Share

Chapter 4

      Gladis mengerutkan dahinya dan menatap Arsen. "Kau tidak tau aku siapa?" tanyanya.

    Arsen menggelengkan kepalanya. "Aku bahkan tidak ingat siapa diriku. Kau siapa? Ini di mana? dan Aku kenapa?" cecar Arsen penuh kebingungan.

    Gladis tertegun selama beberapa saat hingga pada akhirnya ia langsung berlari keluar untuk menghubungi dokter.

    Tak lama kemudian, dokter dan beberapa perawat pun datang memeriksa Arsen dan juga memberikan beberapa pertanyaan. Setelah itu dokter pun mengajak Gladis untuk bicara di ruangannya. 

    "Teman Anda mengalami amnesia. Ini pasti karena benturan yang sangat keras di kepalanya."

    "Ap-apa bisa sembuh seperti semula? Apa dia bisa kembali mengingat semuanya?" tanya Gladis khawatir.

    Dokter menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. 

    "Bisa, tentu saja bisa. Biasanya pasien akan diberikan terapi okupasi."

    "Terapi ok-okupasi itu, apa?" tanya Gladis.

    "Terapi okupasi ini adalah terapi yang  dilakukan agar penderita amnesia bisa mengenal informasi baru serta membantu penderita untuk bisa memanfaatkan ingatan yang masih ada. Bisa juga dengan memberikan suplemen dan yang paling penting adalah suport dari keluarga," kata dokter menjelaskan. 

   Gladis menganggukkan kepalanya tanda mengerti. 

    "Baiklah kalau begitu, Dok. Terima kasih banyak," kata Gladis.

     Gadis cantik itu pun segera meninggalkan ruangan dokter dan kembali ke kamar perawatan Arsen. Tiba-tiba saja ia mempunyai rencana supaya Arsen tidak harus mati dan proyek besar  bisa menjadi kemenangannya.  

    "Apa kamu tidak ingat apa-apa?"  tanya Gladis pada Arsen.

   "Tidak," jawab Arsen dengan wajah polosnya. Lelaki tampan itu tampak sekali kebingungan.

   "Bahkan siapa namamu sendiri kau tak ingat?"

    "Aku? tidak tau," jawab Arsen sambil menggelengkan kepalanya.

    Gladis seketika meraung membuat Arsen bertambah bingung.

    "Hei, kenapa kau menangis? Duh, sebenarnya aku ini siapa? Dan kau juga siapa?" tanya Arsen lagi.

    "Ja-jadi, kau adalah Arsen Mahavir Adyatama,  kau mengalami kecelakaan kemarin dan terjadi benturan keras di kepalamu. Tanganmu juga patah," jelas Gladis mencoba memberi tau apa yang telah terjadi kepada Arsen.

   "Lalu kamu siapa?" tanya Arsen kepada Gladis.

    Gladis mengembuskan napas perlahan dan perlahan menghapus air matanya.

    "Aku, Gladis Maira Putri, calon istrimu,"  jawab Gladis mencoba meyakinkan Arsen.

    "Kau calon istriku?" ulang Arsen meyakinkan dirinya sendiri sambil mengamati penampilan Gladis .

    "Lalu, bagaimana aku bisa kecelakaan?" tanya Arsen lagi.

    "Semalam , kita bertengkar karena perusahaanmu dan juga perusahaan tempatku bekerja memperebutkan tender yang sama.  Lalu, kita tadinya berencana untuk melepaskan penat di sebuah club malam. Tapi, di jalan mendadak kau membahas kembali pertengkaran kita, lalu aku marah dan ngotot minta turun. Karena aku mengancam akan melompat, kau berhenti  begitu saja di tengah jalan. Dan saat aku turun, dari belakang sebuah truk yang ngebut menabrakmu ... dan, ka-kau-" Gladis kembali menangis sedih.

    Tak di sangka, Arsen membelai lembut kepala gladis. Tanda bahwa dia mulai bersimpati dan percaya kepada Gladis. Gladis bersorak dalam hati lalu mendongak menatap Arsen. 

    "Maafkan keegoisanku," kata Gladis . Dia mencubit pinggangnya sendiri agar merasa sakit. Dan air mata palsu pun mengalir berkat usaha yang Gladis lakukan.

    "Tenanglah, jangan ceritakan lagi jika itu membuatmu sedih," kata Arsen yang tengah percaya dengan drama yang dimainkan Gladis.

    "Maafkan aku, membuatmu khawatir dan maafkan aku telah membuatmu bersedih," sambung Arsen sambil mengusap air mata palsu di pipi Gladis dengan lembut.

    "Hemm," jawab Gladis yang masih pura pura bersedih.

    "Kamu juga jangan bersedih, aku akan membantumu agar segera pulih dan kembali seperti sedia kala," ucap Gladis lagi.

     Sementara itu, di tempat lain Kevin tampak kebingungan. Semalam Arsen keluar entah ke mana. Ia hanya mengatakan ingin mencari udara segar. Tetapi, sampai siang belum juga tampak batang hidungnya. 

    "Aduh, tau bakal menghilang begini, semalam aku ikut ke mana dia pergi. Mana ponselnya juga mati lagi, aduuuh ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status