Share

4 - Misi Terlaksana

Adaline mengakhiri ciumannya. Berjalan mundur sebanyak dua langkah saja, hendak menjaga jarak dengan Titans Genon. Jika ia lebih lama berdekatan, maka kendali dirinya akan benar-benar hilang. Entah apa yang terjadi nanti. Bisa berakhir tak bagus.

"Apa keputusanmu? Kau mau terima kerja sama yang aku tawarkan?" Adaline bertanya serius. Ingin tahu kepastian pria itu.

"Aku bilang aku masih pikirkan, Sayang."

"Tidakkah kau bisa langsung mengatakan kepadaku, apa yang kau mau? Aku pastinya akan berusaha mengabulkan permintaanmu agar kau mau bekerja sama denganku."

Adaline menarik napas panjang. Kemudian, ia embuskan kasar. Ditatapnya sosok Titans Genon dalam pancaran mata yang semakin kesal. Sedangkan, pria itu masih tak henti menunjukkan seringaian di wajah. Adaline jelas saja curiga. Ekspresi yang tidak biasa baginya untuk dilihat. Mengandung pesan tersirat. Ia harus menemukan jawaban.

"Aku juga pasti akan memberitahumu. Tapi, tunggu sebentar. Aku tidak suka jika kau memintaku menjawab cepat. Aku pun juga butuh waktu untuk memikirkan kembali."

Adaline membuang napas kasar. "Kau mau memikirkan lagi? Yang benar saja!" serunya semakin sebal. Intonasi suara meninggi.

"Kau kira menunggu itu menyenangkan dan enak? Aku sangat tidak menyukainya. Kau harus tahu supaya tidak mempermainkanku terus. Kau sengaja ingin mengulur wak--"

"Aku tidak ingin mempermainkanmu. Aku hanya mau sedikit mengetes apa kau benar menyukaiku atau tidak. Menginginkanku."

Adaline melebarkan bola mata bersamaan dengan kepala dianggukan. "Iya, kau benar."

"Aku sangat menginginkanmu. Sehingga aku rela mempertaruhkan harga diriku. Ah, aku juga sudah menghabiskan waktuku ke sini. Kau yakin belum mau memutuskan?" tanya Adaline dengan nada menantang, kali ini.

"Kau sama sekali tidak pengertian kepada perempuan sepertiku. Kau laki-laki egois. Kau tidak bisa memahami keinginanku."

Masih ditatap lekat sosok Titans Genon yang mulai menambah lebar seringaian di wajah lagi. Sungguh reaksi yang menyebalkan bagi dirinya untuk disaksikan.

Adaline memilih mengganti objek pandangannya. Tidak ingin melakukan kontak mata dengan pria itu.

Napas mulai menderu. Tentu, ia diharuskan menstabilkan. Begitu juga dengan luapan emosi, wajib dikontrol supaya tak meledak.

Adaline masih tahu sopan santun. Jika sampai hal tersebut terjadi. Maka, tidak baik juga bagi penilaian Titans Genon terhadap dirinya.

"Honey, kau benar-benar marah kepadaku?"

Adaline yang masih berada dalam suasana hati kurang baik, jelas tak suka mendengar panggilan bernada mesra Titans Genon. Ia tahu pria itu hendak merayunya. Namun, tak akan pernah berhasil. Adaline bukanlah tipe yang bisa secara mudah diluluhkan.

"Menurut kau bagaimana? Apakah aku ini marah atau bahagia? Kau sudah bisa melihat sendiri bukan dari ekspresiku. Kenap ka--"

Adaline tidak bisa melanjutkan kata yang hendak diucapkan, karena mulutnya sudah dibungkam dengan ciuman lembut.

Bibir Titans Genon bergerak pelan, namun dapat memberikan sensasi memabukkan kepada dirinya, ditengah ia dilanda rasa terkejut.

Tubuh Adaline yang semula kaku, perlahan sudah bisa berkurang. Bahkan, kini melemas dan juga tidak dapat digerakkannya. Adaline hanya bisa diam, membiarkan Titans Genon melanjutkan lumatan tanpa balasan darinya.

"Aku mau bekerja sama denganmu asalkan kau mau tidur bersamaku. Hmm, bercinta."

"Aku menginginkan kau. Tubuh seksimu dan bibirmu yang merah menggoda ini, Honey."

Adaline mematung. Ia menjadi kaku seketika karena jawaban Titans Genon yang teralun dalam nada mesra.

Adaline juga merasakan badannya merinding. Perut digelitik pula. Reaksi yang benar-benar tak dapat untuk dirinya kontrol. Terjadi begitu saja.

"Kau setuju atau tidak? Aku tidak dapat memberikan kau waktu yang lama dalam memutuskan. Ada klien lain yang akan mau menantiku jika kau menolak syaratku."

Adaline segera menggeleng. "Aku menerima permintaanmu. Bukan hal yang sulit bagiku mengabulkan. Mari, nanti kita bercinta dengan panas. Aku juga menginginkanmu."

"Tentu kita akan bercinta, Sayang. Tujuanku setuju bukan karena uang, tapi karena aku ingin tidur denganmu, Miss Adaline."

Titans memberikan kecupan kilat di bibir Adaline, kali ini. Ia semakin tergoda. Gairah pun perlahan-lahan mulai bangkit. Walau hanya sekadar terlibat ciuman singkat saja dengan wanita itu. Namun, tetap panas.

Jika dirinya lepas kontrol, maka tidak ada jaminan bisa menahan lagi hasratnya untuk mencicipi setiap jengkal tubuh indah milik Adaline.

Dibayangkan olehnya telanjang. Fantasi begitu liar, tak mampu untuk tidak dimulai di dalam kepalanya sejak sepuluh detik lalu. Diputuskan membiarkan.

"Tunggu sebentar ...."

Alis Titans terangkat naik. "Ada apa lagi?" tanyanya dengan rasa curiga cukup besar.

"Kau setuju kita bekerja sama?"

"Maksudku, kau menerima tawaran menjadi staf khususku selama enam bulan?"

Titans mengangguk-anggukkan kepalanya ringan. "Iya, aku setuju, Miss Hernandez."

"Aku rasa waktu enam bulan sudah cukup bagiku memberimu sejumlah keuntungan dan memenangi beberapa proyek bes--"

Titans tak dapat melanjutkan perkataannya karena menerima pelukan dari Adaline yang kencang. Rasanya nyaman mendekap wanita itu. Ia pun membalas dengan lebih erat.

Titans kian tak bisa membantah rasa tertarik dimilikinya pada wanita itu. Dan, pasti akan bertambah seiring kedekatan mereka nanti sebagai mitra kerja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status