Two Seasons of Marriage

Two Seasons of Marriage

Oleh:  Uwie_bee  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
46Bab
4.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Lily menyerah mendapatkan cinta Rayyan yang ternyata memang bukan untuknya. Jika saja saat itu ia menolak perjodohan yang ditawarkan oleh ayahnya, tentu saja hidupnya tak akan sehancur saat ini. Rayyan memilih kekasihnya dan menceraikan dirinya disaat ia sedang membutuhkan seseorang yang menyemangati dan menyayangi dirinya serta calon anak yang sedang dikandungnya tanpa Rayyan ketahui sebelumnya. Apa yang harus Lily lakukan, menyerah atau melanjutkan kembali hidupnya? Tepat disaat Lily memilih hidup yang baru, Bagas hadir sebagai penyembuh luka hatinya. Ia datang disaat Lily membutuhkan dirinya. Bagaimana dengan wanita yang juga kekasih Rayyan, bisakah ia tak mengusik hidupnya lagi? Ah, sepertinya nasib baik tak berpihak padanya. Ia masih saja tersaingi oleh kehadiran Lily yang masih selalu diingat oleh keluarga besar Rayyan. Apakah Rayyan akan diam saja saat ia tak sengaja mengetahui jika mantan istrinya ternyata mengandung anaknya? Tidak, bahkan tak seharusnya ia peduli. Karena yang ia tahu, ia hanya mencintai Nayya bukan Lily.

Lihat lebih banyak
Two Seasons of Marriage Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Dewi Pratiwi
Ayo semangat!!
2021-10-04 08:03:52
0
46 Bab
Perceraian yang tiba-tiba
Malam yang semakin larut rupanya tak membuat dua orang itu mengantuk. Dua gelas minuman hangat, cammomile tea pun tak segera membuat keduanya beranjak tidur. Sunyi senyap tak ada suara, hanya ada dentingan suara jam dinding yang sedari tadi ramai memenuhi indera pendengaran mereka berdua. Si wanita menoleh. Raut wajahnya kacau. Mata dan hidungnya memerah. Urat di dahinya pun terlihat mengerut samar. Emosi yang seharusnya menguar, tertahan oleh kerutan itu. "Kamu serius, mas Ray? Maksud aku, papa baru saja meninggal. Bisakah kamu menunggu satu tahun lagi?" pintanya memelas. Pria di sampingnya adalah Rayyan, suami yang baru dinikahi olehnya satu tahun yang lalu tepat di hari ulang tahun sang papa. Keduanya menikah atas dasar perjodohan bisnis antara dua perusahaan, tanpa cinta sama sekali. Satu bulan berjalan sejak pernikahan itu terjadi, Lily sang istri jatuh cinta pada suaminya. Namun, seperti pungguk merindukan bu
Baca selengkapnya
Perbedaan yang nyata
Melihat perlakuan Lily tadi pagi, hampir membuat Rayyan tak berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Berulang kali ia tak pernah fokus saat mendengarkan temannya menyampaikan pendapat dalam meeting bulanan yang dihadiri sebagian petinggi perusahaan. Posisi penting yang dimiliki Rayyan memaksanya untuk hadir, ini yang tak disukai olehnya. Semenjak ayahnya memilih pensiun dan fokus pada hobinya, dirinyalah yang selalu dijadikan tameng untuk memimpin perusahaan. Rayyan menatap malas layar putih di depannya yang berisikan agenda perusahaan serta visi misi yang baru saja mereka rangkum. Sekilas kumpulan huruf itu nampak bagaikan serabut rumput yang menggulung di tengah sawah. "Sekian pemaparan visi dan misi dari departemen marketing. Kepada pak Rayyan, kami mohon koreksinya. Terima kasih." Rayyan terkesiap kaget. Matanya yang tadi menutup sejenak seketika membola saat kalimat terakhir disampaikan oleh anak buahnya. Mata Rayy
Baca selengkapnya
Cinta itu
Pintu rumah dibuka lebar oleh Tya menyusul kedatangan Bagas yang tiba-tiba saat hari menjelang malam. Seperti biasa, bila malam Sabtu tiba mereka berdua sering berbincang bersama membicarakan hal random sambil menonton televisi. Kali ini ada yang tak biasa, ada Lily yang ikut duduk bersama mereka di ruang tengah. Bagas mematikan rokok yang ia hisap dan menginjaknya hingga hancur lalu menyemprotkan pengharum ruangan. Aroma jeruk pun menguar. Lily yang baru saja duduk sedikit terganggu namun lebih baik daripada ia harus menghirup bau bakaran rokok yang lebih menyengat."Bagas, apa di kantor kamu ada lowongan pekerjaan? Maksud aku, kalau memang ada aku ingin kerja disana." pertanyaan Lily membuat kedua sahabatnya mematung seketika. Tya mengedipkan mata dan Bagas membuka mulutnya lebar-lebar. Tak percaya dengan apa yang mereka dengar. "Kerja? Di kantor? No, lebih baik kamu teruskan butik peninggalan mama kamu," tolak Bagas.
Baca selengkapnya
Pertemuan keluarga
Ternyata, berita perceraian Rayyan dan Lily sampai juga ke telinga Abi, sepupu Rayyan yang tinggal di luar negeri yang dengan sengaja datang ke Jakarta hanya untuk menginterogasi mantan suami Lily tersebut. Satu bulan tepat berita itu merebak, tersiar juga kabar kedekatan Rayyan dan model dewasa terkenal bernama Nayya. Ini sebenarnya yang membuat Abi geram. Rayyan dengan bodohnya melepas Lily, wanita selembut bidadari demi Nayya wanita yang menurutnya murahan. Ponsel Rayyan berdering nyaring di pagi hari yang cukup cerah ini. Warna putihnya masuk melalui celah tirai dan menusuk mata Rayyan yang sudah membuka perlahan. Disambarnya ponsel genggam itu lalu membuka kunci dan melihat banyaknya panggilan dari sepupu jauhnya itu. "Ah, anak nakal itu lagi," gumamnya. Rayyan menggeliatkan tubuhnya. Matanya menyipit, perlahan membuka penuh lalu bangun dan berjalan terhuyung ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri, Rayyan pun membuka tirai dan jendela membiarkan sinar mataharinya masuk k
Baca selengkapnya
Mencari dirinya
Kebiasaannya di pagi hari, kini berubah bagi seorang Lily. Dulu, ia sangat senang sekali membuat beraneka macam sarapan kesukaan Rayyan. Menyiapkan kemeja kerjanya, membersihkan sepatunya hingga memakaikan dasi pun ia lakukan setiap hari. Sejak satu bulan lalu, semenjak ia melepas status sebagai istri sah Rayyan kebiasaannya di pagi hari adalah memandangi foto mendiang ayahnya yang terpajang rapi dalam bingkai pigura emas. Ia merindukan ayahnya. Ia belum siap untuk ditinggal, namun takdir seolah memaksanya. Lily selalu menggenggam kalung pemberian ayahnya dua tahun lalu sebelum pernikahannya dengan Rayyan. Kalung emas putih dengan bandul bintang dan bulan berukirkan namanya di salah satu bandul. Kata ayahnya, bandul itu mempunyai fiosofi. Jadilah seperti bintang, walau letaknya jauh namun sinarnya terang hingga ke bumi dan jadilah bulan yang tetap setia mengitari bumi walau kadang terabaikan. 
Baca selengkapnya
Menginginkan semuanya
Nayya mendumal. Pagi ini ia sedikit kecewa dengan calon suaminya yang menyuruhnya bertandang ke rumah orangtuanya. Pernikahan mereka tinggal menghitung hari. Satu Minggu dari sekarang tepatnya. Rencananya, pernikahan ini akan diadakan secara pribadi tanpa keluarga dan teman yang tahu. Namun, Nayya selalu merengek setiap malam. Ia merayu Rayyan hingga akhirnya pria berstatus duda itu luluh. Alasan Nayya mendumal adalah karena ia datang bertandang sendiri tanpa ditemani oleh Rayyan. Nayya tahu, pastinya ada konsekuensinya jika pernikahan dilaksanakan terbuka. Salah satunya ini, pihak keluarga yang akan ikut campur."Kamu tidak datang ke rumah orangtuamu? Aku takut kesana sendiri," rayu Nayya. Tangannya mengusap pinggiran lengan jas Rayyan. Bibirnya mencebik lucu dengan pipi yang menggembung.Rayyan menoleh. Masih membereskan dasinya, ia merapikan semuanya sendiri. Nayya, bahkan tidak ada kesadaran untuk membantunya. 
Baca selengkapnya
Pengganti yang baru
Hari ini, wajah Lily terus tersenyum sepanjang hari. Tak lagi ada galau ataupun rasa sedih seperti beberapa bulan yang lalu saat ia bercerai. Bagas yang baru tiba di Jakarta kemarin, sengaja meluangkan waktunya untuk mengantar Lily periksa ke dokter kandungan. Ah, ini jadi salah satu penyebab Lily amat bahagia hari ini. Sepanjang jalan Lily terus mengoceh. Ia bercerita setiap harinya ia punya banyak pelanggan di kafenya Tya yang terus mengajaknya berkenalan. Katanya, tak hanya pria bahkan wanita dan anak kecil pun ada. "Seru dong. Kamu suka?" tanya Bagas. Lily mengangguk senang. Ia menyebutkan satu persatu nama pelanggannya dan anehnya ia pun hapal. "Bagas, terima kasih ya." "Terima kasih untuk apa?" tanya Bagas. Ia berpura tak tahu. Ia yakin, ini menyangkut kehadirannya menemani Lily untuk periksa kandungan."Sudah mau jadi seseorang yang sayang sama aku," ujarnya dengan sen
Baca selengkapnya
Gagal bertemu mantan
Hari pernikahan pun tiba. Nayya telah selesai bersolek sejak pagi. Gaun pengantin cantik yang ia beli dari butik langganan, membuatnya cantik. Warna putih dengan manik silver dan sedikit aksen pita di salah satu sudut membuatnya tampak seperti putri dongeng.Begitupun dengan Rayyan. Tuxedo hitam dengan bahan beludru dengan dasi kupu-kupu membuatnya tampak seperti pangeran. Serasi jika disandingkan dengan Nayya. Pernikahan Rayyan dan Nayya memang tak sepenuhnya mendapat restu dari kedua orangtuanya. Namun mereka memilih datang sebagai rasa tanggung jawabnya sebagai orangtua.Prosesi ijab kabul berlangsung lancar, Rayyan sangat lancar mengucapkan ikrar sehidup semati dengan Nayya. Betapa bahagianya Nayya, dari balik pintu penghubung ia tersenyum sambil terus memegang buket bunga."Nayya, prosesi ijab kabul sudah selesai. Kamu segera ke luar untuk acara sungkeman," ujar Kirey dengan nada ketus dan wajah seram yan
Baca selengkapnya
Masih mencoba
Malam belum sepenuhnya larut. Lily yang akan beranjak tidur tiba-tiba teringat dengan pengakuan cinta dari Bagas beberapa hari yang lalu. Pengakuan cinta dan memintanya kembali lagi bersama seperti dahulu. Kembali mencintai dan menjalin kasih. Lily duduk sambil mengusap perutnya yang mulai sedikit membuncit. Ini sudah masuk trimester kedua. Seharusnya disaat-saat seperti ini, suaminya mendukung dan memberikan banyak cinta padanya. Andai saja ia seperti Nayya, yang dicintai dan disayangi sepenuh jiwa pastinya ia dan anaknya akan bahagia saat ini. Sayangnya tidak. "Semoga Bagas bisa menjadi ayah yang baik untuk kalian," gumam Lily. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Karena belum terlalu mengantuk, ia pun bangun dan ingin sekali bergabung dengan Bagas dan Tya yang sedang bersantai di ruang tengah. "Haa...haaa..itu bule gegabah. Kenapa dia tidak tunggu pesanannya d
Baca selengkapnya
Malam pengantin kedua
Sepasang pengantin baru itu tertawa riang memasuki kamar hotel yang telah mereka pesan sebelumnya. Rayyan bergegas membaringkan tubuh mungil Nayya di atas ranjang putih dengan serakan potongan mawar merah memenuhi hampir seluruhnya. Nayya menarik tuxedo Rayyan yang membuatnya terhuyung ke depan. Rayyan mengukung tubuh Nayya lalu membisikkan sesuatu di telinganya." I love you."Rayyan membuka tuxedonya dan membuangnya ke segala arah. Lalu diikuti pakaiannya dan Nayya pun melakukan hal yang sama. "Aku lelah. Aku mau tidur." Rayyan berguling ke arah samping dan merebahkan tubuhnya lalu memejamkan matanya. Nayya berbalik, tidur tengkurap dan memeluk Rayyan dengan erat. "Kamu kenapa?" "Aku hanya sedang lelah, Nayya." Rayyan memiringkan tubuhnya menghindari Nayya. Ia belum sepenuhnya tidur. Bayangan kata-kata ibunya membuat pria itu merinding. Bayangan wajahnya bahkan cara dia menatap, membuatnya merasa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status