Share

Bab 4

Gala mengusap pipi kanannya dengan lembut, lalu tersenyum manis. "Ini adalah hadiah terindah yang aku dapatkan setelah semua yang terjadi pada kita tiga hari terakhir ini." Bibirnya tersenyum puas.

"Jangan lagi kamu ungkit apa yang telah terjadi pada kita tiga hari terakhir ini. Sungguh menjijikkan!" seru Aleena meringis. Dia meludah sedikit ke arah samping, lalu kembali menatap pria di hadapannya.

"Kamu sudah membuatku candu," kata Gala mengucapkan perkataan yang tidak pantas sebagai kakak ipar.

"Diam! Aku tidak ingin mendengarkan omong kosong darimu!" hardik Aleena kesal.

Tidak menutup kemungkinan, dia merasakan hal yang beda ketika bersama Gala. Namun, setelah mengetahui dibohongi. Ada perasaan malu dan marah pada kakak iparnya itu.

"Kamu gak usah menyembunyikan semua dariku, Aleena. Kamu menyukaiku 'kan?" Sorot mata wanita cantik itu terlihat jujur, hingga Gala bisa menangkap semua cinta dalam hati Aleena untuk dirinya.

"Yang kucintai hanya suamiku saja, bukan kamu!" ucap Aleena enteng.

"Mau seribu kali kamu mengatakan hal itu, tetap saja cintamu hanya untukku." Gala memberikan senyuman puas. "Kalau kamu tidak mau menuruti mauku, aku akan membeberkan apa yang sudah kita lakukan tiga hari terakhir." Gala mulai mengancam.

Aleena berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apa yang kamu inginkan?"

Sebelum Gala menjawab, terdengar suara Galuh memanggil istrinya. "Kamu tulis nomormu di ponselku. Nanti aku kirim pesan padamu," kata Gala memberikan ponselnya.

Wanita itu tidak memiliki pilihan lain, dari pada melihat suaminya murka, lebih baik menuruti apa yang diinginkan oleh kakak iparnya.

"Adik ipar yang manis," puji Gala sembari memegang dagu Aleena, meskipun sempat ditepis begitu saja.

Wanita itu pergi setelah memberikan nomor ponselnya. Dia kembali ke kamar menemui suaminya yang sudah selesai membersihkan tubuh.

"Ada apa, Mas?" tanya Aleena pelan.

"Hari ini aku capek, pijitin aku," sahut Galuh sembari meregangkan otot tubuhnya.

"Baik, Mas."

Wanita itu memijat tubuh suaminya secara perlahan, di waktu itu juga kenangan bersama Gala menghantui pikirannya.

"Aku tidak boleh seperti ini!" Aleena bermonolog.

"Maksudnya apa?" tanya Galuh yang mendengar ucapan Aleena.

"Gak ada, Mas." Aleena tidak habis pikir, kenapa harus teringat sesuatu yang menjijikkan itu.

Selesai memijat suaminya, Galuh meminta agar Aleena memasak makanan kesukaannya. Sebagai istri yang patuh, wanita itu langsung bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan makanan untuk suaminya yang masih terlihat capek. Kalau dilihat sekilas, seperti banyak beban yang saat ini sedang pria itu simpan. Namun, Aleena sendiri tidak berani untuk bertanya banyak.

Spatula sudah ada dalam genggaman tangan, Aleena dengan lihai menggoreng ikan tongkol kesukaan suaminya. Wanita itu sembari melamun tentang sesuatu yang seharusnya tidak boleh terbersit dalam benaknya walaupun sekilas saja.

"Sadar, Aleena! Dia itu kakak iparmu! Tidak sepantasnya kamu memikirkannya terlalu jauh," ucap Aleena bermonolog.

Begitu susah menghapus tentang kejadian tiga hari terakhir. Semakin Aleena berusaha melupakannya, maka bayangan tentang malam-malam yang panas selalu berhasil membuat pikirannya kembali kacau. Terlebih, kakak ipar memiliki wajah yang lebih familiar dibandingkan suaminya sendiri.

Wanita cantik berpakaian putih itu kembali fokus memasak, tanpa melihat ke arah mana pun. Bahkan saking fokusnya, Aleena tidak mendengarkan suara langkah kaki yang saat ini sedang ke arahnya. Sebuah tangan tiba-tiba melingkar di pinggang wanita cantik tersebut, lalu suara serak itu mulai berbisik secara pelan. "Jika kamu teriak, aku tidak akan bertanggung jawab kalau suamimu memarahi kita." Aleena tahu betul, siapa pria yang mulai bersikap tidak sopan itu.

Aleena hanya bisa menurut, beruntung pelukan itu tidak berlangsung lama. Ketika kedua tangan Gala terlepas, wanita itu langsung menjitak kepala pria tampan tersebut dengan spatula.

"Jangan marah gitu dong, bukankah kita sudah terbiasa melakukannya?" Gala menyeringai dengan senyuman nakal.

"Aku tidak menyangka kalau suamiku memiliki saudara kembar tidak memiliki hati sepertimu!" cetus Aleena masih kesal. Meskipun dalam hati kecilnya wanita itu lebih tertarik pada kakak iparnya, tapi bukan berarti wanita itu harus terkesan murahan.

"Aku ke sini cuma mau pamit, tapi sebelum itu aku ingin memberikan ini padamu," ujar Gala sembari memberikan kotak berwarna cokelat.

"Aku tidak butuh apa pun darimu, lebih baik kamu bawa kembali kotak itu!" kata Aleena kembali berkutat dengan urusan dapur.

"Terserah kamu mau mengambilnya atau membuangnya, yang jelas di dalam kotak itu ada hal yang harus kamu tahu." Hanya itu yang Gala katakan hingga membuat Aleena bingung.

"Sudah aku bilang, aku tidak butuh. Kalau kamu mau ke luar dari rumah ini, silakan saja. Tanpa harus pamit padaku, sebab dari awal kehadiranmu tidak pernah diharapkan," jelas Aleena tanpa melihat ke arah Gala sedikitpun.

"Baik, aku berharap kamu tidak akan pernah merindukanku." Gala berbicara dengan penuh percaya diri.

Obrolan mereka belum selesai, masih banyak hal yang ingin Gala bicarakan sebelum pergi dari rumah itu. Namun, kedatangan Galuh merusak semuanya. Pria itu datang dengan amarah yang masih terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Kenapa kamu masih ada di sini? Seharusnya kamu sudah pergi dari tadi!" hardik Galuh dengan nada sedikit tinggi.

"Sabar adikku yang manis, gak usah galak-galak begitu," ucap Gala memberikan senyuman tipis.

"Aku ke sini karena ingin makan sebentar, apa kamu tega membuat saudara kembarmu ini pergi dalam keadaan perut lapar?" Gala menyeringai.

Galuh memalingkan wajah karena tidak suka dengan kakaknya yang terus membual padanya.

"Gak ada jatah makan untukmu, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Galuh tegas.

Aleena mulai heran pada kedua saudara itu, kenapa mereka bisa tidak akur. Padahal, sudah jelas mereka saudara kembar. Memang pernikahannya dengan Galuh sudah menginjak usia tiga tahun, tapi wanita itu masih belum tahu seluk beluk keluarga tersebut. Termasuk penyebab pertengkaran antara suaminya dengan kakak iparnya. Dia hanya bisa melihat sekilas, bahwa sang Suami begitu serakah dan membenci Gala.

Galuh dengan kasar menarik tangan Gala, menyeret pria itu keluar dari rumahnya.

"Kembalikan kunci cadangan yang kamu simpan," pinta Galuh sebelum Gala pergi.

Saudara kembarnya kembali tersenyum. "Buat apa aku kasih padamu, kunci itu masih menjadi hakku." Gala tidak mau mengalah.

Jelas saja membuat Galuh marah, pria itu pun mengambil kunci cadangan rumah secara paksa hingga pria itu berhasil mengambilnya. Gala tidak memberontak, hanya membiarkan semuanya. Pria itu kemudian pergi dari rumah yang mulai saat itu akan ditempati saudara kembarnya.

Sedangkan di dapur, Aleena hendak membuang kotak yang diberikan oleh kakak iparnya ke dalam tempat sampah. Namun, dia mengurungkan niatnya. Rasa penasaran yang ada dalam hatinya membuat wanita itu mau tidak mau harus membukanya secara perlahan. Dia menyembunyikan kotak berwarna cokelat tersebut agar tidak diketahui oleh Galuh. Akan tetapi, siapa sangka suaminya tiba-tiba datang memergokinya.

"Kotak apa itu?" tanya Galuh dengan wajah curiga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status