Share

Chapter 5

    Kevin terus menyalahkan dirinya sendiri, dia sangat bingung bila atasnya tidak dapat ditemukan. Alasan apa yang tepat untuk dia laporkan ke perusahaan nanti, sementara trading proyek masih terus berjalan. Saat ini  dia sangat membutuhkan  kehadiran Arsen.

     Kevin mencoba mencari Arsen ke beberapa tempat, seperti restoran atau tempat hiburan yang biasa dikunjungi Arsen sebelumnya. Tetapi hasilnya nihil.

    Sementara itu Gladis  yang sedang menyuapi Arsen harus menghentikan sejenak kegiatannya karena ponselnya berdering. Ternyata pesan masuk dari kantor polisi, memberi tahu perihal perkembangan kasus dari kecelakaan yang Arsen alami.

    "Habis ini aku keluar sebentar ya," kata Gladis meminta izin kepada Arsen.

    "Ke mana?"

    "Ke kantor Polisi untuk mengetahui tentang perkembangan kecelakaan yang kamu alami," jawab Gladis.

    "Hemm ...," jawab Arsen dengan mulut yang masih mengunyah makanannya.

    "Obatnya diminum dulu ya," ujar Gladis sambil mengambilkan obat dan air minum di atas nakas.

    Setelah memastikan Arsen meminum obatnya,  Gladis bergegas pergi.

    Tetapi,  baru beberapa langkah keluar dari ruangan itu, ia kembali menghampiri Arsen.

    "Ada yang tertinggal?" tanya Arsen.

    "Tunggu sebentar," jawabnya.

    Gladis mengambil pena dari dalam sling bag yang dia bawa.Dia meraih tangan Arsen yang masih terbalut dengan gips. Lantas Gladis Menuliskan beberapa angka di atas gips tersebut.

    Setelah selesai dia menatap kearah Arsen. Karena posisi mereka yang cukup dekat, membuat Gladis diam terpaku  sesaat. Terpesona dengan sosok Arsen.

    Arsen mengusap lembut wajah gadis berparas bule tersebut. Kontan membuat Gladis tersadar dari lamunannya.

    "Ah, maaf, ini aku tulis nomor ponselku. Jadi nanti kalau ada apa-apa hubungi aku. Ini, kau bisa memakai ponsel ini, ponselmu hancur saat kecelakaan kemarin," kata Gladis dengan pipi memerah.

    Dan dengan langkah seribu dia langsung pergi begitu saja. Dan spontan membuat Asen tersenyum dengan tingkah Gladis.

    Sesampainya di kantor polisi dia dijelaskan tentang bagaimana perkembangan kasus kecelakaan tersebut.

    "Jadi begini Mbak, untuk kasus tabrak lari ini pelakunya belum kami temukan.  Saksi  yang ada tidak ada satu pun yang melihat wajah pengemudi. Juga plat nomornya tidak terdaftar, kemungkinan bukan plat resmi. Tapi, kami akan terus mencari pelaku.” 

    "Saya ... kami bukan penduduk asli di kota ini, Pak. Jika tunangan saya sudah sehat dan kembal i ke Jakarta bagaimana?” tanya Gladis.

    "Kami akan menghubungi Mbak Gladis jika ada perkembangan dari kasus ini.”

    "Baiklah,Pak, jika memang  seperti itu," ucapnya agak kesal.

    Bagaimana tidak kesal,  di jalanan itu jelas dipasangi CCTV. Gladis menghela napas panjang  dan mengembuskannya perlahan.

   "Dan untuk barang-barang tuan Arsen yang kemarin menjadi barang bukti jika ingin diambil silakan ke bagian administrasi."

   "Baiklah."

    Setelah selesai di bagian administrasi. Gladis yang sangat dongkol dengan pelayanan di kantor polisi, membuatnya tidak ingin berlama-lama berada di tempat itu. 

    Sebelum kembali ke rumah sakit, dia memutuskan untuk singgah di sebuah restoran yang tak jauh dari rumah sakit tempat arsen dirawat. Di sana dia mengutak-atik ponsel Arsen yang ia ambil dari kepolisian tadi. 

Untuk membuat Arsen lebih percaya lagi, dia melancarkan aksinya kali ini. 

    "Mulai dari kontak ini, e-mail yang tidak penting, dan chat sebelumnya. Oke hapus semuanya dengan begini aku yakin dia akan semakin percaya," ocehnya setelah berkutat dengan ponsel itu.

    Gladis memesan bemakanan, dan  juga  mini cake untuk dibawa ke rumah sakit. Namun, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Mr X yang meneleponnya.

    "Halo Tuan," jawab Gladis. Ia  tak mengira Mr. X akan menelponnya secepat itu.

    "Bagaimana?"

    "Jadi begini Tuan, saat saya akan membunuhnya dia malah mengalami kecelakaan, dan sekarang dia mengalami amnesia, dan ...."

    "Dan apa?" tanya Mr. X dengan nada mengintrogasi.

    "Saya sedang bersandiwara menjadi calon istrinya, nanti ketika dia lengah maka saya akan segera membunuhnya."

    "Kenapa tidak saat ini juga? kau bisa melenyapkannya lebih mudah bukan?"

     Gladis menarik nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar. Ia memutar otak mencari alasan yang tepat untuk berdalih.

    "Kalau sekarang dengan keadaan dia yang tidak mengingat apa-apa bukankah ini terlalu mudah? Bukankah Tuan menginginkan dia sengsara? Kenapa kita tidak memanfaatkan momen ini untuk mengelabuinya, jadi ketika perasaannya sudah luluh maka aku akan mengantarkannya sendiri ke hadapanmu Tuan".

     Gladis berharap tuannya mau berkompromi  kali ini. Mungkin saat ini dia bisa saja terus berdalih, tetapi untuk nantinya dia sendiri belum tau.

    "Kau tau apa konsekuensinya jika kau berani berbohong?" tanya Mr. X mengonfirmasi.

    "Iya Tuan."

    "Aku akan selalu mengawasimu!"

    Gladis mendengus kasar dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Dia merasa resah, karena pasti tuannya tidak akan melepaskannya dengan mudah.

    Dia masih memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Tidak mudah baginya kali ini, pikiran dan perasaanya tidak bisa diajak kompromi sama sekali.

    "Hah! Persetan dengan cinta ...  aarrggghhh!" serunya.  

     Seruan yang kencang tentu membuat orang  melirik ke arahnya. Tetapi, Gladis tak peduli. Dia mencoba menenangkan pikirannya sejenak, sebelum kembali ke rumah sakit.

     Sesampainya di rumah sakit, saat dia berjalan menuju ruangan Arsen. Terlihat para Dokter dan Perawat ramai berkerumun di depan ruangan VIP tempat Arsen dirawat.

     Darah berceceran di lantai depan ruang kamar rawat. Di pakaian para Dokter maupun Perawat. Gladis yang melihat hal itu menjadi panik sekali dan pikirannya pun ke mana-mana, dia takut terjadi sesuatu terhadap Arsen.

    "Maaf, ini ada apa ya? Kenapa ramai sekali?" tanya Gladis kepada salah satu Perawat di dekat kerumunan tersebut.

    "Itu ada pasien yang habis kecelakaan, lalu-“  perawat itu tidak melanjutkan ucapannya karena salah seorang rekannya memanggil.

    "Arsen? semoga tidak terjadi apa-apa," gumam Gladis. Dia terllihat semakin panik begitu mendengar jawaban dari Perawat tadi.

    Dia berlari menuju kamar tempat Arsen di rawat. Tetapi nihil, dia tidak menemukannya.

    Lalu dia keluar dan mencari Arsen ke luar. Dengan perasaan takut dan juga kalut tak karuan.  Saking paniknya dia sampai menabrak orang saat berlarian.

Dia mencoba bertanya kepada perawat jaga di dekat ruangan Arsen.

    "Sus, maaf untuk pasien di ruangan itu ada dimana ya? Saat ramai orang tadi apa terjadi sesuatu dengannya, karena saat ini saya tidak bisa menemukannya?" tanya Gladis kepada salah satu suster jaga.

    "Maaf Nona, saat kami mengantar obat tadi tuan Arsen masih ada di kamarnya. Mungkin dia keluar untuk mencari udara segar, karena memang tadi ada pasien laka lantas dan sangat ramai orang," kata suster yang semakin membuat Gladis bingung.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status