Aleena melangkahkan kaki dengan wajah lelah setelah mengadakan party bersama teman-temannya hingga larut malam. Dia terburu-buru pulang karena tidak ingin Galuh suaminya menunggu. Dia membuka pintu dan mendapati rumahnya masih kosong. Wanita cantik itu pun mengambil ponselnya di dalam tas.
"Sial!" umpatnya ketika melihat ponselnya mati total karena dijatuhkan oleh temannya ketika party.Wanita cantik pun berinisiatif untuk membersihkan diri serta memakai pakaian seksi. Dia berpikir, pasti suaminya pulang beberapa menit lagi. Seperti malam yang sudah-sudah di saat sang Suami sedang lembur bekerja.Dia mulai menggunakan parfum yang disukai suaminya, malam ini wanita itu sudah siap untuk memuaskan Galuh di atas ranjang. Sudah sekitar tiga puluh menit menunggu, tapi pria yang ditunggu-tunggu tidak datang juga. Aleena mulai mengantuk, tapi sebelum istirahat. Wanita itu pergi ke dapur terlebih dulu untuk meminum segelas air putih. Setelah itu, dia hendak kembali ke kamar. Namun, dia mendengar suara seseorang berbicara di kamar yang sudah lama kosong."Mas! Apakah kamu di sana?" tanya Aleena ragu. Ada rasa takut yang menyelimuti hatinya, tapi setelah dipikir kembali. Siapa yang akan masuk ke rumahnya selain sang Suami?Wanita itu pun membuka pintu kamar dengan pelan sembari memanggil nama Galuh. Melihat pria yang duduk manis di atas ranjang, Aleena pun langsung bergelayut manja."Kenapa gak ngabarin terlebih dulu kalau sudah pulang, Mas? Kenapa juga ada di kamar ini?" tanya Aleena dengan tatapan meneliti setiap ruangan yang terlihat rapi."Apa kamu ingin suasana berbeda?" tanyanya lagi mulai merajuk. Tangannya mulai memeluk erat pria yang ada dihadapannya. Hingga membuat pria tampan terpaku dan tidak kuasa menahan hasratnya. Tanpa basa-basi lagi, mereka akhirnya bercumbu mesra selayaknya suami istri.Pria di samping Aleena tersenyum puas dengan semua yang sudah terjadi, hasrat terpendam yang selama ini dipendam akhirnya bisa tersalurkan juga."Terima kasih, Sayang." Pria tampan itu mengecup kening Aleena lembut. Keduanya tertidur pulas setelah bercumbu mesra.***"Sarapan dulu, Sayang!" panggil Aleena setelah sarapan sudah dihidangkan di atas meja makan.Pria tampan masih senyum-senyum sendiri sembari menonton televisi, tapi fokusnya masih tentang adegan panas semalam. Dia merasa candu akan hal itu, hingga ada niatan ingin melakukannya lagi. Namun, pria itu bingung mau mengajak wanita yang dicintainya.Tidak ada jawaban dari pria yang sedang asik dengan lamunannya, Aleena pun menghampiri."Mas, sarapannya sudah siap," ucap wanita cantik itu membuyarkan lamunan pria yang sedari tadi bengong.Pria tampan itu mengusap wajahnya dengan kasar, lalu memberikan senyuman. Dia berdiri di hadapan Aleena dan langsung memeluk erat tubuh wanita itu."Ada apa sih, Mas?" tanya Aleena heran. Tidak biasanya sang Suami bersikap seperti itu padanya."Aku hanya merindukanmu saja." Pria itu menjawab singkat."Kamu sakit, Mas? Kenapa suaramu serak begitu?" cecar Aleena khawatir."Cuma masuk angin saja, nanti juga sembuh," sahutnya pelan."Lebih baik Mas istirahat saja, jangan bekerja dulu," kata Aleena menasihati."Iya, Sayang."Ada yang aneh dari suaminya, tapi Aleena berusaha untuk menepis semua yang mengganggu pikirannya. Mereka berdua pun melangkahkan kaki ke ruang makan untuk sarapan bersama.Masakan Aleena memang tidak ada duanya dan begitu lezat. Hingga membuat pria tampan itu makan dengan lahap."Pelan-pelan saja makannya, Mas." Aleena menasihati saat suaminya tersedak makanan."Masakanmu enak," pujinya sembari tersenyum."Memang setiap hari masakanku enak, Mas. Kenapa baru sekarang memujinya?" tanya Aleena heran."Iya, maaf. Soalnya belum sempat memuji setiap masakanmu. Maaf juga karena terlalu sibuk bekerja," katanya singkat."Gapapa, Mas. Lagi pula, kamu bekerja juga 'kan demi kita, keluarga kita." Aleena berusaha mengerti dengan suaminya.Selesai makan, pria itu bersantai kembali. Dia memang tidak ingin bekerja hari ini, hingga membuat sang Istri bertanya-tanya. Tumben-tumbenan suami yang biasanya gila kerja malah mengambil jatah libur."Kenapa masih di rumah, Mas? Gak bekerja?" tanya Aleena pelan. Bagaimanapun, wanita itu tidak ingin melukai perasaan suaminya."Katanya disuruh istirahat saja, jadi aku di rumah untuk menemanimu," kata pria tampan itu."Oh ... dari pada diam saja di rumah. Mending anterin aku ke supermarket sebentar, Mas. Ada yang ingin aku beli," kata Aleena. Sudah lama juga wanita itu tidak jalan bersama suaminya."Baik, bidadariku. Kemanapun kamu pergi, aku akan selalu menemanimu," kata pria tampan itu bersikap manis.Aleena hanya bisa menggelengkan kepala, entah setan apa yang telah merasuki suaminya hingga berlalu romantis seperti itu. Bahkan, wanita itu tidak habis pikir saat sang Suami selalu mengucapkan kalimat manis untuknya."Kamu tidak sedang menyimpan sesuatu dariku 'kan, Mas?" tanya Aleena mulai curiga.Berdasarkan dari pengamatan teman-temannya, suami yang telah berubah sikap romantis bisa jadi memiliki selingkuhan."Menyembunyikan apa? Aku tidak sedang menyembunyikan apa pun," kata pria itu gugup."Tapi kenapa kamu gugup begitu, Mas? Terus terang saja, Mas. Kamu punya selingkuhan 'kan?" cecar wanita itu menebak.Sontak pria yang ada di kursi kemudi tertawa keras. "Kamu ada-ada saja, Sayang. Mana mungkin aku berselingkuh darimu? Gak usah ngaco deh!" cetus pria itu mulai bernapas lega."Ya mungkin saja begitu, Mas. Lagi pula ... siapa tahu saja kamu bosan sama aku," kata Aleena lirih.Pria itu mengambil tangan Aleena, lalu menciumnya dengan lembut."Kamu tenang saja, Sayang. Hanya kamu yang ada dalam hatiku. Tidak ada yang lain lagi, coba kamu tatap mataku, apakah ada dusta di sana?" tanya pria itu sembari menatap mata Aleena secara singkat."Ya deh, aku percaya. Tapi jangan kayak gini juga, Mas. Aku tidak ingin mati karena kamu tidak fokus nyetirnya," kata Aleena mulai merajuk.Jika boleh jujur, wanita itu lebih suka dengan sikap suaminya saat ini. Lebih romantis dan tidak kaku seperti biasanya. Jangankan mengeluarkan kata-kata romantis, memuji saja sang Suami biasanya tidak pernah. Tidak hanya itu, suaminya juga kerap kali memukul jika Aleena berbuat kesalahan walaupun kecil.Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan, seperti biasa, Aleena meminta uang terlebih dulu sebelum berbelanja."Segini cukup?" tanya pria itu memberikan lima uang kertas berwarna merah."Cukup, Mas." Aleena kembali bingung. Biasanya sang Suami akan memberikan uang seperlunya saja. Sangat jarang suaminya memberikan lima lembar uang berwarna merah dalam sehari.Aleena semakin berbinar netranya, merasa kalau dirinya adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini. Bahkan dalam hatinya selalu berdo'a agar sang Suami tidak akan pernah berubah lagi."Temani aku ya, Mas." Aleena mulai merengek."Siap, Sayang." Dengan cepat pria itu merangkul istrinya, menandakan kalau Aleena hanya miliknya saja."Mas ada Papa dan Mama di sana, kita ke sana yuk!" ajak Aleena ketika melihat kedua mertuanya yang juga lagi berbelanja. Sontak hal itu membuat pria itu kebingungan, semua terlihat jelas dari raut wajahnya."Kamu kenapa sih, Mas? Kenapa melihat kedua orang tuamu seperti melihat setan?" Aleena mulai bertanya-tanya lagi."Sayang, kamu handle dulu orang tuaku. Aku mau ke kamar mandi," kata pria itu terlihat ketakutan. Tidak banyak bertanya lagi, Aleena hanya bisa menghela napas panjang, lalu mengembuskan secara perlahan. Wanita cantik itu melangkahkan kaki untuk menemui kedua mertuanya yang masih asik mengambil beberapa makanan ringan."Ma, Pa!" sapa Aleena pelan."Aleena!" Dira menyapa kaget. "Kamu sama siapa ke sini? Di mana Galuh?" tanya Fathan melihat ke sekeliling, tapi Galuh anaknya tidak kelihatan juga."Mas Galuh ke kamar mandi, Pa. Mungkin nanti ke sini," sahut Aleena memberikan senyuman.Kedua mertuanya terlihat buru-buru, jadi mereka pamit pergi terlebih dahulu. Meskipun Aleena mencegah agar menunggu kehadiran suaminya, tapi mereka menolak secara halus."Kapan-kapan Mama dan Papa pasti main ke rumah kalian, untuk sementara waktu kita masih banyak pekerjaan." Dira menjelaskan. "Oya, apakah Gala sudah pulang ke rumah yang kamu tempati?" tanya Dira setelahnya.Aleena menatap bingung, lalu me
Aleena sungguh terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya kali ini. Dia tidak tahu harus berbicara apa. "Ayo, Sayang. Kita masuk? Kenapa hanya bengong di sini saja?" tanya pria tampan yang lebih familiar di pandangan Aleena.Setelah meyakinkan diri, wanita itu pun mengajak pria yang diyakini suaminya itu masuk. Dia masih bingung, tapi tidak bisa berkata apa pun lagi. Hanya bisa menyesal karena tidak bisa mengetahui mana suaminya yang asli. Wanita itu terus memperhatikan, dari segala sikap pria itu lebih pantas disebutnya suami. Dari pada pria yang tiga hari terakhir menemani hari-harinya."Kenapa ponselmu mati?" tanya Galuh yang baru pulang dari luar kota. Wajahnya terlihat kesal karena selama di luar kota, Aleena tampak mengabaikan pesan darinya."Maaf, Mas. Ponselku rusak, belum diservis." Aleena menjawab dengan gugup."Hey! Adik kembarku yang tampan, rupanya kamu baru saja pulang!" teriak pria yang memiliki dagu lebih lebar sedikit tersebut. Wajah mereka memang mirip, hing
Gala mengusap pipi kanannya dengan lembut, lalu tersenyum manis. "Ini adalah hadiah terindah yang aku dapatkan setelah semua yang terjadi pada kita tiga hari terakhir ini." Bibirnya tersenyum puas. "Jangan lagi kamu ungkit apa yang telah terjadi pada kita tiga hari terakhir ini. Sungguh menjijikkan!" seru Aleena meringis. Dia meludah sedikit ke arah samping, lalu kembali menatap pria di hadapannya."Kamu sudah membuatku candu," kata Gala mengucapkan perkataan yang tidak pantas sebagai kakak ipar. "Diam! Aku tidak ingin mendengarkan omong kosong darimu!" hardik Aleena kesal. Tidak menutup kemungkinan, dia merasakan hal yang beda ketika bersama Gala. Namun, setelah mengetahui dibohongi. Ada perasaan malu dan marah pada kakak iparnya itu."Kamu gak usah menyembunyikan semua dariku, Aleena. Kamu menyukaiku 'kan?" Sorot mata wanita cantik itu terlihat jujur, hingga Gala bisa menangkap semua cinta dalam hati Aleena untuk dirinya."Yang kucintai hanya suamiku saja, bukan kamu!" ucap Aleen
Dengan refleks Aleena membuang kembali kotak berwarna cokelat tersebut, lalu dengan gugup menjawab, "Bukan apa-apa, Mas. Hanya kotak bekas penyimpanan garam, sudah usang jadi aku beli yang baru." "Oh! Semua makanan sudah siap, 'kan? Kita makan sekarang, setelah itu kita pergi." Hanya itu yang disampaikan Galuh dan berlalu pergi meninggalkan Aleena yang masih berdiri terpaku di samping tempat sampah yang memiliki tinggi 66 cm. Agar suaminya tidak menunggu lama, dua segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Galuh. Dia segera menghidangkan makanan lezat yang sudah dimasak di atas meja makan. Tatapannya melirik sebentar pada sang Suami yang masih sibuk dengan ponsel genggamnya. Bahkan, di saat Aleena kerepotan begini pria itu tetap cuek. Berbeda dengan saudara kembarnya yang selama tiga hari membantu wanita meskipun sekedar menata makanan yang selesai dimasaknya."Semua sudah selesai dihidangkan, Mas. Mari kita makan," kata Aleena, tapi pandangan Galuh masih tetap menatap layar ponsel
Semua atensi tamu undangan kini tertuju pada Aleena yang ternyata tidak bisa berenang. Semua orang mulai berteriak agar ada yang mau membantu, tapi Galuh sendiri sebagai suami terlihat acuh tak acuh. Beruntung Gala yang memang ikut hadir di acara tersebut langsung melompat untuk menolong wanita cantik itu. Dia mulai menggendong Aleena ala bridal style setelah keluar dari dalam kolam renang, lalu meletakkan wanita itu di sebuah kursi panjang untuk diselamatkan.Gala awalnya mengecek napas Aleena, kemudian melakukan serangkaian pertolongan pertama untuk orang tenggelam. Beruntung wanita cantik itu bisa diselamatkan, dia mulai membuka mata sembari menutup tubuhnya dengan jas yang diberikan pria yang saat ini sedang memandang lekat wajahnya."Kamu apakan istriku?" tanya Galuh sembari mendorong tubuh Gala, saudara kembarnya. Pria tampan tidak berbicara apa pun, hanya bisa berlalu pergi begitu saja karena tidak ingin terjadi pertengkaran dengan saudaranya di hadapan umum."Kamu gapapa 'kan,
Pipi yang awalnya merona karena blush on kini harus memerah karena sebuah tamparan dari suaminya. Hal itu memang sudah biasa Aleena terima, tapi untuk sakit yang dirasa masih tetap saja. Ada niatan untuk menyerah, tapi dia tidak kuasa melakukan semuanya. Wajah Aleena tertunduk, tidak berani menatap Galuh yang masih dengan amarah yang sama."Lain kali kalau aku bicara, jangan membantah! Kamu tahu sendiri 'kan, aku tidak suka dibantah!" hardik Galuh masih kesal dengan Aleena.Wanita yang masih mengenakan pakaian basah itu hanya menganggukkan kepala, kali ini bibirnya tidak berani lagi membuka suara. Semua harus diterima dengan sabar serta berusaha untuk bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa."Sekarang kamu boleh masuk, terserah mau ngapain aja di dalam rumah. Yang jelas, malam ini aku tidak ingin melihat wajahmu di tempat tidur kita," ujar Galuh mengingatkan. Memang sudah menjadi kebiasaan pria itu untuk menghindar dari sang istri ketika hatinya sedang kacau dan amarahnya masih b
Aleena masih memikirkan maksud dari isi kotak yang dibuka semalam. Bahkan fokusnya menjadi terganggu pagi ini, dia sampai salah memasukkan gula ke dalam teh hangat yang akan diminum Galuh. Seperti biasa, sebelum berangkat ke kantor. Suaminya terbiasa menyeduh teh setelah sarapan. "Mas Galuh apa masih marah padaku ya?" pikirnya ketika selesai menyiapkan sarapan di atas meja makan. Suaminya belum juga ada di kursi, padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam. Ingin rasanya Aleena pergi ke kamar untuk membangunkan sang Suami, tapi dia masih khawatir Galuh masih marah padanya perihal semalam. Setelah penuh dengan pertimbangan, akhirnya Aleena duduk di kursi menunggu suaminya datang. Tidak butuh waktu lama, hanya berkisar enam menit saja. Galuh datang dengan memakai kemeja putih dibaluti jas berwarna silver di luarnya.Pria itu tidak menatap wajah Aleena sedikitpun, juga tidak menyapa sang Istri. Itu tandanya masih ada sisa amarah yang sedang disimpannya. Sebagai seorang istri y
Tubuhnya mulai meringkuk ketakutan, berusaha untuk menghindari pria yang terlihat seperti singa kelaparan."Kamu harus mengikuti apa yang aku mau," ujar Gala dengan tatapan sengit.Aleena tidak mungkin berteriak, sebab ancaman yang sudah diberikan oleh kakak iparnya. Dia tidak berani mengambil resiko akan terus disiksa oleh Galuh jika tahu dirinya telah melakukan hubungan terlarang dengan Gala. "Aku mohon, jangan ...," rengek Aleena mengharapkan belas kasihan.Gala tidak memperdulikan Aleena, justru pria itu semakin mendekat dan ingin segera membuka pakaian wanita cantik yang sedang ketakutan itu. "Jangan, Gala. Please!" Aleena terus memohon. Namun, hasrat yang dimiliki Gala tidak dapat tertahan lagi. Dia tidak peduli dengan air mata Aleena yang telah membasahi pipi."Jangan takut, Sayang. Aku tidak akan pernah menyakitimu, tenang saja. Oya, aku juga mau berterima kasih padamu. Soalnya kamu bisa mengenaliku tanpa tertukar lagi seperti awal kita bertemu," ujar Gala tersenyum lebar.W