Share

Part 2

Suami Miskinku di Ruang Nasabah Prioritas

Part 2

Yang aku tahu, sejak dulu ibu mertua sudah ditinggal wafat oleh bapak mertua. Sebab itulah Bang Jayanta tak tega membiarkan beliau tinggal sendiri di kampungnya, jadilah ibu mertua dibawa merantau oleh suamiku ke kota Tangerang.

Dan setelah menikah aku diajak tinggal bersama beliau di rumah sederhana ini, rumah yang sengaja mereka sewa agar setelah kami menikah aku tetap bisa berkunjung ke rumah ibu dan sodara-sodaraku katanya.

Sehari-harunya mertuaku hanya mengasuh Nuna anak pertamaku. Dan beliau juga jarang sekali dikunjungi oleh anak-anaknya yang lain karena mereka pada merantau ke pulau seberang.

Makanya aku heran, kok mertuaku punya duit sebanyak ini ya? Satu juta rupiah kulihat sekarang ada di tanganku, tentu ini bukan duit yang sedikit bagi kami. Bahkan tak jarang ibu mertua juga suka tiba-tiba beliin Nuna snack mahal.

"Nuna kasih ini nih Rin, biar cucu Ibu sehat," katanya waktu itu.

"Ini 'kan snack mahal Bu, dari mana Ibu punya duit buat belinya?"

"Halah udah gak usah nanya dari mana, cuma 35 rebu doang sedus."

Emang cuma 35 rebu, tapi isinya dikit banget, asli deh. Menurut hematku yang masih kismin ini, 35 rebu mending beli biskuit biasa aja, 'kan banyak tuh produk lokal yang murmer tapi isinya banyak, sehat dan direkomendasikan ahli gizi pula.

Tapi ya mau gimana? Mertuaku gak bisa dilarang juga. Toh, beliau juga gak pernah minta duitnya dari aku. Ah aku jadi makin penasaran, sebenernya ibu mertuaku punya duit dari mana sih?

-

-

"Ariin! Riin, bangun. Udah sore, gak baik kalau tidur terus." Suara ketukan di pintu kamar membuatku gegas bangkit.

"Iya Bu, Arin kelepasan tidur tadi, udah sore ya?"

"Udah. Kamu makan gih, Ibu mau bawa Nuna jalan-jalan sore ya ke lapangan."

"Iya, Bu."

Ibu mertua keluar, sementara aku mengambil handuk dan gegas pergi ke belakang untuk mandi.

"Hmm harum amat masakan ibu mertuaku, ibu masak apaan sih?" Kakiku berbelok ke meja makan sebentar saat harum makanan tak biasa menguar ke hidungku.

Dan waw, mataku langsung melebar saat kulihat ada gurame acar, sop daging dan telor balado di dalam tudung saji.

Aku sampe nelen ludah sendiri karena saking gak tahan lihatnya.

"Ini ibu mertua masak segini banyak buat siapa? Enak-enak banget pula. Ya ampuun."

Tapi cepat kututup lagi tudung saji itu. Walau udah gak tahan rasanya, tapi gak enak kalau aku makan sendiri. Gak sopan. Jadi aku memilih melanjutkan urusanku ke kamar mandi.

Selepas mandi aku Salat lalu rebahan sebentar sambil main ponsel. Bang Jayanta suamiku dan ibu mertua belum pada pulang, jadi aku bisa bersantai ria sebentar.

Ah bukan sebentar sebenernya. Karena hampir tiap hari dan seharian full kerjaanku begini. Cuma tidur, makan, nonton tv, rebahan, ibadah, udah.

Kalau aku mau, aku palingan nyuci pake mesin, nyapu dan ngepel pagi-pagi. Tapi lebih seringnya dikerjain sama suami sih. Sementara urusan cuci piring dan masak, lebih sering dihandle sama mertua.

Aku gak pernah nyuruh padahal, bahkan aku sering ngerasa gak enak. Tapi ya gimana, itu kemauan mereka sendiri. Katanya aku gak boleh capek-capek. Lebih-lebih saat kemarin lusa aku ketahuan hamil lagi anak kedua. Suami dan mertuaku itu memperlakukanku udah kayak ratu.

Alhamdulillah, rejeki luar biasa memang punya keluarga seperti mereka.

"Riin," panggil Ibu mertuaku dari luar. Beliau pulang rupanya.

Gegas aku keluar kamar.

"Udah pulang, Bu?"

"Udah. Nih buah buat kamu," katanya sambil memberikan kantong kresek yang lumayan berat.

"Ibu beli buah? Banyak amat, Bu."

"Gak apa-apa. Kamu 'kan lagi hamil, harus banyak asupan buah. Oh ya, kamu udah makan belum?"

Aku menggeleng, "nanti aja bareng sama ibu dan Bang Jayanta."

Ibu berdecak, "kamu nih, udah makan aja duluan. Perut kamu udah laper pasti itu. Kamu gak boleh telat makan Rin, lagi hamil muda gitu rawan."

"Ya tapi, Bu. Masa Arin makan sendirian. Gak enak."

"Ah ya udah ayo makan sama Ibu."

Ibu mertua cepat mengajakku ke meja makan.

"Tuh Ibu udah masakin yang enak-enak, kamu makan yang banyak ya. Biar cucu Ibu sehat di dalam." Ibu mertua mengelus perutku.

"Ibu gak makan? Sini biar Nuna Arin aja yang pegang." Aku baru akan bangkit mengambil Nuna dari pangkuan ibu mertua saat ibu mertua langsung menolak.

"Gak usah. Nuna biar Ibu aja yang pangku, kamu makan aja duluan, Ibu nanti aja sama Jayanta."

Duh, aku jadi gak enak. Tapi mau gimana lagi? Akhirnya aku makan duluan saja karena mertuaku maksa.

"Enak gak Rin masakan Ibu?"

"Enak Bu, tapi ... Ibu punya duit dari mana buat beli ini bahan-bahannya? Gurame dan iga sapi 'kan pasti harganya mahal, Bu."

Ibu mertua mengibaskan tangan, "udah kamu tuh gak usah mikirin dari mana Ibu punya duitnya, yang jelas kamu harus banyak makan enak dan bergizi supaya cucu Ibu juga sehat."

Aku mengangguk dan melanjutkan makan. Tak lama Bang Jayanta pulang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Bang, ayo makan."

"Eh Abang masih kenyang Rin, kamu aja ya." Suami mengelus perutnya lalu duduk bersama kami. "Oh ya, ini Abang beliin kamu vitamin buat kamu Rin," katanya lagi sambil mengeluarkan plastik putih khas apotek dari dalam saku jaketnya.

"Waaah makasih Abang, repot-repot. Tapi 'kan vitamin dari bidan juga banyak, Bang."

"Udah minum aja yang dari apotek Rin, mereknya lebih bagus itu. Mahal. Kalau yang dari bidan 'kan subsidi pemerintah," timpal Ibu mertua.

"Eh apa iya?"

Aku kemudian meneliti botol vitamin yang dibeli suamiku.

Kalau gak salah, vitamin ini harganya emang mahal. Kira-kira 250 ribu sampai 300-an sebotolnya. Aku sering lihat selebgram review vitamin ini saat kehamilan mereka soalnya.

Terus pertanyaannya, dari mana suamiku punya duit buat beli vitamin semahal ini? Gak mungkin cuma dari hasil ngojek 'kan ya?

"Arin, malah bengong. Lanjut makannya," kata mertua.

Aku mengerjap dan kembali memasukan botol vitamin tersebut ke dalam plastiknya. Lalu melanjutkan makan.

"Besok pagi-pagi kamu antar Arin beli baju Jay." Ibu mertua bicara lagi.

"Tumben beli baju." Bang Jayanta menoleh ke arahku.

"Buat dipake arisan ntar siangnya. Makanya kamu anter pagi-pagi." Ibu mertua yang menjawab lagi.

Bang Jayanta manggut-manggut sambil sibuk mengajak Nuna main di pangkuannya. Ah aku jadi inget w******p si Anita. Bang Jayanta kira-kira ngapain ya di bank tadi pagi?

"Oh ya Bang, tadi pagi Abang ada di bank ruang nasabah prioritas ya? Ngapain sih?" tanyaku akhirnya.

Uhuk!

Mertuaku mendadak batuk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status