Share

Belum Menyerah

Rapat berjalan dengan lancar dan semua puas dengan hasilnya. Pihak perusahaan Ferdi meminta resort menyediakan konsumsi juga hiburan yang akan disuguhkan dengan tambahan biaya yang cukup menjanjikan.

"Bos kami menginginkan yang terbaik. Beliau menyetujui harga yang Ibu ajukan. Semoga acara nanti bisa berjalan dengan lancar."

"Baik, Pak. Nanti kita agendakan lagi untuk rapat berikutnya. Setelah ini saya akan menghubungi beberapa pengisi acara yang akan diundang."

Pukul sebelas rapat sudah selesai, Najwa bergegas keluar dari ruangan karena sudah berjanji akan menjemput anaknya. Melihat Najwa yang terburu waktu membuat Ferdi pun bergegas keluar juga. 

"Saya juga permisi dulu ya. Ada keperluan sebentar. Nanti saya pulang sendiri saja," ujar Ferdi pada rekannya.

Setelah mendapat persetujuan dari rekannya, Ferdi segera berlari. Ia tidak ingin kehilangan jejak Najwa. Wanita yang sudah sekian lama ia rindukan. Di parkiran, Ferdi melihat Najwa selesai berbicara dengan petugas resort. Ferdi segera menuju tempat Najwa dan menyapanya.

"Wa, apa kabar?" sapa Ferdi yang membuat Najwa berjingkat kaget. Jantungnya berdetak tak karuan, tetapi Najwa begitu pintar menyembunyikan ekspresinya.

"Baik, Pak. Sangat baik," jawab Najwa dengan ekspresi datarnya.

Ferdi cukup terkejut dengan reaksi Najwa, Najwa yang dikenalnya dulu tidak begini. Waktu sudah mengubah segalanya. "Sepertinya buru-buru, mau ke mana?" Ferdi masih berusaha akrab.

"Saya masih ada urusan, maaf kalau tidak ada hal yang penting saya harus pergi," ucap Najwa seraya membuka pintu mobilnya.

"Ini sudah masuk waktu makan siang, tidak bisakah kita berbincang sebentar?" Ferdi masih saja menahan kepergian Najwa.

Najwa tersenyum miring mendengar permintaan Ferdi. "Maaf, Pak Ferdi, saya hanya melayani pembicaraan yang menyangkut pekerjaan. Di luar itu silahkan hubungi Asisten saya, bukankah Pak Ferdi sudah menyimpan nomornya?" 

Setelah mengatakan itu, Najwa segera membuka pintu lalu masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya. Ferdi hanya bisa menghela nafas berat, sekian tahun tak bertemu tetapi jantungnya tetap berdetak tak beraturan.

Ferdi melangkah dengan gontai meninggalkan resort. Ia tidak tahu harus ke mana, hanya ingin mengalihkan fokusnya tentang Najwa.

Berbelok menuju pantai di dekat resort, Ferdi akhirnya memilih menikmati indahnya hamparan laut. Setidaknya di sana tidak ada yang mengenalnya, jadi ia bisa menghilangkan resahnya.

Najwa, wanita yang menghilang sekian lama. Mengapa kini mereka dipertemukan saat Ferdi mulai putus asa dengan hidupnya? Apa ini jalan untuk mereka bisa bersama kembali?

*** 

 Lima belas menit berlalu, Najwa sudah tiba di sekolah anaknya. Tk Pelangi adalah tempat anaknya menimba ilmu.

"Mama. Senangnya dijemput Mama," sapa Tasya riang, Tasya lalu memeluk Mamanya.

"Manja banget, sih. tadi belajar apa aja, Sayang?" tanya Najwa, tangannya telulur membelai rambut lembut anaknya.

Tasya pun menceritakan betapa menyenangkan harinya bersama teman-temannya.

"Tadi sama Bu Guru disuruh mewarna," ucap Tasya.

"Kamu mewarna apa?"

"Bunga. Tasya kasih banyak warna, biar bagus," jawab Tasya.

Tasya masih dengan riangnya bercerita tentang kegiatannya, hingga tidak terasa mereka sudah tiba di rumah, segera makan lalu Tasya bergegas tidur siang dan Najwa harus kembali bekerja.

***

"Apakah banyak tamu minggu ini?" tanya Najwa pada Linda. 

"Lumayan, Bu, ada peningkatan dibanding minggu lalu." Linda segera membuka data pada aplikasi di laptopnya.

"Acara untuk minggu depan sudah siap semua?" Najwa memperhatikan tabel yang bergerak naik.

"Sudah, Bu, besok ada pertemuan dengan pemain Band dan penyanyi yang akan mengisi acara," terang Linda.

"Jam berapa?" Tangan lincah Najwa menggerakkan kursor mengecek data yang ada.

"Pukul sembilan, Bu."

Najwa mengangguk sebagai jawaban. Bekerja adalah salah satu mengalihan terbaik. Dengan bekerja, ia bisa mengesampingkan berbagai masalah dalam hidupnya.

"Tadi Pak Ferdi meminta waktu Ibu, apakah bisa?" tanya Linda hati-hati. Sudah satu tahun bekerja dengan Najwa, Linda cukup tahu sifat bosnya. Najwa tidak pernah menemui klien di luar jadwal yang sudah ditentukan.

"Apakah ada jadwal pertemuan? " tanya Najwa dingin. Semua hal sulit yang telah dilalui membuat sikap Najwa menjadi dingin, berbeda jauh saat bersama anak dan orang terdekatnya.

"Tidak, Bu, Pak Ferdi mengatakan ada hal penting yang perlu disampaikan."

"Sudahlah, semua sudah jelas kemarin. Kalau ada yang perlu dibahas lagi, katakan aku menyuruhmu mewakiliku." Setelah itu Najwa berlalu dari ruangannya. Bagi Najwa semua sudah selesai dan dia tidak akan memberi celah sedikit pun untuk masa lalu mengusiknya.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
wardah
masalalu yg menyakitkan harus dilupakan
goodnovel comment avatar
Suherni 123
mantap,,suka gaya Najwa
goodnovel comment avatar
Roihatul
good najwa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status