Share

Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda
Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda
Penulis: Clavita SA

Bab 1 Hari Pernikahan

"Aku sudah menjadi seorang istri ...."

Nara terlihat begitu terpukul sekali atas perjodohan yang terjadi, dirinya tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi jaminan dari hutang yang dimiliki keluarganya.

"Apa yang harus aku lakukan setelah menjadi istrinya nanti? Aku takut ...."

Mengingat sikap Ardhan yang dingin, Nara merasa ketakutan jika dirinya tidak mendapatkan perlakuan yang baik sebagai seorang istri.

Siang ini mentari sedang panas-panasnya. Pesta pernikahan pun di gelar, walau tidak begitu mewah dan hanya dihadiri beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga saja. Tetapi, jamuan di meja begitu banyak.

Kala itu, Nara mengenakan gaun putih yang menjuntai dengan bagian dada yang agak terbuka. Sedangkan Ardhan, ia hanya mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja putih dan dasi pita. Mereka duduk berdampingan dengan perasaan terpaksa.

"Saya tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, saya harap sikapmu tidak mengecewakan Kakek. Jadi, tersenyumlah. Kalau tidak, saya akan membatalkan bantuan terhadap keluargamu," pinta Ardhan dengan nada berbisik.

Nara menoleh. "Baik, Pak. Saya paham!" jawab Nara. Lalu, wanita itu tersenyum, walau merasa terpaksa. Berusaha memberikan senyuman terbaiknya.

Nara melirik ke arah Ardhan, ia sadar jika pernikahan ini terjadi atas dasar permintaan Kakek Heraldo. Ia juga melihat Ardhan yang tampak menyayangi pria tua itu. Walaupun sikapnya terbilang dingin, tetapi ia begitu perhatian terhadap orang yang disayanginya.

"Bicaralah dengan nada rendah dan menyenangkan."

"Baiklah."

Mereka memang mengobrol, tetapi tidak lebih dari kepentingan yang berhubungan dengan perjanjian diantara keduanya.

Hingga, Kakek Heraldo mendatangi Ardhan, matanya memberi isyarat agar ikut pergi bersamanya.

"Kakek mau bicara sebentar!" ajaknya.

"Baik, Kek!" sahut Ardhan.

Ardhan melangkahkan kakinya mengikuti Kakek Heraldo, tetapi ia menoleh sebentar ke arah Nara. " Saya mau pergi dulu sebentar!"

"Mereka mau bicarakan soal apa?"

Nara tidak menyahut, tetapi rasa penasaran terus bergelayut di pikirannya.

Namun, saat Ardhan sudah tidak ada di sana seorang wanita dengan kebaya merah muda tiba-tiba menarik pergelangan tangan Nara dan membawanya pergi ke tempat yang sepi. Wanita itu tampak sangat marah dengan bola mata membelalak yang seakan nyaris keluar.

"Lepaskan, Ma! Lepaskan saya!" ujar Nara kepada Sarah -- wanita yang sudah menjadi mertuanya tersebut.

Alih-alih melepaskan, Sarah malah semakin mencengkeram kuat pergelangan tangannya. "Katakan kepada saya sekarang! Pelet apa yang kamu berikan sampai membuat anak saya mau menikahi kamu?!"

Sarah jika mengetahui jika pernikahan ini terjadi atas dasar perjodohan yang dilakukan oleh Kakek Helardo. Ia hanya diberitahu bahwa hari ini pernikahan Ardhan dan Nara digelar.

"Lepaskan, Ma! Saya mohon. Ini sakit sekali!" lirih Nara sembari berusaha melepaskan diri dari wanita itu. "Saya tidak mungkin melakukan cara licik itu! Kenapa tiba-tiba Anda menuduh saya!"

Belum sehari menikah, ia sudah mendapat perlakuan yang sangat buruk dari Sarah. Tetapi, saat itu dirinya berusaha untuk tidak banyak melawan. Yang ia lakukan hanya berusaha melepaskan diri dari cengkramannya yang begitu ganas dan menyakitkan.

"Dengar ya, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggap kamu sebagai menantu! Cihh!" ucapnya sambil meludah di depan Nara.

"Saya tidak peduli Anda mau atau tidak menerima saya, karena pernikahan ini bukan atas izin Anda. Ini karena ....!"

Nyaris saja Nara mengungkap semuanya kepada mertua angkuh itu. Untungnya, dengan cepat ia menutup mulutnya.

"Hampir saja!" batin Nara.

Sarah memicingkan mata penasaran. "Sepertinya ada yang tidak beres! Aku harus segera mencari tahu!" batin Sarah.

Wanita itu melepaskan tangan Nara dan melayangkan tangannya yang lain untuk menampar. Tetapi, dari samping Ardhan datang dan menahan tangan Sarah.

"Anak kurang ajar!" umpat Sarah, kesal. "Lepaskan tanganku!"

"Maaf, Ma. Saya mohon agar jangan membuat keributan di sini!"

"Nak, ayo kita pergi ke paranormal. Sepertinya kamu sudah terkena pelet yang membuat kamu menjadi pembangkang!" celetuk Sarah sembari mencoba membawa Ardhan pergi.

"Tidak ada yang menggunakan pelet, Ma. Jadi, tolong jangan berprasangka buruk pada menantumu!"

Nara yang berada di sana pun sungguh tidak menyangka jika Ardhan datang dan membelanya. Sangat di luar dugaan. Padahal, sebelumnya ia melihat Ardhan pergi bersama Kakeknya.

"Pokoknya, aku tidak boleh terbuai dengan apa yang dilakukannya untukku. Tujuanku menikah dengannya adalah untuk membalaskan dendamku terhadap keluarga ini!" batin Nara, berusaha mengingatkan hal itu kepada dirinya sendiri.

Ardhan melepaskan tangan Sarah dan kemudian menarik Nara pergi dari tempat yang sepi itu.

"Terima kasih," ucap Nara.

Setelah jauh dari jangkauan Sarah, Ardhan pun melepaskan tangan Nara. Ia pergi begitu saja tanpa menyahut ucapan Nara.

"Aneh sekali. Dia malah pergi begitu saja. Tapi, kenapa dia membelaku?" batin Nara merasa heran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status