Share

Bab 5

Dengan refleks Aleena membuang kembali kotak berwarna cokelat tersebut, lalu dengan gugup menjawab, "Bukan apa-apa, Mas. Hanya kotak bekas penyimpanan garam, sudah usang jadi aku beli yang baru."

"Oh! Semua makanan sudah siap, 'kan? Kita makan sekarang, setelah itu kita pergi." Hanya itu yang disampaikan Galuh dan berlalu pergi meninggalkan Aleena yang masih berdiri terpaku di samping tempat sampah yang memiliki tinggi 66 cm. Agar suaminya tidak menunggu lama, dua segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Galuh. Dia segera menghidangkan makanan lezat yang sudah dimasak di atas meja makan. Tatapannya melirik sebentar pada sang Suami yang masih sibuk dengan ponsel genggamnya. Bahkan, di saat Aleena kerepotan begini pria itu tetap cuek. Berbeda dengan saudara kembarnya yang selama tiga hari membantu wanita meskipun sekedar menata makanan yang selesai dimasaknya.

"Semua sudah selesai dihidangkan, Mas. Mari kita makan," kata Aleena, tapi pandangan Galuh masih tetap menatap layar ponselnya.

Aleena hanya bisa menggerutu dalam hati, kali ini dia merasa diabaikan lagi setelah mendapatkan perhatian lebih yang didapat dari Gala. Dia hanya bisa menghela napas panjang, lalu mengeluarkan secara perlahan. Wanita itu mulai menuangkan nasi ke atas piring untuk diberikan pada Galuh.

Setelah piring berisi nasi ada tepat di hadapan suaminya, pria itu langsung mengambil garpu dan mengambil lauk pauk. Pria tampan itu makan dengan lahap tanpa berkata apa pun pada Aleena.

'Kapan kamu benar-benar berubah, Mas? Kenapa sikapmu berbeda jauh dengan Gala?' Aleena malah semakin membandingkan suaminya dengan kaka iparnya.

"Kenapa belum dimakan? Cepatlah makan, kita tidak punya waktu. Sesegera mungkin kita akan pergi setelah ini." Pria itu justru mendesak Aleena yang masih asik dalam lamunannya.

Aleena sudah merasa kenyang sebelum mengunyah makanannya. Hingga suaminya selesai makan dan pergi, wanita itu memuntahkan kembali makanan yang ada dalam mulutnya. Dia membereskan meja makan, lalu ke kamar untuk mengganti pakaiannya.

Di waktu wanita cantik itu merias diri, tapi bayangan Gala masih menghantui. Seakan pria itu muncul di cermin dan mengatakan cinta padanya. Aleena segera menepis bayangan yang hadir entah dari mana sebelum suaminya kembali menggertak karena menunggu terlalu lama.

Aleena terlihat begitu cantik dengan gaun berwarna silver yang dikenakannya malam ini, rambutnya yang sedikit bergelombang juga terurai indah. Kecantikan yang dimiliki terlihat natural, sebab hanya dipolesi riasan yang tipis. Warna bibir terlihat elegan dengan lipstik berwarna orange.

"Kamu sudah siap?" tanya Galuh yang ternyata sudah menunggu di ruang keluarga.

"Sudah, Mas." Aleena memberikan senyuman termanisnya.

Galuh justru berjalan mendahului Aleena, hingga membuat hati wanita itu kembali kecewa. Dia berpikir, kalau penampilannya malam ini akan membuat sang Suami terpesona. Namun, ternyata dugaannya salah. Jangankan memuji, sekedar melihat secara takjub dan kagum saja tidak. Berbeda dengan Gala yang sering memuji setiap apa yang dilakukan Aleena.

"Lebih cepat jalannya!" seru Galuh dengan nada yang sedikit tinggi.

"Iya, Mas."

Aleena berjalan pelan karena sedang mengenakan sepatu heels sekarang. Selain karena tidak terbiasa, juga wanita itu memakai yang lebih tinggi dari biasanya.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil, lalu Galuh melajukan mobilnya secara perlahan. Tidak ada obrolan dari keduanya, hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Setelah merasa hening, Aleena akhirnya memulai pembicaraan terlebih dulu.

"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena pelan.

"Teman bisnis menikah, jadi kita akan datang ke sana karena sudah diundang. Aku harap, kamu jangan mempermalukan aku. Jika dirasa kamu tidak paham tentang apa yang mereka bicarakan, lebih baik kamu diam." Galuh berbicara dengan tegas.

"Baik, Mas." Aleena hanya bisa setuju karena tidak mungkin wanita itu mengutarakan kekesalan yang ada dalam hatinya saat ini.

Sesampainya di pesta, Galuh hanya berjalan di samping Aleena tanpa menggandeng atau memeluk istrinya. Hal itu justru membuat wanita itu semakin kesal, tapi tidak bisa mengajukan protesnya. Di dalam acara tersebut juga ada Tasya, wanita yang sudah lama berteman dengan suaminya. Sikap Galuh pada sahabat wanitanya begitu hangat, berbeda saat bersama sang Istri.

Tasya menyapa Aleena dengan sopan serta ramah, tapi ada rasa cemburu menyelimuti wanita yang memakai gaun berwarna silver tersebut.

"Kamu bawa Aleena untuk mencicipi makanan, aku masih ada urusan dengan klien penting," ucap Galuh berbisik pada Tasya.

Wanita cantik yang memakai gaun berwarna cream itu menganggukkan kepala setuju. Tasya terlihat baik pada Aleena, jadi wanita itu berusaha untuk bersikap baik juga walaupun tidak ada kecocokan dalam hatinya.

Aleena melihat ke sekeliling, banyak sekali para tamu undangan yang memakai jas. Terlihat jelas bahwa mereka dari golongan orang-orang penting. Begitu juga dengan tamu wanita yang terlihat jelas dari golongan kelas atas. Aleena sendiri bingung harus berbuat apa di sana, hanya bisa berdiri dan menikmati minuman yang telah ditawarkan oleh waiters sebelumnya.

"Kue di sini enak loh!" kata Tasya berusaha untuk mencairkan suasana yang terlihat kaku.

Aleena hanya memberikan senyuman kecil, untuk kali ini dia tidak ingin memakan apa pun. Hanya fokus melihat sang Suami sedang berbicara dengan seorang pria di seberang sana.

"Kamu beruntung mendapatkan Galuh, selain tampan, dia juga pria pekerja keras," kata Tasya terus berbicara meskipun tidak ada gubris dari Aleena.

Wanita itu memang curiga pada Tasya, tapi tidak terlalu memikirkan karena dia dan Galuh sudah berteman sejak kecil. Kedua wanita itu memandangi pria yang sama di seberang kolam renang yang ada di tengah. Setiap gerak-gerik pria itu tidak lepas dari tatapan kedua wanita tersebut. Terlebih Tasya yang masih terus berbicara tentang masa lalu ketika dia dan pria itu masih kecil.

Aleena sudah merasa tidak tahan dengan semua cerita Tasya, tapi wanita itu masih terus bertahan karena tidak ingin mempermalukan sang Suami. Bagaimanapun, teman baik Galuh juga akan menjadi temannya. Meskipun rasa tidak suka menyelimuti hatinya.

"Dari tadi kamu selalu membicarakan suamiku, apakah kamu menyukainya?" tanya Aleena sudah tidak tahan. Hanya sekedar menebak saja karena sama-sama wanita, tapi hal itu justru membuat Tasya terbatuk ringan.

"Kalau kamu menyukainya, kenapa membiarkannya menikah denganku?" Sebuah pertanyaan kembali lolos dari bibir Aleena sebelum lawan bicaranya menjawab apa pun.

"Aku dan dia berteman," sahut Tasya menyangkal. Dia tidak mungkin mengakui perasaan yang sudah lama dipendam sendirian.

"Oh!" Aleena menghela napas panjang. Dia bukan anak kecil lagi, jadi tidak gampang untuk membodohi wanita cantik dengan rambut panjang terurai itu.

Karena merasa kesal, Aleena pergi begitu saja tanpa pamit kepada Tasya. Hingga sahabat suaminya mengejar dari belakang.

"Kamu mau ke mana?" tanya Tasya dengan langkah terburu-buru karena mengejar Aleena.

Akan tetapi, sebuah insiden yang tidak diharapkan terjadi. Tasya kakinya tersandung, hingga tanpa sengaja mendorong Aleena hingga jatuh ke dalam kolam renang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status