Share

6 - Ketertarikan Kuat

"Wanita harus bisa sedikit memasak. Apakah kau mengerti, Miss Adaline?"

"Aku rasa kau tidak masuk kategori wanita yang akan bisa mudah membuat makanan enak. Benar?"

Kedua daun telinga Adaline seketika sukses memanas mendengar sindiran diucapkan oleh Titans Genon. Terlebih, pria itu sengaja memperlebar seringaian, saat mata mereka berdua masih saling melakukan kontak.

Harusnya, ia memalingkan wajah. Namun, tak dilakukan. Adaline justru jadi semakin terpesona dengan paras tampan dari Titans Genon.

Hati dan perasaan memihak pria itu. Walau, logika tetap berteriak agar ia dapat menjaga harga diri sebagai wanita berkelas.

"Kau tidak mendengar ucapanku? Kenapa kau selalu merespons terlambat?"

"Kontras dengan perintahmu yang menyuruh aku selalu datang tepat waktu. Aneh memang."

Adaline mengembuskan napas panjang yang kasar sembari coba merangkai jawaban di dalam kepala guna dilontarkan.

Adaline tentu saja harus memberi balasan bagus agar tidak kalah. Minimal harus bisa membuat Titans Genon tidak berkata-kata. Ia optimis akan berhasil rencananya.

"Kau tahu alasanku telat merespons ucapan yang kau katakan kepadaku, Sayang?" ujar Adaline dalam nada sarat akan godaan.

"Aku paham, Honey. Kau mau tahu? Dan jika tebakanku benar. Bagaimana kita majukan saja acara tidur bersama kita? Kau setuju?"

Adaline pun tak berpikir panjang membalas dengan anggukan kepala sarat keyakinannya yang tinggi. "Baiklah. Aku sangat setuju."

"Kau yakin akan ideku? Apa alasanmu? Kau tidak terlihat seperti wanita yang menggilai seks. Aku menebak, kau bahkan tidak punya pengalaman banyak bercinta dengan pr--"

"Stop!" seru Adaline dengan cukup kencang. Ia beranjak bangun mendekati Titans Genon.

Dalam hitungan 20 detik saja, mereka sudah berdiri berhadap-hadapan. Wajah pria itu masih menyeringai. Namun, kekesalannya sudah sedikit berkurang. Tak seperti tadi.

Memang, saat berada di dekat Titans Genon, Adaline akan semakin terpukau akan paras pria itu. Ia hanya bisa mengerjap beberapa kali guna menghilangkan kegugupan.

"Ada apa, Miss Adaline? Kau menyuruhku berhenti berbicara."

"Apa ada yang ingin kau katakan kepadaku? Akan aku persilakan."

Adaline mengangguk dengan gerakan tanpa ragu. Masih ditatap sosok Titans Genon. Ia sudah menyiapkan jawaban.

Suatu hal yang tak pernah diungkapkan kepada orang lain sebab baginya merupakan hasil dari sebuah kegagalan dalam budaya di negara mereka.

Namun kepada Titans Genon, ia memiliki tekad untuk mengatakan sebenarnya. Tidak peduli akan bagaimana tanggapan pria itu.

"Begini, aku akan mengakui jika aku belum pernah tidur dengan lelaki mana pun."

"Aku berasal dari keluarga terhormat. Dad adalah pengusaha yang selalu menjaga nama baik keluarga. Kau paham maksudku bukan?"

"Aneh dan tidak wajar memang wanita yang sudah seusiaku belum pernah tidur dengan pria manapun. Walau, aku sangatlah ingin melepas keperawanku sejak masih SMA."

Adaline menarik napas sejenak agar dapat memenuhi paru-parunya dengan udara yang lebih banyak. Cukup menguras tenaga berbicara untuk menjelaskan semua fakta kepada Titans Genon.

Anehnya, Adaline tak malu. Ia justru merasakan kelegaan besar di dalam dada karena sudah memberitahukan rahasia yang hanya dipendam sendiri saja.

"Aku sudah menduga sebelumnya. Aku kira aku keliru dengan penilaianku. Ternyata, benar. Instingku memang semakin terasah."

Adaline membulatkan mata. Tak percaya akan reaksi Titans Genon. "Jadi, kau sudah memprediksi? Wow, kau pantas jika disebut sebagai pria yang berpengalaman."

"Kau tahu dengan hanya memprediksi. Aku cukup terkesan," tanggap Adaline apa adanya saja.

"Kau harus memujiku dengan bagus, Sayang."

Adaline terkekeh seraya mengangguk. "Kau ingin pujian dariku, Mr. Titas? Yang seperti apakah itu? Kata--"

Tak bisa diselesaikan ucapannya karena Titans sudah meniadakan jarak di antara mereka. Badan pun saling menempel.

Wajah pria itu ditundukkan. Sangatlah dekat dengan dirinya. Embusan napas menerpa lehernya. Ia menjadi geli sendiri. Namun, sensasi aneh yang dapat membangkitkan gairah lebih menguasai dirinya.

"Bagaimana jika dalam bentuk sentuhan-sentuhan yang manis? Aku ingin mendapatkan darimu, Sayang."

Adaline langsung mengangguk. Lalu, dilingkarkan kedua tangan pada leher Titans. "Aku sudah bilang jika aku akan menyerahkan diriku padamu, Mr. Titans."

"Tapi berjanjilah dulu kau akan membantuku juga untuk memajukan perusahaan. Aku ingin menyaingi Kakakku."

"Aku harus bisa menunjukkan kemampuanku. Dan, aku yakin kau akan menolongku. Aku memercayaimu."

Adaline melebarkan senyuman. "Jika aku sudah berhasil mendapatkan apa mauku. Kau juga sama, Mr. Genon."

"Kita akan bercinta kapanpun kau mau. Bisa juga kau anggap aku adalah milikmu seorang," imbuh Adaline.

"Hmm. Kesepakatan yang rasanya menyenangkan. Kau hanya akan tidur denganku sampai kerja sama kita berakhir. Bagaimana, Miss Adaline? Kau setuju?"

Adaline langsung mengangguk. "Sangat setuju. Aku tidak suka tidur dengan lebih dari satu pria."

"Hahaha. Kau termasuk wanita yang setia?"

Adaline tersenyum bangga. "Aku harus jadi wanita yang setia. Apa kau juga begitu?"

"Aku sedang malas berpetualang mencari cinta. Belum aku putuskan akan memberi hatiku pada wanita mana pun."

Adaline pun terkekeh. "Bagaimana kalau aku yang berhasil membuatmu jatuh cinta?"

"Rasanya aku akan senang bisa mempunyai pasangan sepertimu. Walaupun, kau belum terlalu mahir di ranjang untuk bercinta."

Adaline menyeringai. "Kau harus mengajari diriku bukan? Anggap saja sebagai tugas tambahanmu. Aku akan bayar mahal."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status