All Chapters of A girl is a gun: Chapter 1 - Chapter 10
76 Chapters
Chapter 1
      "Berdoalah, karena malam ini malaikat maut sudah menunggu kalian!"DOR! DOR!        Dua letusan senjata api terdengar dan dua nyawa melayang tanpa sempat memberikan perlawanan. Sementara sang malaikat maut dalam wujud manusia itu tertawa. Dengan penuh kepuasaan ia menghampiri korbannya, memeriksa apa mereka masih hidup atau benar-benar sudah pergi ke neraka.       Setelah  memastikan tidak ada sidik jari yang tertinggal, ia pun meninggalkan tempat itu. Ia langsung menuju basement tempat mobilnya diparkir. Kemudian ia membuka penutup wajah yang sejak tadi ia gunakan. Lalu diraihnya ponsel dan menekan beberapa angka yang ia hapal diluar kepala.     "Tugas sudah aku selesaikan dengan baik. Mereka sudah menghadap penciptanya."                * * *     "Gue tunggu 5 menit! Eh, ralat, tiga menit atau gue pergi!
Read more
Chapter 2
    Gladis dan Arsen sudah saling kenal satu sama lain. Saat Gladis kuliah, Arsen adalah mentornya. Lebih tepatnya mentor Dajal, karena dia terkenal kejam dan untuk tugas yang dia berikan,  jika salah harus di ulangi lagi. Meski hanya satu kesalahan kecil, dan jujur saja Gladis sangat membencinya.      'Sial, kenapa harus dia?' gerutunya dalam hati.      Ketika proposal dari masing-masing didiskusikan dan rapat sedang berlangsung.  Para  proyek manager dan manajemen kontruksi sedang berdebat saling mengunggulkan perusahaan mereka. Namun, Gladis dan Arsen yang paling menggebu gebu. Entah karena masa lalu atau memang karena pekerjaan.        "Bagaimana perusahaan kalian mengerjakan proyek besar seperti ini? sedangkan visi misi saja tidak jelas,"  sindir Arsen kepada Gladis.       "Oh,  jadi  Anda meremehkan kami?  Lalu bagaimana seorang CEO &nbs
Read more
Chapter 3
    "Persetan dengan tugas!" seru Gladis.       Pada akhirnya nurani Gladis itu yang menang. Ia segera memarkir mobilnya dan secepat kilat berlari menghampiri mobil Arsen.    "Arsen!  Arsen!"  teriak Gladis memecah kesunyian malam.    "Arsen ayo bangun, aku mohon sadarlah!" serunya lagi sambil membuka pintu mobil.      Dia berusaha menyadarkan Arsen yang tidak sadarkan diri dan tampak luka-luka.  Darah megalir dari kepala dan tangannya yang terkulai lemas ke bawah saat Gladis membuka pintu mobil Arsen. Gladis panik sekali begitu meihat keadaan Arsen.     Jalanan malam hari itu tampak  tidak terlalu ramai. Tetapi, ada beberapa pedagang makanan yang kebetulan mangkal di dekat situ.  Tanpa pikir panjang ia pun mulai berteriak minta tolong.      Teriakannya yang nyaring membuat beberapa pengendara yang kebetulan lewat men
Read more
Chapter 4
      Gladis mengerutkan dahinya dan menatap Arsen. "Kau tidak tau aku siapa?" tanyanya.     Arsen menggelengkan kepalanya. "Aku bahkan tidak ingat siapa diriku. Kau siapa? Ini di mana? dan Aku kenapa?" cecar Arsen penuh kebingungan.     Gladis tertegun selama beberapa saat hingga pada akhirnya ia langsung berlari keluar untuk menghubungi dokter.     Tak lama kemudian, dokter dan beberapa perawat pun datang memeriksa Arsen dan juga memberikan beberapa pertanyaan. Setelah itu dokter pun mengajak Gladis untuk bicara di ruangannya.      "Teman Anda mengalami amnesia. Ini pasti karena benturan yang sangat keras di kepalanya."     "Ap-apa bisa sembuh seperti semula? Apa dia bisa kembali mengingat semuanya?" tanya Gladis khawatir.     Dokter menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan.      "Bisa, tentu saja bisa. Biasanya pasien ak
Read more
Chapter 5
    Kevin terus menyalahkan dirinya sendiri, dia sangat bingung bila atasnya tidak dapat ditemukan. Alasan apa yang tepat untuk dia laporkan ke perusahaan nanti, sementara trading proyek masih terus berjalan. Saat ini  dia sangat membutuhkan  kehadiran Arsen.     Kevin mencoba mencari Arsen ke beberapa tempat, seperti restoran atau tempat hiburan yang biasa dikunjungi Arsen sebelumnya. Tetapi hasilnya nihil.    Sementara itu Gladis  yang sedang menyuapi Arsen harus menghentikan sejenak kegiatannya karena ponselnya berdering. Ternyata pesan masuk dari kantor polisi, memberi tahu perihal perkembangan kasus dari kecelakaan yang Arsen alami.    "Habis ini aku keluar sebentar ya," kata Gladis meminta izin kepada Arsen.    "Ke mana?"    "Ke kantor Polisi untuk mengetahui tentang perkembangan kecelakaan yang kamu alami," jawab Gladis.    "Hemm ...," jawa
Read more
Chapter 6
    Gladis mencari Arsen ke sana kemari. Ke semua penjuru rumah sakit. Dan ia bernapas lega saat melihat Arsen ada di taman. Arsen tengah duduk sambil menikmati pemandangan di sekitar taman.     Melihat Arsen dalam keadaan baik-baik saja, ia pun langsung berlari menghampiri Arsen dan memeluknya. Entah apa yang merasuki Gladis , hingga dia bisa bersikap seperti itu. Sangat bertolak belakang dengan Gladis yang selama ini dingin kepada lelaki.     "Hey, ada apa ini?" tanya Arsen. Ia  membalas pelukan Gladis dan mengusap lembut kepalanya sambil tersenyum hangat.     "Kenapa keluar ngga bilang? Aku khawatir karena kau tidak ada di kamar," tegas Gladis yang tampak sebal sambil terisak.     Tanpa dia sadari, air mata mengalir begitu saja di pipi tirusnya. Tanpa dia sadari juga sebenarnya dia takut jika kehilangan Arsen.     "Maaf, udah buat kamu khawatir,"  jawab Arsen.  Ia me
Read more
Chapter 7
    "Tuhan! cobaan apa lagi ini?" teriak Gladis dalam batinnya.     Gladis memang wanita yang bar-bar dan urakan. Bahkan dimata sebagian orang dia bisa dikatakan sebagai wanita yang brengsek dan terkesan murahan, tentu saja karena kelakuannya yang suka main ke club bersama laki-laki, minum-minuman beralkohol dan bahkan tekadang ia juga berjudi.     Itu semua karena pengaruh saat dia kecil sampai remaja yang tinggal di lingkungan para mafia. Bahkan tidak hanya itu, dia bisa menjadi pembunuh yang terampil karena saat dia tinggal bersama sang ayah dia mempelajari bela diri dan Gladis juga dilatih bagaimana menggunakan berbagai macam senjata.      "Tidak apa kita di cap orang lain brengsek, lebih baik menjadi diri sendiri dari pada hidup dari bayang bayang omongan orang lain, dan yang terpenting kamu bisa jaga tubuhmu sendiri sebaik mungkin, karna itu bentuk komitmen dan tanggung jawab terhadap dirimu sendiri," kat
Read more
Chapter 8
    Saat Gladis melihat Reska keluar dari lift, dia buru-buru mengalihkan perhatian Arsen. Dia langsung berbalik badan agar tidak ketahuan oleh Reska, mereka beruntung karena kondisi hotel lebih ramai dari hari biasanya.    'Tuh kunyuk satu pasti nyariin gue, karena gue bilang bakal balik ke hotel hari ini,' batin Gladis.     Dan benar saja, ponsel Gladis kemudian berdering, telfon masuk dari Reska.    Gladis tidak menggubrisnya, dia hanya melihat sekilas layar ponselnya itu. Wanita berambut coklat itu masih berdiri di depan Arsen sambil menhalau jalan sambil cengengesan.    Setelah Reska pergi, Gladis menghembuskan nafas terasa lega. Tetapi dia masih was-was.    'Semoga gak ketemu si asisten itu, sudah cukup Reska yg bikin jantungan,' Gladis bermonolog sambil memasukkan ponselnya kedalam tas kecil yang di bawanya.    Arsen kebingungan melihat gelagat aneh wanit
Read more
Chapter 9
    "Kenapa? sudah sampai di sini loh, ini tadi juga resto kamu yang pilih kan?" ucap Arsen membuat Gladis kehabisan kata-kata.     "I-itu ... anu."     Dia mencoba mencari alasan, melihat Arsen sambil tersenyum seperti bocah yang kehabisan akal. Sepertinya hari-hari yang akan datang Gladis tidak bisa tenang, karena kebohongan yang dia buat sendiri.     Mulai dari dikejar Reska dan juga takut ketahuan Kevin, dan parahnya lagi saat ini mereka sedang diburu oleh Mr. X dan tentunya mata-mata Mr. X sangat banyak di luar sana. Entah apa yang akan terjadi padanya jika salah satu dari mereka behasil mengetahuinya.     "Baiklah, tapi aku ingin duduk di situ," ujar Gladis sambil menunjuk meja kosong dengan posisi tertutupi tirai di bagian belakang kursi sehingga tidak terlihat dari tempat duduk Kevin.     Jika ketahuan oleh Kevin, dia bisa langsung lari keluar karena posisi mereka dekat dengan
Read more
Chapter 10
    Dengan Reska yang kekeh masih ingin masuk, dan dengan sigap Gladis menghalangi di depan pintu agar Reska tak bisa masuk. Pintu yang sedikit terbuka dan di halangi oleh badan Gladis, Reska tetap mencoba mendorongnya tetapi tetap tidak bisa membukanya.     "Apaan sih? mau masuk juga gak boleh," keluh Reska.     "Udah mau bilang apa, cepetan di sini aja, mau masuk juga mau ngapain?" kata Gladis yang masih menahan pintu dengan badannya.     Reska mulai menyelidik, dia terus bertanya, "Itu siapa sih?"     "Apaan? kagak ada."     "Terus yang ngomong di dalam itu tadi siapa? setan? atau anak jin?" ucap Reska sambil cemberut sudah seperti anak yang merajuk minta mainan.     "Gak ada, kalo gak ada yang penting mending sana deh pergi jauh jauh, hush hush," usirnya kepada Reska dengan gerakan seperti mengusir anak itik.     Tetapi pria bertubuh jangkung it
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status