Semua Bab (Not) A Queen: Bab 1 - Bab 10
128 Bab
Chapter 1 Penculikan
  Angin berembus begitu dingin di bulan November. Angin juga memainkan rambut Alecta. Dia merapatkan jaketnya yang lusuh dan berharap hujan tidak turun, sebab dia lupa membawa payung hari ini. Alecta menyusuri jalan khusus pedestrian menuju ke kawasan kelas III, kawasan yang terkenal paling rawan banjir di Kota Dennosam. Alecta mendesah, seluruh badannya terasa sakit. Dia masih memaksakan diri untuk bekerja meskipun di hari ini adalah hari liburnya. Dia harus bekerja ekstra keras, karena ini merupakan salah satu syarat agar bisa hidup nyaman di Kota Dennosam. Kota dengan biaya hidup lebih tinggi dari pada kota di sekitarnya. Pembangunan di Kota ini sedang berkembang pesat. Alecta masih berjalan di tengah terpaan angin yang menerbangkan daun-daun yang kering. Jalan di gang ini memang sepi, tidak ada halte ataupun pedagang kaki lima. Alecta memang lebih memilih melewati jalan seperti ini, karena akan memperpendek waktunya untuk kembali ke rumah sewa yang k
Baca selengkapnya
Chapter 2 Jual Dirimu, Jangan Pedulikan Harga Dirimu
 “Kenapa kamu tega menculikku dan membawaku kemari, Freya Farista?” Alecta menatap galak. Dia tahu perempuan di hadapannya itu adalah seorang aktris ternama, tapi di masa lalu, perempuan itu adalah teman sebangkunya semasa SMA. Dan ia juga merupakan salah satu orang yang masuk dalam daftar hitam Alecta. Daftar hitam yang tidak pernah diceritakan oleh siapapun.Freya menyeringai, lalu mendekati Alecta. Dia membetulkan rambut Alecta yang kusut, memerah dan bercabang di ujung-ujungnya. “Tenanglah, Alec. Aku tidak akan menyakitimu. Kamu mengenalku selama tiga tahun masa SMA kita. Anggaplah pertemuan ini adalah reuni kita.”Mendadak hawa dingin menyusup di balik baju kerja Alecta yang berbau keringat. Dia mundur selangkah karena Freya yang terus membetulkan letak rambutnya. “Kenapa kamu menculikku!” Dia ingin pertanyaan di awal segera dijawab. Dan jangan lupakan, tidak ada sejarahnya reuni dilakukan cara menculik.&ldq
Baca selengkapnya
Chapter 3 Mengikrarkan Balas Dendam
 Keesokan harinya, Freya mendatangi Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor lagi. Dia ingin menyewa jasa seperti kemarin, tapi bukan untuk menculik, melainkan membuat dunia Alecta serasa runtuh seketika. Hingga Alecta bersedia untuk menandantangani kontrak sebagai surrogater mother.Mobil mewah yang ditumpangi Freya berhenti di tempat parkir. Sebenarnya Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor ini tidak memiliki nama yang jelas. Bahkan orang awam tidak akan menyangka jika bangunan ini ada kantor seperti itu, karena mereka menutupinya dengan memasang plang bertuliskan gedung olahraga. Yang mana di lantai dasar ada tiga lapangan bulu tangkis yang bisa disewakan.Sedangkan lantai ketiga hingga seterusnya, adalah Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor itu sendiri. Pekerjaan mereka bisa dibilang pekerjaan yang sangat dibutuhkan dan memiliki resiko yang tinggi dan harga yang tidak murah. Mereka menawarkan jasa mata-mata untuk mencari informasi seseorang, menawar
Baca selengkapnya
Chapter 4 My Queen, Lakukan Sesuai Keinginanmu
 Ponsel Freya berdering, tanda ada pesan baru. Freya meliriknya sekilas, lalu menyambar ponsel itu di sela-sela malamnya bersama Priam. Dia membaca pesan-pesan dari Laurent, jika misinya berhasil dan segera meminta bayaran yang dijanjikan.“Dari siapa, Sayang.” Priam menoleh dari buku yang dibacanya ke arah istrinya yang sedang menyisir rambut di depan cermin meja hiasnya.“Hah! Da-dari sutradara. Dia menawariku sebuah projek film untuk ditayangkan tahun depan.” Freya tersenyum manis, meskipun dia sedang berbohong.Priam ber-oh, kemudian melanjutkan bacanya lagi.Freya yang merasa respon oh dari Priam adalah sebuah kekecewaan. Dia memutuskan untuk mematikan ponselnya, lalu mendekati dan bermanja di lengan suaminya. “Sepertinya buku yang kamu baca menarik sekali, Sayang.”Priam menutup bukunya, kemudian mengacak-acak rambut Freya yang telah ditatanya.“Sayang!” Freya tertawa karena
Baca selengkapnya
Chapter 5 Pria Berkacamata
 “Aaaaakkk!” Alecta memejamkan mata, lalu menjerit hingga tubuhnya sedikit terdorong ke belakang. Dia baru membuka mata dan menyadari jika jarak wajahnya dengan ujung depan mobil sangat dekat. Jantungnya berdegup kencang, Alecta baru saja selamat dari kematian.“Anda tidak apa-apa?” tanya seorang pria berjas hitam dan memakai sarung tangan warna putih. “Hei! Apakah Anda terluka?” tanyanya lagi.Alecta menengadah, wajah pria itu tidak tampak karena silau dari sinar matahari. Sampai pria itu ikut berjongkok di hadapan Alecta. Wajahnya sangat dekat dengan wajah Alecta.Alecta terkesima dengan pria di hadapannya. Dia seperti dewa yang diutus untuk turun ke bumi dan menemui Alecta.Astaga! Tampan sekali!Meskipun pria itu memakai kacamata, tidak mengurangi pesonanya. Rambutnya yang tertata rapi, wajah yang bersih tanpa jerawat ataupun bintik hitam kecil, dan sarung tangan putih yang membungkus ta
Baca selengkapnya
Chapter 6 Rencana yang Sedang Dirancang
 “Anda tau, Nyonya Freya. Bahkan perempuan berbadan gendut itu mengusir Alecta, tak peduli ada uang di tangannya.” Laurent tertawa. “Lalu setelah perempuan itu diusir, tiga debt collector itu merampas uangnya, dan terakhir dia bermalam di depan toko.” Laurent menjentikkan jarinya. “Bukankah itu menyenangkan?”Freya hanya tersenyum simpul. Meskipun Laurent berhasil menjungkirbalikkan kehidupan Alecta, tapi perempuan itu belum menghubunginya sampai sekarang. Jika ia sudah menyerah, harusnya sejak tadi malam minta untuk dijemput.“Jadi bagaimana dengan bayarannya?” tanya Laurent.Freya mengambil amplop yang berisi uang untuk membayar jasa Laurent, pria yang mirip Swiper si rubah pencuri. “Silakan dihitung.”Laurent tertawa. “Aku percaya padamu, Nyonya.”Freya mengecek ponselnya. Tidak ada panggilan masuk ataupun pesan baru. Dia mulai resah.“Sepe
Baca selengkapnya
Chapter 7 Menjadi Pribadi Lain
 Sebuah mobil putih mengkilat dengan ban-ban hitam yang kontras dengan warna aspal berhenti di depan rumah tak berpenghuni. Seorang pria berpenampilan rapi keluar dari mobil, lalu menatap ke sebuah jendela tanpa kaca. Di sana Alecta sudah menunggu.Alecta mengambil napas panjang. “Ini saatnya memulai membalaskan dendam. Kamu bisa Alecta. Buat Freya menderita karena pernah merampas orang yang kamu sukai! Buat Freya menanggung akibat karena menjungkirbalikan kehidupanmu dalam semalam. Buat Freya membayar semua ini.”Alecta sudah memantapkan tekadnya. Dia hanya ingin membuat Freya merasa kehilangan. Dia mengangkat tas besar dan amplop berisi surat kontrak yang tulisan sudah pudar. Saat melangkah keluar, Alecta mendapat sambutan penuh penghormatan di lakukan oleh pria itu.“Saya Naratama, utusan dari Nyonya Freya. Silakan masuk, Miss Alecta.” Pria itu membukakan pintu mobil seakan menyuruh Alecta agar segera bergegas.Alec
Baca selengkapnya
Chapter 8 Perbaikan Menjadi Cantik
 “Poin ke-15, tidak boleh keluar apartemen kecuali saat pemeriksaan berkala ataupun dalam keadaan mendesak. Poin ke-16, tidak boleh membocorkan hal ini kepada media dan hindari paparazi.” Aleta tidak percaya jika isi surat kontrak ini ada 100 poin yang harus dipatuhinya. “Kamu membuat surat ini jauh lebih detail dari sebelumnya.”Freya masih menikmati kopinya. Sejenak ia belum menjawab pertanyaan Alecta.“Poin ke-27, dilarang membawa teman ataupun saudara ke apartemen ini. Kamu ingin menyiksaku dalam kesepian?” Alecta menatap tajam lawan bicaranya yang masih menyesap kopi. “Jawab aku, Frey.” Alecta sudah merasa gemas karena tak kunjung dijawab.Freya meletakkan cangkir kopinya dengan lembut, seolah sedang makan bersama keluarga kerajaan. Kini, ia menatap Alecta. “Iya, aku mendetailkan semua surat kontrak itu agar kerahasiaan surogasi ini tetap terjaga. Tidak bocor pada media, karena aku tidak men
Baca selengkapnya
Chapter 9 Pria Penurut
 Alecta mendekatkan wajahnya ke Naratama. “Bagaimana kepribadian Priam Ardiaz?”Refleks Naratama menghindar, lalu menyodorkan sekotak donat. “Miss mau donat?”Alecta tersenyum, pertanyaannya tidak dijawab oleh Naratama. Dia tidak memperlihatkan rasa kesalnya melainkan tersenyum dan mengambil satu donat bertopping cokelat. “Terima kasih, kelihatannya lezat.”Alecta memainkan aktingnya. Dia memakan donat yang dipilihnya, seolah melupakan pertanyaan nekat tadi. “Donat ini sungguh enak!”Naratama tertawa hambar sambil menggaruk belakang kepalanya. Bagi Alecta, perilaku seperti itu berarti lawan bicaranya sedang grogi.“Kenapa Miss bertanya soal Tuan Ardiaz?”Alecta diam sejenak, memikirkan apa yang ingin dia jawab, karena perilaku Naratama agaknya sulit ditebak.“Iya ... Aku hanya takut. Selama ini aku belum pernah bertemu langsung dengan Priam Ardiaz, tapi aku
Baca selengkapnya
Chapter 10 Buket Bunga Kedua
 Priam sedang terjebak dalam lautan manusia. Rapatnya sudah selesai tiga puluh menit yang lalu, tapi perjalanan menuju restoran, tempat pertemuannya dengan kandidat surrogate mother akan terlambat. Dia sudah mengirim pesan kepada Freya, kalau dirinya akan terlambat sampai waktu yang tidak bisa diprediksi.“Macet banget, Pak.” Pak Samsul berusaha memecah kesunyian serta kecemasan tuannya.“Tidak apa-apa, Pak. Lagian banyak orang yang turun ke jalan. Apa mereka sedang demo?” Priam bertanya balik.Pak Samsul yang tadi sudah menegangkan wajahnya karena takut kena semprot Priam karena keterlambatan ini, akhirnya bisa bernapas lega. Setidaknya tuannya tidak memasang wajah galak seperti singa jantan yang ingin berkelahi dengan singa lainnya.“Sepertinya tidak, Pak. Kalau tidak salah sedang ada festival kembang api untuk memperingati hari jadi kota ini, Pak,” Pak Samsul menjawab santai. Ia tahu berita fest
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status