Share

Lelah

Pagi ini berlalu dengan baik, hasil pertemuan yang menggembirakan karena semua sudah setuju untuk mengisi acara minggu depan.

Ferdi yang melihat kelincahan Najwa dalam memimpin rapat, begitu kagum pada mantan istrinya itu. Penampilan Najwa memang tidak banyak berubah, tetapi sikapnya jauh dari Najwa yang dulu. Najwa yang pendiam dan pemalu, Najwa yang ramah sudah tidak nampak pada pribadi Najwa yang sekarang.

Saat bekerja Najwa akan begitu luwes dan banyak senyum, tetapi di luar itu dia akan berubah menjadi dingin dan tegas. Meski Najwa yang kini berbeda, tetapi detak jantung Ferdi tetap tak beraturan saat memandangnya. Andai saja ....

"Bagaimana, Pak Ferdi, apakah ada tambahan?" Pertanyaan Najwa membuat Ferdi tersentak karena dari tadi dia hanya fokus pada Najwa tanpa mendengar pembahasan yang sedang mereka bicarakan.

"Emm. Saya rasa sudah cukup, semua sudah sesuai yang saya harapkan," jawab Ferdi sekenanya.

"Baiklah kalau begitu, pertemuan ini cukup sampai di sini. Kalau ada hal lain yang perlu dibahas, mohon hubungi Asisten saya. Dia akan menangani semuanya. Saya permisi." Suara dingin Najwa bagai bius yang membuat mata Ferdi hanya tertuju padanya, sampai Najwa berlalu mata Ferdi tetap mengikuti.

"Apa Bapak mengenal Bu Najwa?" Tanya Andi, rekan kerjanya.

"Ya, dulu." Jawab Ferdi seraya berlalu dari ruang rapat.

Ferdi ingin kembali menemui Najwa. Namun, semua sudah terlambat. Saat Ferdi sampai di parkiran, Najwa sudah berlalu. Ingin rasanya Ferdi mengikuti, tetapi ia takut Najwa semakin menjauh. Ferdi ingin memperbaiki hubungan mereka, meski hanya sebatas teman saja.

***

Hari berlalu dengan cepat, hari ini robongan Ferdi akan tiba untuk mengadakan acara di resort tempat Najwa bekerja. Acara tahunan untuk merefresh otak para pegawai agar tidak stres dan jenuh, acara yang ditunggu seluruh karyawan.

"Apakah kamu benar-benar tidak bisa ikut?" tanya Ferdi pada istrinya.

"Tidak, Mas, hari ini jadwalku terapi," sahut si wanita dari arah dapur.

"Baiklah, aku pergi dulu. Hubungi kalau ada apa-apa." Setelah mencium kening istrinya, Ferdi segera berlalu dari rumahnya. Rumah yang hingga kini belum dihuni malaikat kecil yang ia harapkan.

Apakah ini karma karena menyakiti Najwa?

***

"Ma, nanti aku mau ikut Mama kerja," ucap si gadis kecil saat sampai di depan sekolah.

"Nggak bisa, Sayang. Nanti sore Bian mau datang. Kalian ada janji mengerjakan kerajinan bersama Bu Lulu, kan?" Tanya Najwa seraya membelai pipi putrinya.

"Setelah Bian pulang?" tanyanya masih dengan rengekan yang sama.

"Kalau Bian pulang, Mama juga sudah pulang, Sayang," jawab Najwa lembut, "besok aja ya," tawarnya.

"Beneran ya, Ma, Tasya mau ketemu Tante Linda. Tasya juga mau ketemu Om Bayu yang lucu itu." Tasya memang cukup sering ikut Najwa bekerja, hampir semua pekerja akrab dengannya. Pembawaan Tasya yang ceria dan cerdas membuat semua orang gemas padanya.

"Mau minta hadiah pasti, kan?" Tasya memang sangat suka diberi hadiah, sekali pun hadiah itu hanya berupa permen lolipop, sudah membuat senyum Tasya merekah.

Setelah negosiasi selesai, akhirnya Tasya beranjak menuju kelasnya. Tasya terlihat begitu riang menyapa guru dan teman-temannya.

*** 

"Apakah sudah mulai acaranya?" tanya Najwa saat melihat Linda begitu sibuk mondar-mandir.

"Setengah jam lalu pembukaan acara, Bu, sepertinya sebentar lagi selesai. Setelah itu dilanjut makan siang. Nanti sore baru dimulai permainannya," terang Linda. Najwa hanya mengangguk lalu mengambil ponsel untuk menghubungi pengasuh anaknya.

"Apakah dia sudah makan?" tanya Najwa setelah sambungan terhubung.

"Sudah, Bu, ini Mbak Tasya masih di kamar mandi. Habis ini langsung tidur siang," sahut sang pengasuh.

"Baiklah. Katakan padanya nanti Bian datang jam dua. Semua perlengkapan tanyakan pada Mbok Sani." Setelah mendengar jawaban dari seberang, Najwa segera mematikan sambungan.

Hari ini Najwa begitu sibuk dengan kegiatannya. Saat akan keluar dari ruangan, ponsel Najwa berdering. Senyum Najwa terbit melihat nama yang tertera di layar.

"Selamat sore My Sweety, apa kamu masih bekerja?" tanya suara bariton dari seberang.

"Ini sudah mau pulang, tumben jam segini telepon?" tanya Najwa heran, karena biasanya jam sigini si penelepon masih sangat sibuk.

"Ini lagi di rumah temen, kamu jangan capek-capek, dong. Bentar lagi aku pulang, loh." 

"Iya, Mas, aku tunggu," jawab Najwa ceria. Suasana hati yang berantakan hari ini langsung membaik setelah mendengar suara si penelepon.

"Sudah dulu, ya, Mas masih ada acara. Jaga kesehatan dan jangan lupa minum obat." Suara dari seberang sebelum mematikan sambungan.

Sambungan telepon sudah dimatikan dari lima menit yang lalu, tetapi Najwa masih diam sambil mengamati beberapa butir obat yang ia pegang.

Najwa menghela napas berat. Sampai kapan ia terus meminum obat ini? Apalagi mengingat seseorang yang sangat ia hindari kini berada di sekitarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status