Share

Bab 6

Semua atensi tamu undangan kini tertuju pada Aleena yang ternyata tidak bisa berenang. Semua orang mulai berteriak agar ada yang mau membantu, tapi Galuh sendiri sebagai suami terlihat acuh tak acuh. Beruntung Gala yang memang ikut hadir di acara tersebut langsung melompat untuk menolong wanita cantik itu. Dia mulai menggendong Aleena ala bridal style setelah keluar dari dalam kolam renang, lalu meletakkan wanita itu di sebuah kursi panjang untuk diselamatkan.

Gala awalnya mengecek napas Aleena, kemudian melakukan serangkaian pertolongan pertama untuk orang tenggelam. Beruntung wanita cantik itu bisa diselamatkan, dia mulai membuka mata sembari menutup tubuhnya dengan jas yang diberikan pria yang saat ini sedang memandang lekat wajahnya.

"Kamu apakan istriku?" tanya Galuh sembari mendorong tubuh Gala, saudara kembarnya. Pria tampan tidak berbicara apa pun, hanya bisa berlalu pergi begitu saja karena tidak ingin terjadi pertengkaran dengan saudaranya di hadapan umum.

"Kamu gapapa 'kan, Sayang?" tanya Galuh mulai bersikap khawatir. Dia langsung memeluk istrinya dengan erat, seolah-olah tidak ingin kehilangan sang Isteri.

"Aku gapapa kok. Kita pulang sekarang," ajak Aleena karena tidak mungkin terlalu lama di pesta dengan keadaan basah kuyup.

Semua orang yang hadir di pesta mulai berbisik, bagaimana sikap Galuh saat melihat istrinya tenggelam. Bukannya membantu, tapi pria itu masih santai seolah tidak terjadi apa pun. Aleena mendengar obrolan mereka tentang Gala yang menjadi penyelamat dirinya. Hati wanita cantik itu kembali hancur, sebab di situasi darurat bahkan membahayakan suaminya malah tidak peduli.

"Kalian semua bubar sekarang juga!" hardik Galuh ketika mendengar obrolan mereka.

Semua pergi sesuai arahan, meskipun masih terdengar protes sedikit dari beberapa tamu di pesta itu. Tanpa berpikir panjang, pria itu menggandeng istrinya ke mobil sembari memarahi wanita yang saat ini mulai kedinginan karena pakaian basahnya.

Setiap omelan sang Suami hanya didengarkan saja tanpa dibantah sedikitpun, sebab wanita itu tidak ingin amarah Galuh memuncak hingga memukulinya lagi.

"Galuh, lebih baik Aleena dibawa dulu ke apartemenku untuk ganti pakaiannya yang basah. Kasihan dia, nanti masuk angin dan sakit," ujar Tasya menawarkan.

Aleena ingin mengatakan tidak, tapi suaminya sudah terlanjur mengiyakan tawaran dari Tasya. Apartemen yang ditempati wanita itu memang tidak jauh dari tempat diadakannya pesta. Jadi, Galuh berpikir akan lebih baik kalau istrinya pulang dalam keadaan rapi, bukan basah kuyup seperti ini.

Tasya duduk di kursi depan bersama Galuh, sedangkan Aleena justru duduk di belakang. Pria dan wanita itu mengobrol dengan asik tanpa memperhatikan keadaan wanita yang saat ini sedang kedinginan. Sesampainya di apartemen, Aleena tetap tidak dihiraukan hingga mereka sampai di depan kamar apartemen Tasya.

Wanita yang sudah lama mencintai Galuh mempersilakan tamunya masuk, lalu mengambil pakaian di dalam lemari untuk diberikan kepada Aleena.

"Untuk sementara waktu, kamu pakai baju ini. Semoga saja pas di tubuhmu," kata Tasya yang memiliki tubuh lebih ramping dari Aleena.

"Terima kasih banyak, Tasya. Atas bantuanmu," ujar Galuh ketika Aleena hendak pergi ke kamar mandi mengganti pakaiannya.

"Sama-sama, lagi pula aku senang bisa membantumu," ujar Tasya memberikan senyuman terindahnya.

Aleena hanya bisa menggerutu di dalam hati, pun menangis sesenggukan di dalam kamar mandi. Dia tidak pernah menyangka kalau suaminya bisa setega itu padanya. Bukan di saat mereka berdua saja sang Suami berlaku tidak perhatian, tapi di depan umum juga pria itu melakukan hal yang sama.

"Kenapa harus iparku yang menolong? Kenapa bukan suamiku?" cecar Aleena sembari menatap wajahnya di cermin. Tangisannya pecah di sana, terlebih saat mengingat kejadian waktu di kolam renang. Dia buru-buru menghapus air matanya, lalu berusaha untuk menenangkan diri serta pikirannya yang sedang kacau.

"Kamu harus kuat, Aleena. Jangan lemah cuma gara-gara suamimu tidak memperhatikanmu. Bukankah hal itu sudah bias terjadi?" ujar Aleena menatap wajahnya di depan cermin.

Sebenarnya wanita itu enggan memakai pakaian Tasya, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Dengan berat hati, Aleena mulai mengganti pakaiannya yang ternyata tidak muat.

"Kayaknya dia memang sengaja memberikanku pakaian berukuran kecil agar suamiku semakin memarahiku," gumam Aleena mulai berprasangka buruk.

Pakaian dari Tasya disimpan kembali, lalu wanita cantik itu keluar dari kamar mandi dengan gaun yang masih basah.

"Kenapa kamu gak pakai baju dari Tasya, Aleena?" tanya Galuh dengan sikapnya yang masih dingin.

"Gak muat, Mas." Jawaban itu sontak membuat Tasya tertawa.

"Ups, maaf. Aku lupa kalau ukuran badanmu itu lebih besar, jadi pakaian ini tidak bisa kamu kenakan," kata Tasya meledek sembari menarik pakaiannya yang ada digenggaman tangan Aleena.

"Makanya, kamu diet dong! Malu-maluin aku saja!" seru Galuh merasa malu memiliki istri dengan tubuh yang sebenarnya tidak gemuk. Hanya saja kalau dibandingkan dengan tubuh Tasya, jelas lebih kurus wanita yang sudah lama menjadi teman Galuh itu.

Pria yang dianggap suaminya menarik tangan Aleena, lalu pamit pulang kepada Tasya. Dia juga berterima kasih untuk kebaikan temannya itu. Meskipun pada akhirnya pakaian yang dipinjamkan tidak muat.

Aleena didorong masuk ke dalam mobil oleh suaminya, lalu pria itu bergegas masuk dan duduk tepat di depan setir kemudi.

"Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus memperhatikan tubuhmu mulai sekarang. Jangan sampai kamu gendut," ujar Galuh tegas.

"Iya, Mas." Aleena menurut.

Pria itu mulai melajukan mobil dengan cepat agar cepat sampai di rumah, wajahnya masih terlihat kesal. Apalagi ketika mengingat wajah saudara kembarnya yang menggendong istrinya di depan umum. Lalu, pria itu tersadar akan sesuatu, jadi pria itu pun mulai memperingatkan istrinya.

"Pokoknya aku gak mau melihatmu dekat dengan Gala," ujar Galuh tegas. Sesekali netranya melirik ke arah Aleena yang masih mendekap tubuhnya yang kedinginan.

"Baik, Mas." Aleena menyahut singkat. Bibirnya terlihat pucat, tapi wanita itu masih terus berusaha untuk kuat.

Sesampainya di rumah, wanita itu keluar dari mobil terlebih dulu. Dia ingin segera mengganti pakaian dan menghangatkan tubuhnya dengan selimut tebal yang ada di kamarnya. Namun, siapa sangka apa yang dilakukan oleh Aleena ternyata salah di mata Galuh. Pria itu ingin digandeng sebagaimana seorang suami, tapi wanita itu malah pergi seenaknya saja.

Pria itu mengejar istrinya dan menarik tangan Aleena.

"Siapa yang memintamu untuk masuk terlebih dulu?" tanya Galuh dengan tatapan yang menakutkan.

"A-ku ke-dingin-an, Mas." Aleena berbicara terbata-bata.

"Aku tidak peduli, bukan urusanku. Seharusnya kamu tidak boleh mendahuluiku." Galuh mengingatkan kembali peraturan yang dibuat ketika waktu mereka pertama kali menikah dan menjalani hidup rumah tangga.

"Tapi, Mas. Aku sudah kedinginan, bisa-bisa aku sakit," bantah Aleena membela diri.

Akan tetapi, apa yang dilakukan wanita itu membuat suaminya naik pitam. Galuh pun kembali bermain tangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status