Share

3 - Tekad Kuat

Adaline tidak suka dengan penolakan yang diberikan oleh Titans Genon kemarin malam di restoran. Ia pun masih mengingat jelas bagaimana kata-kata pedas ditujukan oleh pria itu kepadanya. Tergiang-giang terus.

Adaline tak menyangka saja bahwa respons negatif akan diberikan Titans Genon. Belum ada pria yang bersikap demikian. Membuat Adaline sadar jika ia semakin tertarik akan sosok Titans Genon. Harus mampu dirinya mengubah keputusan diambil pria itu.

Adaline memilih mendatangi apartemen milik Titans Genon. Alamatnya diberi tahu oleh Amanda Geovant. Ia akan melakukan apa saja agar pria itu mau membantunya.

"Hai, Miss Hernandez. Selamat datang."

"Kau bisa juga datang telat? Aku pikir kau orang yang sangatlah disiplin seperti yang kau sudah tunjukkan kepadaku. Terny--"

"Kau tahu aku akan datang?" Adaline pun memotong segera dengan pertanyaan sarat keterkejutan. Kedua mata kian membulat.

"Iya. Benar. Miss Geovant memberitahuku. Sejak tadi, aku menunggumu datang."

"Aku kira kau akan sampai dalam waktu 30 menit saja. Ternyata, melebihi dua jam. Wow. Aku tidak menyangka saja. Benar-benar kaget."

Titans menyeringai. "Bolehkan kau sedikit saja memberitahuku soal alasanmu yang datang dengan begitu cepatnya ke sini?"

"Ah, maksudku adalah sebaliknya. Kau paham?"

"Ah, tidak perlu kau katakan juga. Aku tahu alasannya. Kau tidak usah buka suara. Kau hanya akan membuat dirimu merasa malu."

Adaline tidak segera menjawab. Ia terlebih dahulu mengatur napasnya, menghilangkan gemuruh di dada yang muncul tiba-tiba oleh sindiran lanjutan dari Titans Genon sembari menyusun rangkaian kalimat jawaban juga.

Tidak ingin kalah begitu saja. Membiarkan pria itu menang sama artinya melukai harga diri. Tak akan pernah sudi sampai terjadi.

"Biar aku tebak, kau datang terlambat ke sini karena berdandan yang lama? Agar kau bisa terlihat cantik dan seksi di mataku? Supaya aku bisa mengubah keputusanku kemarin?"

Adaline membulatkan matanya. Ekspresinya atas ketidakpercayaan akan jawaban yang diucapkan dengan santai oleh Titan Genon. Tidak mendasar, bahkan belum ada bukti.

Tentang berdandan. Bahkan, setiap hari ia selalu lakukan. Memoleskan make up pada wajah agar lebih terlihat menarik. Sebab, saat bertemu klien atau pengusaha lainnya, penampilan juga menjadi poin utama yang diperhatikan. Selain, kemahiran berbisnis.

Kata-kata dilontarkan Titans Genon seperti sebuah persepsi yang sepihak saja. Hanya dari sudut pandangnya.

Ingin sekali Adaline mendebat. Namun, jika menuruti egonya semata. Maka, keinginan tak akan tercapai. Terlebih, saat nanti pria itu marah dan kesal. Jadi, Adaline memilih untuk mengabaikan.

"Benar bukan kau berdandan cantik demiku, Honey? Kau memang sangat pengertian."

Adaline mengangguk ragu. Namun, ia sudah memutuskan untuk mengalah. Mau tak mau harga diri pada akhirnya harus direndahkan sedikit asalkan dapat meraih keinginan mendapatkan Titans Genon untuk diajaknya bekerja sama.

Misi memperoleh kekuasaan tertinggi masih tak berkurang. Mesti mampu diwujudkannya. Bagaimana pun cara untuk meraihnya. Jika sifat ambisius sudah dapat menguasainya, tak akan berlaku kegagalan.

"Kau benar, Baby. Aku berdandan cantik untuk menyenangkan hatimu."

"Aku yakin kau tidak bisa menolak pesonaku." Adaline menjawab dengan suara sangat lembut.

Kemudian, ia berjalan maju. Tepat ke arah Titans Genon. Melangkah sebanyak empat kaki saja, Adaline sudah berdiri di depan pria itu.

Secara cepat dilingkarkan kedua tangan pada leher Titans Genon. Senyuman semakin dikembangkan oleh Adaline seraya memandang lekat sosok pria di depannya.

"Kau suka tidak dengan dandanku ini? Apa aku tambah cantik? Atau bagaimana? Kau bisa memberikan pendapatmu kepadaku?"

Tepat setelah menyelesaikan ucapannya, Adaline dihadapkan dengan wajah Titans Genon yang semakin didekat kepadanya. Ia sontak terkejut.

Namun, tak mungkin juga menghindar. Dibiarkan kikisan jarak di antara mereka berkurang. Adaline masih memandang lekat pada sosok Titans Genon.

"Sangat suka, Baby. Kau tambah cantik. Kau semakin seksi di mataku."

"Aku jadi ingin kau memberikanku sebuah ciuman. Apa kau mau? Hadiah untukku yang sudah menanti lama kau datang. Waktuku cukup terbuang."

Adaline memaksakan senyum. Lalu, wajah didekatkan hingga hidung mereka berdua bersentuhan. "Apa yang harus aku lakukan sebagai hadiah terbaik untukmu, Mr. Ge--"

Adaline kaget bukan main karena bibirnya yang tengah terbuka saat berkata, mendapat ciuman cukup ganas.

Spontan didorongnya tubuh Titans Genon hingga pria itu cukup menjauh. Kemudian, dipamerkan tatapan tak berdosa ketika Titans melayangkan sorot mata kesal ke arahnya. Tawa diloloskan.

"Kau mau yang lebih dahsyat? Aku pasti akan memberikan jika kau mau menerima kerja sama yang aku tawarkan, Mr. Genon."

Tak berselang lama, didengar tawa puas dari Titans. Namun, Adaline berupaya terlihat tak terpengaruh oleh reaksi yang sedang ditunjukkan pria itu atas ucapannya.

Dan, ketika secara tiba-tiba, Titans menarik lengannya, maka tak dapat dihindari. Ia pun terhuyung lebih mendekat ke arah pria itu.

"Baiklah, buktikan sekarang juga. Akan aku jadikan sebagai pertimbangan terakhir untuk menerima tawaranmu se--"

Adaline tak membiarkan Titans menyudahi perkataan, lebih dahulu diserang pria itu dengan ciuman, seperti yang diinginkan. Ia jelas akan memenuhi tanpa pikir panjang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status