Share

A girl is a gun
A girl is a gun
Author: Puan alf

Chapter 1

      "Berdoalah, karena malam ini malaikat maut sudah menunggu kalian!"

DOR! DOR! 

      Dua letusan senjata api terdengar dan dua nyawa melayang tanpa sempat memberikan perlawanan. Sementara sang malaikat maut dalam wujud manusia itu tertawa. Dengan penuh kepuasaan ia menghampiri korbannya, memeriksa apa mereka masih hidup atau benar-benar sudah pergi ke neraka. 

     Setelah  memastikan tidak ada sidik jari yang tertinggal, ia pun meninggalkan tempat itu. Ia langsung menuju basement tempat mobilnya diparkir. Kemudian ia membuka penutup wajah yang sejak tadi ia gunakan. Lalu diraihnya ponsel dan menekan beberapa angka yang ia hapal diluar kepala.

    "Tugas sudah aku selesaikan dengan baik. Mereka sudah menghadap penciptanya."

      

        * * *

    "Gue tunggu 5 menit! Eh, ralat, tiga menit atau gue pergi!" ancam Gladis sambil berkaca pinggang.  Saat ini dia sedang berada di sebuah hotel berbintang di kota Bali.

     Gladis Maira Putri, ia adalah asisten direktur di sebuah perusahaan ternama di Indonesia.

    Dia wanita yang sangat misterius, penuh teka teki, tetapi dia juga sangat cerdas dan ceria. Bisa dibilang dia memiliki kepribadian ganda.

    Gladis, berkulit putih, rambut panjang kecoklatan, berwajah dominan bule turunan dari sang ayah. Tinggi semampai dan seksi , berpenampilan menarik tentunya di mata para pria.

    "Oke, sebentar sabar dong , lagi kebelet ,nih," jawab Reska di balik pintu kamar mandi.

    Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan ancaman Gladis.

    Reska  adalah teman Gladis dari kecil sekaligus bosnya. Lebih tepatnya bos secara tekhnis saja. Reska tidak tau menau tentang bisnis. Dia hanya tau bermain game dan juga bersenang-senang. Tetapi , karena ia adalah anak lelaki satu-satunya di keluarga, maka perusahaan milik sang ayah mau tak mau harus ia kendalikan.

    Tetapi, sebenarnya Gladis yang mengerjakan semua untuk Reska. Ia hanya tau beres menerima laporan setiap bulan.

    Gladis adalah lulusan terbaik management bisnis Universitas Indonesia, baginya menjalankan perusahaan milik Reska tidak terlalu sulit.

    "Sebentar lagi meeting, aku tau kau sedang bermain game di dalam sana. Cepat keluar atau aku panggil security untuk  mendobrak pintu ini!" seru Gladis lagi.

    "Iya, bentar Sayang, aku lagi kebelet sakit perut ,kok,” sanggah Reska.

    "Sayang pala lo peang? Nggak usah kebanyakan alasan deh, cepetan keluar!" sepertinya sudah habis kesabaran Gladis kali ini.

    "Iya!"  jawab Reska sambil menghidupkan keran agar Gladis mengira kalau dia benar-benar sakit perut seperti ucapannya.

    Cara klise yang Reska gunakan untuk mengelabui Gladis. Tapi, bukan Gladis namanya kalau dia sampai tertipu oleh ulah Reska. Karena Reska memang paling pandai untuk mencari alasan.

    "Mana hpnya?"  tanya Gladis begitu Reska keluar dari toilet.

    "Nih, silakan cek aja sepuasnya, Kalo sampai gue ketahuan main game, kali ini gue deh yang memimpin meeting."

    "Oke deal, dengan senang hati," jawab Gladis sambil meraih ponsel  Reska.  Ia mencari tau apa saja yang dibuka oleh Reska sehingga dia berlama-lama di dalam toilet.

    Dan benar saja. Reska baru saja bermain game online terlihat dari applikasi yang belum dikeluarkan olehnya.

    “Ini apa?" tanya Gladis sambil memperlihatkan ponsel itu.

    "Itu ...." Reska langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal.  Dia lupa menutup aplikasinya tadi karena buru-buru takut kalau si singa betina itu marah.

     Gladis langsung pergi meninggalkan Reska di kamar hotel. Dia marah karena meras dibodohi oleh Reska.

    "Duh, gawat kalo singa betina itu sampai marah,  aku mau memimpin meeting gimana? isi meetingnya apa aja aku gak ngerti,"  kata Reska bermonolog. Ia pun segera menyusul langkah Gladis dan menahan tangan gadis itu.

Jangan marah, dong. Gue janji deh tadi yang terakhir kali, rayu Reska. 

    "Oke, gue maafin,"  jawabnya ketus. Wajahnya dingin membuat Reska merasa takut dan salah tingkah.

     Jika bukan karena tugas dan pekerjaan.  Dia sebenarnya enggan untuk membantu bosnya itu.  Tetapi, karena tugas yang lain menuntutnya untuk bertemu dengan tergetnya kali ini. Dia terpaksa melakukannya.

    Pekerjaan lain yang Gladis lakukan adalah sebagi pembunuh bayaran. Ya, siapa sangka? gadis yang cantik, ceria, manis serta mempunyai karir  yang bagus adalah pembunuh bayaran.

   Bekerja hanyalah kedok untuk menutupi semua agar hidupnya terlihat sempurna.  Masa lalu dan lingkungan yang membuat Gladis menjadi seperti ini. Dia bisa saja lembut dan baik tetapi juga bisa kejam dan dingin.

   Gladis dirawat dan dibesarkan oleh ibunya. Dia tidak tau siapa ayah kandung sebenarnya. Sampai  sang ibu mulai sakit-sakitan.  Saat itu Gladis berumur  sembilan tahun, ibunya memberi tahu siapa ayah biologisnya.  

    Ternyata ayahnya adalah seorang bos mafia luar negeri,itulah yang membuat sang ibu meninggalkan ayahnya.

    Dia memiliki saudara laki-laki dari pernikahan ayahnya yang pertama. Dan pada saat ibunya meninggal, dia diasuh oleh ayahnya dan tentu saja di lingkungan yang sangat buruk bagi seorang gadis polos sepertinya.

    Sangat terasa berat dan mengerikan bagi Gladis kecil saat itu. Kekerasan di mana-mana, obat terlarang, minuman keras, senjata tajam, judi itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari Gladis di masa kecilnya.

     Walau  ayah dan kakaknya sangat menyayangi Gladis. Tetap saja lingkungan yang buruk membuat dia menjadi seperti sekarang. Menjadi wanita yang urakan, susah ditebak, dan terkadang juga absurd.

    Dia menyembunyikan pekerjaanya sebagai pembunuh bayaran dari orang di sekitarnya. Bahkan bos dan sahabatnya saja tidak ada yang tau.

    Dan targetnya kali in adalah seorang CEO. dari perusahaan Adyatama group. Salah satu industri ternama dan salah satu rival dari perusahaannya.

    "Sebentar lagi meeting mulai, kita harus bisa dapetin proyek ini dan kalahkan lawan-lawan kita," kata Reska semangat karena Gladis mau memaafkanya kali ini.

    "Tenang aja, ini pasti berjalan dengan sangat mudah, seperti yang sudah-sudah," ujar Gladis yakin.

    Sementara itu di lobby hotel sudah ramai para pegawai yang mempersiapkan segala sesuatu di hotel tersebut agar terlihat sempurna. Hari ini tamu VVIP mereka akan datang. Dan tamu ini memiliki temperament yang buruk, arogan, dan juga tidak bisa mentolelir suatu kesalahan sekecil apapun.

    Tetapi sifat buruknya itu tertutupi oleh penampilannya yang sempurna, berwajah tampan, berbadan tegap tinggi atletis. Seperti tokoh utama yang keluar dari komik remaja ke dunia nyata.

    Dia adalah CEO. Dari Adyatama group,  Arsen Mahavir Adyatama. Dia juga akan mengikuti meeting di hotel tersebut. Tujuannya juga sama, untuk mendapatkan kontrak. 

   "Silakan tuan," kata Kevin sambil membukakan pintu mobil yang dinaiki Arsen begitu sampai di depan pintu masuk hotel.

   Kevin adalah asisten pribadinya. Dia hapal betul bagaimana sifat bosnya ini. Tentang temperament dan gaya arogannya.

    Terkadang tanpa bicarapun Kevin tau apa yang diinginkan dan dimaksud oleh bosnya itu. 

    "Kamu sudah berapa lama bekerja denganku?" tanya Arsen begitu dia turun dari mobil dan melihat cara berpakaian Kevin.

    'Oh, shit, bagaimana aku bisa lupa mengancingkan jasku,' guman Kevin dalam hati.

    "Dua tahun tuan,"  jawab Kevin  cepat-cepat mengancingkan jasnya lagi.

   "Oh, itu berarti sudah dua kali kau ikut saya kemari. Tapi , kamu tidak memperhatikan hal sekecil ini?" ujar Arsen sambil berlalu. Kevin pun cepat-cepat mengikuti langkah bosnya itu.

    Memang setiap tahun mereka kemari untuk memperbaharui atau pun untuk mendapatkan suatu kontrak. Karena itu juga para pegawai hotel sampai hapal bagaimana sifat tamunya ini.

    Di ruang rapat sudah ada para stakeholder dan orang orag penting lainnya. Serta Gladis dan tentunya Reska.

    [Dia akan segera tiba]  pesan masuk di ponsel Gladis dari Mr. X yang saat ini menyewa jasa Gladis.

    [Baik tuan]

   Setelah selesai dengan ponselnya, dia meletakkan kembali di meja dan pintu ruangan tersebut terbuka. Begitu melihat siapa yang berada di depan pintu tiba-tiba Gladis membisu. Melihat ke arah Arsen tak berkedip  

   'What the hell! Oh, God!' teriaknya dalam hati setengah tak percaya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status