Share

Satu Malam Bersama Kembaran Suamiku
Satu Malam Bersama Kembaran Suamiku
Penulis: Nur Hayati

Bab 1

Aleena melangkahkan kaki dengan wajah lelah setelah mengadakan party bersama teman-temannya hingga larut malam. Dia terburu-buru pulang karena tidak ingin Galuh suaminya menunggu. Dia membuka pintu dan mendapati rumahnya masih kosong. Wanita cantik itu pun mengambil ponselnya di dalam tas.

"Sial!" umpatnya ketika melihat ponselnya mati total karena dijatuhkan oleh temannya ketika party.

Wanita cantik pun berinisiatif untuk membersihkan diri serta memakai pakaian seksi. Dia berpikir, pasti suaminya pulang beberapa menit lagi. Seperti malam yang sudah-sudah di saat sang Suami sedang lembur bekerja.

Dia mulai menggunakan parfum yang disukai suaminya, malam ini wanita itu sudah siap untuk memuaskan Galuh di atas ranjang. Sudah sekitar tiga puluh menit menunggu, tapi pria yang ditunggu-tunggu tidak datang juga. Aleena mulai mengantuk, tapi sebelum istirahat. Wanita itu pergi ke dapur terlebih dulu untuk meminum segelas air putih. Setelah itu, dia hendak kembali ke kamar. Namun, dia mendengar suara seseorang berbicara di kamar yang sudah lama kosong.

"Mas! Apakah kamu di sana?" tanya Aleena ragu. Ada rasa takut yang menyelimuti hatinya, tapi setelah dipikir kembali. Siapa yang akan masuk ke rumahnya selain sang Suami?

Wanita itu pun membuka pintu kamar dengan pelan sembari memanggil nama Galuh. Melihat pria yang duduk manis di atas ranjang, Aleena pun langsung bergelayut manja.

"Kenapa gak ngabarin terlebih dulu kalau sudah pulang, Mas? Kenapa juga ada di kamar ini?" tanya Aleena dengan tatapan meneliti setiap ruangan yang terlihat rapi.

"Apa kamu ingin suasana berbeda?" tanyanya lagi mulai merajuk. Tangannya mulai memeluk erat pria yang ada dihadapannya. Hingga membuat pria tampan terpaku dan tidak kuasa menahan hasratnya. Tanpa basa-basi lagi, mereka akhirnya bercumbu mesra selayaknya suami istri.

Pria di samping Aleena tersenyum puas dengan semua yang sudah terjadi, hasrat terpendam yang selama ini dipendam akhirnya bisa tersalurkan juga.

"Terima kasih, Sayang." Pria tampan itu mengecup kening Aleena lembut. Keduanya tertidur pulas setelah bercumbu mesra.

***

"Sarapan dulu, Sayang!" panggil Aleena setelah sarapan sudah dihidangkan di atas meja makan.

Pria tampan masih senyum-senyum sendiri sembari menonton televisi, tapi fokusnya masih tentang adegan panas semalam. Dia merasa candu akan hal itu, hingga ada niatan ingin melakukannya lagi. Namun, pria itu bingung mau mengajak wanita yang dicintainya.

Tidak ada jawaban dari pria yang sedang asik dengan lamunannya, Aleena pun menghampiri.

"Mas, sarapannya sudah siap," ucap wanita cantik itu membuyarkan lamunan pria yang sedari tadi bengong.

Pria tampan itu mengusap wajahnya dengan kasar, lalu memberikan senyuman. Dia berdiri di hadapan Aleena dan langsung memeluk erat tubuh wanita itu.

"Ada apa sih, Mas?" tanya Aleena heran. Tidak biasanya sang Suami bersikap seperti itu padanya.

"Aku hanya merindukanmu saja." Pria itu menjawab singkat.

"Kamu sakit, Mas? Kenapa suaramu serak begitu?" cecar Aleena khawatir.

"Cuma masuk angin saja, nanti juga sembuh," sahutnya pelan.

"Lebih baik Mas istirahat saja, jangan bekerja dulu," kata Aleena menasihati.

"Iya, Sayang."

Ada yang aneh dari suaminya, tapi Aleena berusaha untuk menepis semua yang mengganggu pikirannya. Mereka berdua pun melangkahkan kaki ke ruang makan untuk sarapan bersama.

Masakan Aleena memang tidak ada duanya dan begitu lezat. Hingga membuat pria tampan itu makan dengan lahap.

"Pelan-pelan saja makannya, Mas." Aleena menasihati saat suaminya tersedak makanan.

"Masakanmu enak," pujinya sembari tersenyum.

"Memang setiap hari masakanku enak, Mas. Kenapa baru sekarang memujinya?" tanya Aleena heran.

"Iya, maaf. Soalnya belum sempat memuji setiap masakanmu. Maaf juga karena terlalu sibuk bekerja," katanya singkat.

"Gapapa, Mas. Lagi pula, kamu bekerja juga 'kan demi kita, keluarga kita." Aleena berusaha mengerti dengan suaminya.

Selesai makan, pria itu bersantai kembali. Dia memang tidak ingin bekerja hari ini, hingga membuat sang Istri bertanya-tanya. Tumben-tumbenan suami yang biasanya gila kerja malah mengambil jatah libur.

"Kenapa masih di rumah, Mas? Gak bekerja?" tanya Aleena pelan. Bagaimanapun, wanita itu tidak ingin melukai perasaan suaminya.

"Katanya disuruh istirahat saja, jadi aku di rumah untuk menemanimu," kata pria tampan itu.

"Oh ... dari pada diam saja di rumah. Mending anterin aku ke supermarket sebentar, Mas. Ada yang ingin aku beli," kata Aleena. Sudah lama juga wanita itu tidak jalan bersama suaminya.

"Baik, bidadariku. Kemanapun kamu pergi, aku akan selalu menemanimu," kata pria tampan itu bersikap manis.

Aleena hanya bisa menggelengkan kepala, entah setan apa yang telah merasuki suaminya hingga berlalu romantis seperti itu. Bahkan, wanita itu tidak habis pikir saat sang Suami selalu mengucapkan kalimat manis untuknya.

"Kamu tidak sedang menyimpan sesuatu dariku 'kan, Mas?" tanya Aleena mulai curiga.

Berdasarkan dari pengamatan teman-temannya, suami yang telah berubah sikap romantis bisa jadi memiliki selingkuhan.

"Menyembunyikan apa? Aku tidak sedang menyembunyikan apa pun," kata pria itu gugup.

"Tapi kenapa kamu gugup begitu, Mas? Terus terang saja, Mas. Kamu punya selingkuhan 'kan?" cecar wanita itu menebak.

Sontak pria yang ada di kursi kemudi tertawa keras. "Kamu ada-ada saja, Sayang. Mana mungkin aku berselingkuh darimu? Gak usah ngaco deh!" cetus pria itu mulai bernapas lega.

"Ya mungkin saja begitu, Mas. Lagi pula ... siapa tahu saja kamu bosan sama aku," kata Aleena lirih.

Pria itu mengambil tangan Aleena, lalu menciumnya dengan lembut.

"Kamu tenang saja, Sayang. Hanya kamu yang ada dalam hatiku. Tidak ada yang lain lagi, coba kamu tatap mataku, apakah ada dusta di sana?" tanya pria itu sembari menatap mata Aleena secara singkat.

"Ya deh, aku percaya. Tapi jangan kayak gini juga, Mas. Aku tidak ingin mati karena kamu tidak fokus nyetirnya," kata Aleena mulai merajuk.

Jika boleh jujur, wanita itu lebih suka dengan sikap suaminya saat ini. Lebih romantis dan tidak kaku seperti biasanya. Jangankan mengeluarkan kata-kata romantis, memuji saja sang Suami biasanya tidak pernah. Tidak hanya itu, suaminya juga kerap kali memukul jika Aleena berbuat kesalahan walaupun kecil.

Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan, seperti biasa, Aleena meminta uang terlebih dulu sebelum berbelanja.

"Segini cukup?" tanya pria itu memberikan lima uang kertas berwarna merah.

"Cukup, Mas." Aleena kembali bingung. Biasanya sang Suami akan memberikan uang seperlunya saja. Sangat jarang suaminya memberikan lima lembar uang berwarna merah dalam sehari.

Aleena semakin berbinar netranya, merasa kalau dirinya adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini. Bahkan dalam hatinya selalu berdo'a agar sang Suami tidak akan pernah berubah lagi.

"Temani aku ya, Mas." Aleena mulai merengek.

"Siap, Sayang." Dengan cepat pria itu merangkul istrinya, menandakan kalau Aleena hanya miliknya saja.

"Mas ada Papa dan Mama di sana, kita ke sana yuk!" ajak Aleena ketika melihat kedua mertuanya yang juga lagi berbelanja. Sontak hal itu membuat pria itu kebingungan, semua terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Kamu kenapa sih, Mas? Kenapa melihat kedua orang tuamu seperti melihat setan?" Aleena mulai bertanya-tanya lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status