Share

Bab 2

"Sayang, kamu handle dulu orang tuaku. Aku mau ke kamar mandi," kata pria itu terlihat ketakutan.

Tidak banyak bertanya lagi, Aleena hanya bisa menghela napas panjang, lalu mengembuskan secara perlahan. Wanita cantik itu melangkahkan kaki untuk menemui kedua mertuanya yang masih asik mengambil beberapa makanan ringan.

"Ma, Pa!" sapa Aleena pelan.

"Aleena!" Dira menyapa kaget.

"Kamu sama siapa ke sini? Di mana Galuh?" tanya Fathan melihat ke sekeliling, tapi Galuh anaknya tidak kelihatan juga.

"Mas Galuh ke kamar mandi, Pa. Mungkin nanti ke sini," sahut Aleena memberikan senyuman.

Kedua mertuanya terlihat buru-buru, jadi mereka pamit pergi terlebih dahulu. Meskipun Aleena mencegah agar menunggu kehadiran suaminya, tapi mereka menolak secara halus.

"Kapan-kapan Mama dan Papa pasti main ke rumah kalian, untuk sementara waktu kita masih banyak pekerjaan." Dira menjelaskan.

"Oya, apakah Gala sudah pulang ke rumah yang kamu tempati?" tanya Dira setelahnya.

Aleena menatap bingung, lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Batinnya bertanya, "Gala siapa?"

Belum sempat wanita itu bertanya, Dira dan Fathan justru berlenggang pergi begitu saja. Aleena hanya melihat kepergian mereka hingga jauh, dan tidak terlihat lagi.

"Mas Galuh di mana ya? Kenapa belum kembali juga?" pikirnya. Untuk mempersingkat waktu, wanita itu pun kembali berbelanja untuk kebutuhan di rumah. Dia berkeliling dan dengan entengnya mengambil barang-barang sesuka hatinya tanpa melihat harga. Hingga keranjang troli yang didorong penuh, setelah puas wanita itu pun memutuskan untuk membayarnya ke kasir.

"Maaf ya, Sayang. Aku terlalu lama membuatmu menunggu," ucap sang Suami yang tiba-tiba datang memeluk dari belakang.

"Gapapa, Mas. Sekarang lepaskan aku, malu dilihat banyak orang," kata Aleena merasa risih. Bahkan pria yang memeluknya dari belakang baru menyadari kalau ada banyak mata yang sedang meneliti. Dia langsung melepaskan pelukan, lalu berbisik pada Aleena. "Aku tunggu di mobil ya, Sayang." Bisikan sang Suami mampu membuat wanita cantik itu merinding. Sudah lama hal romantis tersebut diinginkan, tapi baru saja terkabulkan.

Aleena tidak berhenti senyum-senyum sendiri mengingat tingkah laku suaminya yang konyol. Hal itu berbanding terbalik dengan sikap sang Suami yang telah lalu. Dia bersyukur, ternyata apa yang diharapkan terjadi juga. Hingga dia tidak perlu repot-repot pergi ke orang pintar hanya untuk membuat suaminya mencintai dan memperhatikannya dengan lebih.

Wanita itu sibuk dengan barang belanjaan dalam genggamannya. Dia kembali berpikir, bahwa suaminya yang perhatian masih belum peka juga.

"Ternyata dia tidak berubah seratus persen, buktinya saja masih membiarkan aku untuk membawa barang belanjaan sebanyak ini!" gerutunya kesal.

"Aku masih peka kok, Sayang. Aku juga gak menunggumu di mobil seperti yang aku katakan," ucap pria yang tiba-tiba muncul dari belakang. Dia langsung mengambil alih tas barang belanjaan yang ada di tangan Aleena.

Wanita itu kembali tersenyum. "Syukurlah kalau kamu ternyata tidak lupa dengan istrimu yang kesusahan membawa semua ini." Hatinya lebih berbunga-bunga untuk saat ini.

Mereka melangkahkan kaki secara berdampingan hingga sampai di mobil. Setelah menaruh tas belanjaan, pria itu langsung membukakan pintu untuk wanita yang dicintainya.

Mereka kembali duduk di dalam mobil dengan pancaran sinar mata yang penuh cinta. "Aku harap kamu akan bersikap manis seperti ini terus, Mas. Jangan pernah berubah ya," kata Aleena pelan.

"Tenang saja, Sayang. Aku tidak akan pernah berubah, asalkan kamu memberikanku ...," ucap pria itu sengaja menggantung ucapannya.

"Memberikan apa, Mas?" tanya Aleena penasaran.

Pria tampan berambut sedikit pirang itu pun mulai berbisik hingga mampu membuat Aleena membelalakkan mata.

"Gak usah begitu juga ekspresinya, Sayang. Bukankah tadi malam kamu melakukannya dengan lihai?" ledek sang Suami sembari tertawa cekikikan.

Aleena merasa malu, wajahnya kini terlihat merah seperti kepiting rebus. Dia tidak mampu mengucapkan kalimat apa pun, hanya diam terpaku saja.

"Gak usah malu, Sayang. Aku janji, semua itu adalah rahasia diantara kita." Pria itu mulai memainkan kedua alisnya.

Secara refleks Aleena memukul pelan bahu suaminya, dan meminta untuk segera pulang karena sudah tidak tahan mendengar ledekan demi ledekan yang dikatakan suaminya.

***

Tiga hari berjalan begitu cepat, tanpa terasa Aleena mulai nyaman dengan perlakuan khusus suaminya. Bahkan, mereka juga sedang ketagihan untuk bercumbu. Kehidupan rumah tangga yang dijalani wanita cantik berkulit putih itu terasa semakin membahagiakan saja.

"Aku senang, Mas. Dengan semua perhatian yang kamu berikan padaku," kata Aleena masih bersandar di bahu suaminya.

"Aku juga bahagia melihatmu bahagia, kamu harus janji jangan pernah bersedih ya!" kata pria itu menasihati.

"Siap, Mas. Aku akan selalu bahagia, asal sikapmu selalu seperti ini. Memanjakanku selayaknya ratu dalam hidupmu. Kalau boleh jujur sih, yang aku takutkan hanya satu, Mas." Aleena mulai mencurahkan semua isi hatinya selama ini.

"Kamu gak usah takut selama ada aku di sisimu, memang apa yang kamu takutkan?" tanya suaminya sembari membelai rambut Aleena.

"Aku takut sikapmu berubah seperti dulu lagi," sahutnya pelan.

Pria itu justru tertawa pelan. "Kamu tidak usah khawatir tentang hal itu, Sayang. Sudah pasti aku akan selalu seperti ini." Tangannya terus membelai rambut Aleena yang terurai panjang.

"Terima kasih, Mas. Oya, waktu ketemu sama Papa dan Mama waktu itu. Mereka sempat bertanya tentang Gala. Memang di rumah ini ada penghuni lain selain kita? Lantas, siapa Gala?" tanya Aleena heran. Dari awal menikah dengan suaminya, dia tidak pernah melihat orang lain di rumah tersebut.

Pria itu berdiam diri sejenak, lalu mengalihkan pembicaraan. "Oya, ponselmu di mana?"

"Kenapa mengalihkan pembicaraan sih, Mas?" tanya Aleena kesal.

"Nanti aku beritahu kamu siapa itu Gala. Kamu tidak masalah 'kan?" tanya pria itu sembari menatap lekat wajah Aleena.

"Iya, Mas. Aku akan menunggumu menjelaskan padaku," sahut Aleena tidak mempermasalahkan hal itu lagi.

Mereka kembali tertawa bersama, berbicara hal yang penting hingga tidak penting. Suasana gembira dan bahagia terlihat jelas dalam keluarga itu.

"Mas, maafkan aku. Sampai detik ini belum bisa memberikanmu anak," kata Aleena membuat keheningan seketika.

"Gapapa, Sayang. Gak usah terlalu dipikirkan, nanti kalau sudah waktunya. Kita pasti memiliki anak," kata pria itu berusaha untuk menenangkan hati sang Istri yang lagi sedih.

"Terima kasih, Mas."

Mereka berpelukan, hingga bel rumah berbunyi. Wanita itu dengan cepat membuka pintu. Meskipun sang Suami sudah meminta agar dirinya saja yang membuka, tapi Aleena tetap bersikeras. Dia melangkahkan kaki terlebih dulu hingga sampai di depan pintu.

Terdengar suara pria dari luar mengucapkan salam, Aleena menjawab salam dan membuka pintunya. Dia tercengang melihat seorang pria yang ada di hadapannya saat ini.

"Aku pulang, Sayang. Apakah kamu tidak merindukan aku?" tanya pria yang mirip dengan wajah suaminya.

'Kalau dia suamiku, lantas di dalam rumah ini siapa?' gumam Aleena terpaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status