Share

(Not) A Queen
(Not) A Queen
Penulis: Ilamy Harsa

Chapter 1 Penculikan

Angin berembus begitu dingin di bulan November. Angin juga memainkan rambut Alecta. Dia merapatkan jaketnya yang lusuh dan berharap hujan tidak turun, sebab dia lupa membawa payung hari ini. Alecta menyusuri jalan khusus pedestrian menuju ke kawasan kelas III, kawasan yang terkenal paling rawan banjir di Kota Dennosam.

Alecta mendesah, seluruh badannya terasa sakit. Dia masih memaksakan diri untuk bekerja meskipun di hari ini adalah hari liburnya. Dia harus bekerja ekstra keras, karena ini merupakan salah satu syarat agar bisa hidup nyaman di Kota Dennosam. Kota dengan biaya hidup lebih tinggi dari pada kota di sekitarnya. Pembangunan di Kota ini sedang berkembang pesat.

Alecta masih berjalan di tengah terpaan angin yang menerbangkan daun-daun yang kering. Jalan di gang ini memang sepi, tidak ada halte ataupun pedagang kaki lima. Alecta memang lebih memilih melewati jalan seperti ini, karena akan memperpendek waktunya untuk kembali ke rumah sewa yang kondisinya tidak kalah memprihatinkan.

Entah mengapa, Alecta merasa ada yang mengikutinya. Dia refleks menoleh ke belakang, lalu melihat ada sebuah mobil bergerak melamban dan ikut berhenti ketika dirinya berhenti. Ketika Alecta menepis pikiran jeleknya, mobil itu tetap mengikutinya di belakang. Dia teringat akan sesuatu, akhir-akhir ini berita tentang penculikan perempuan usia di atas 20 tahun sedang marak terjadi.

Alecta berpikir, mobil yang mengikutinya adalah mobil sang penculik. Tanpa pikir panjang, dia segera berlari ke arah persimpangan. Dia berlari sekuat tenaga untuk sampai di rumah sewanya yang masih berjarak 500 meter lagi, akan tetapi mobil itu sudah menghadangnya di depan.

Alecta yang gelagapan, akhirnya berbalik, lalu berlari ke arah berbeda. Namun naas, dua orang laki-laki yang memakai penutup wajah berhasil menangkap Alecta.

“Lepaskan aku! Lepaskan aku!” Alecta berteriak. Dia juga memberontak agar bisa lolos dari cengkeraman kedua pria yang wajah pun tidak kelihatan.

Dua pria itu sedikit kesusahan menyeret Alecta untuk masuk ke dalam mobil secara paksa. Salah satu dari pria itu akhirnya memberikan kejut listrik hingga Alecta pingsan.

“Cepat bawa dia!” salah satu pria itu berseru. “Pastikan dia adalah perempuan bernama Alecta Zeline.”

Seorang pria yang sudah menunggu di mobil memeriksa wajah peremuan itu dan mencocokannya dengan dua lembar foto yang dibawanya. “Benar! Perempuan ini Alecta Zeline.”

Dua pria yang menggotong tubuh Alecta langsung memasukkannya ke dalam mobil dengan posisi terlentang.

“Kita aka mendapat uang yang besar karena telah mendapatkan perempuan ini!” Pria yang memegang foto itu berseru. Ia menutup pintu dan mobil itu melaju ke arah pusat Kota Dennosam.

***

Beberapa hari yang lalu.

Seorang perempuan berpakaian modis dan bermerek terkenal menyodorkan sebuah amplop cokelat besar yang berisi beberapa kertas dan dua foto seorang perempuan.

“Aku ingin kalian mencari perempuan ini dan bawa dia padaku,” ucapnya kepada pria yang duduk di kursi putar.

Pria yang duduk di kursi putar itu masih tak acuh, hingga perempuan itu mengeluarkan dua gepok uang dari tas selempang bermerek terkenal, dan menyodorkannya kepada pria yang duduk itu.

“Anggap itu uang muka untuk menculiknya.” Perempuan berpakaian modis itu tak ingin diabaikan.

Pria yang duduk di kursi putar itu menyeringai seperti Swiper si rubah pencuri. Dia mengambil uang itu dan menghitungnya. “Omong-omong, kenapa aktris terkenal sepertimu menginginkan perempuan jelek dan lusuh ini?”

Pria yang duduk di kursi putar itu tahu, bahkan semua staf-stafnya di Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor ini juga tahu, kalau perempuan berpakaian modis dari kacamata hitam sampai sepatunya memakai barang yang bermerek, dia adalah Freya Farista.

Freya Farista adalah aktris terkenal dan membintangi film-film besar. Dia juga salah satu perempuan terpandang di negeri ini.

“Kamu tak perlu tau alasannya. Yang jelas, jalankan saja perintahku!” Freya mengerang menampakkan wajah galaknya. “Jika kalian bisa membawa perempuan itu kepadaku, aku akan memberikan tiga kali lipat dari uang muka itu.”

Pria yang duduk di kursi putar itu berseru, “Deal!”

Freya kembali ke mobilnya, sebab dia tak ingin berlama-lama di kantor ini. Jika bukan karena desakan suaminya, dia tidak mungkin datang ke tempat seperti ini, dan menyewa jasa mereka untuk mencuri seorang perempuan.

“Jalan, Nara,” titahnya kepada sopir. Mobil mewah berwarna hitam mengkilat itu kembali melaju ke jalanan Kota Dennosam yang sedikit padat karena banyak pekerja kantoran yang pulang dari tempat kerja.

Freya kembali membaca kertas-kertas yang berisi tentang informasi tentang perempuan yang akan dia culik. Di kertas itu tertulis jelas dengan font kapital dan dicetak tebal nama perempuan itu. Alecta Zeline.

Sekilas, Freya menemukan sesuatu yang membuatnya yakin jika perempuan bernama Alecta ini akan menerima tawarannya sebagai surrogate mother. Karena Freya tahu, orang-orang semacam Alecta, yang namanya tercantum di DPO (Daftar Pencarian Orang) adalah  orang yang memiliki hutang, tidak boleh keluar dari kota itu sampai hutang beserta bunganya lunas.

Di Kota Dennosam, hanya satu perusahaan besar yang sering menawarkan pinjaman uang. Jika ada nasabah yang menunggak, namanya akan tercatat pada sebuah situs yang bisa diakses oleh semua stasiun, terminal, maupun bandara. Karena syarat untuk keluar dari kota ini harus memperlihatkan identitas. Begitulah cara perusahaan itu bekerja.

Freya menyeringai. Sebentar lagi, rencanaku akan sempurna berjalan. Aku tidak perlu susah-susah merasakan kehamilan yang membuat badanku melar dan yang terpenting, aku tidak mengecewakan kekasihku.

***

Alecta terbangun. Pandangannya buram dan kepalanya terasa berat. Dia melihat langit-langit yang silau karena lampu menyala amat terang. Tangannya berusaha merasakan apa yang ada di sekitarnya.

Alecta merasakan kalau dirinya terlentang di kasur yang empuk dan lembut. Hidungnya mencium aroma lavender yang kuat dan menenangkan. Pertanyaannya yang muncul adalah, “Di mana aku sekarang?”

Seketika Alecta bangkit dan tubuhnya sudah diselimuti. Dia membuka selimut itu dan bersyukur karena pakaiannya masih lengkap, hanya jaket lusuh dan sepatu yang sobek di sana sini yang terlepas dari tubuhnya.

Alecta baru mengingat kejadian sebelum ini. Tadi dia diculik oleh dua pria yang memakai topeng dan memberinya kejutan listrik. Setelah itu Alecta tidak ingat apa-apa lagi.

“Kenapa aku bisa di sini?” Sekarang nyali Alecta menciut. Dia takut jika yang menculiknya adalah debt collector yang sering menagih uangnya, karena Alecta masih terikat hutang dengan sebuah perusahaan peminjaman uang, satu-satunya yang ada di Kota Dennosam.

Alecta tidak pernah meminjam uang dari perusahaan itu apalagi menggunakannya. Tapi mantan suaminya yang melakukan ini, sekarang ia entah pergi ke mana. Mantan suami yang keparat itu meninggalkan hutang yang sangat besar ditambah bunga yang makin berlipat-lipat. Oleh sebab itu Alecta harus berkerja keras untuk menutupi hutang-piutangnya. Dia berjanji, akan membunuh suaminya karena menyebabkan hidupnya sengsara.

“Ayolah, jangan egois. Semua ini demi kita. Aku dan kamu!”

Alecta mendengar suara perempuan yang sedang berbicara. Dia segera turun dari ranjang dan mengambil sandal dengan bantalan tipis. Suara perempuan itu ada di luar ruangan ini.

“Saat ini aku sedang sibuk, Honey. Bisakah pertemuan kita ditunda dulu? Iya, aku sedang bersama temanku.”

Alecta mendengar kata ‘temanku’, dia langsung mengingat-ingat siapa teman yang tega menculiknya dan membawanya ke tempat seperti ini. Dengan hati-hati, dia membuka pintu untuk mengintip siapa yang mengaku sebagai temannya.

Perempuan yang mengaku-ngaku sebagai teman Alecta sedang menelepon dan berdiri di dekat jendala. Dilihat dari pemandangan jendela, sepertinya tempat Alecta berdiri tidak berada di lantai dasar, sebab dia hanya melihat gedung yang menjulang juga.

Di mana aku? Pertanyaan itu terus terngiang di dalam kepala Alecta.

Perempuan itu berbalik, dia melihat Alecta yang sedang mengitip di balik pintu kamar. Dia tersenyum. “Apa kabar Alec?”

Alecta yang tertangkap basah karena mengintip, akhirnya membukakan pintu itu. Meskipun sudah lama tidak bertemu, dia masih mengenal perempuan yang mengaku sebagai temannya tadi.

“Kenapa kamu tega menculikku dan membawaku kemari, Freya Farista?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
IyoniAe
harus lanjut nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status