bisikan itu segera menghampiri para staff fo yang sedang bergosip dengan bellboy dan keamanan. "Bisa kalian beritahu aku, yang mana namanya Nada?"

Semua orang terkejut lalu melarikan diri.

"Ah, hei!" Yami ingin mengejar dengan bingung tapi mendengar suara papanya dari lift, dia segera menghampirinya. "Papa."

"Putriku, ada apa?"

"Putra tidak mau makan bekal buatanku," keluhnya lalu pergi meninggalkan hotel bersama sang papa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status