Share

5 - Terciptanya Godaan

"Selamat pagi, Miss Adaline. Aku datang ke sini sudah tepat waktu bukan?"

"Sesuai akan perintahmu semalam kepadaku. Dan, aku menepati. Jadi, kau akan memberi hadiah apakah kepadaku sebagai imbalan tertepat?"

Adaline masih diam mematung dengan rasa terkejut yang tak kunjung bisa dihilangkan. Wajar jika ia menunjukkan reaksi demikian sebab tak menyangka bahwa Titans Genon akan sesuai rencana janji mendatanginya di pagi hari. Ia menyangka pria itu terlambat.

Kekagetan telah melandanya sejak beberapa menit lalu, tepat ketika kamera depan yang terpasang di pintu utama apartemennya sehingga ia dapat menyaksikan sosok pria itu dengan nyata. Bukan bayangan semata.

"Hei! Kenapa kau tidak menjawab apa yang aku tanyakan. Kau tidak tuli bukan?"

Adaline menggeleng pelan. Rasa kesalnya pun seketika muncul akibat sindiran Titans Genon dalam nada ejekan yang begitu jelas.

Pria itu sengaja mengatakan demikian guna memancingnya. Namun, tak akan semudah itu. Adaline sudah bertekad menahan emosi.

"Aku tidak tuli. Hanya saja aku kaget kau ada di sini sepagi ini. Sangat tepat waktu, sesuai dengan apa yang aku minta kepadamu."

"Benarkah? Kau terpesona? Sudah aku duga kau akan terkejut."

"Dan, kau tahu sendiri jika aku tidak bisa mengecewakan klien manisku ini. Bagaimanapun juga aku adalah pria baik dan sejati. Kau akan tambah kagum padaku."

"Penilaianmu tentangku sebagai pria yang tidak pengertian dan egois harus kau hapus. Aku tidak suka. Kau bisa paham, Sayang?"

Adaline mengangguk cepat. Ia harus berikan respons demikian karena merasa sedikit seram akan tatapan Titans Genon.

Pria itu juga mendekatkan wajah ke arahnya. Hal tersebut membuat Adaline tiba-tiba menjadi kehilangan kemampuan untuk melawan.

Sudah bukan kali pertama baginya gagal dalam menangkis pesona pria itu yang kuat. Ia pastinya akan hanyut akan paras tampan Titans Genon juga.

Dan, jika pria itu sudah berucap dengan nada lembut, maka Adaline merasakan getaran kembali di hatinya.

"Kau paham tidak, Honey? Kau ini sedang melamunkan apa? Sampai tidak menjawab."

"Aku melamunkan ketampananmu." Adaline secara spontan menjawab akibat jarak wajah mereka yang semakin dipersempit pria itu.

"Hahahaha."

Adaline baru saja terkejut mendengar tawa kencang Titans Genon, kemudian bertambah lagi saat tangan pria itu menariknya masuk ke dalam.

Dan, Adaline tidak mampu untuk melawan. Hanya bisa diikutinya langkah Titans Genon menuju ke areal ruang tamu.

Debaran jantung terus meningkat. Kembali, ia diingatkan dengan ciuman yang pria itu lakukan kepadanya kemarin. Memang, tak kunjung mampu untuk dilupakannya.

"Sudah aku duga kau akan semakin kagum dan suka ketampananku. Banyak wanita yang sudah terpikat dengan pesonaku untuk kau tahu saja. Aku tidak ingin pamer."

Adaline memasang wajah serius. Tanda jika ia kurang suka jawaban pria itu. Segera pula berupaya disusun kalimat balasan yang bisa terdengar sebagai sebuah sindiran juga. Ia harus melampiaskan ketidaksukaan lewat kata-kata agar merasa lebih baik kembali.

"Kau disenangi banyak wanita? Jadi, sudah berapa banyak yang kau tiduri, Sayang?"

"Hahaha. Kau salah sangka, Sayang. Walau, tampilanku seperti seorang bastard."

"Aku ini pemilih dalam mengajak wanita bercinta denganku. Bukan wanita sembarangan yang bisa bersamaku."

"Aku suka wanita elegan, cerdas, cantik, dan juga seksi tubuhnya."

"Apakah aku termasuk?" Adaline bertanya dengan spontan. Tanpa direncanakannya.

"Maksudku termasuk menjadi wanita yang kau ingin tiduri, Mr. Genon?" perjelasnya.

"Tentu saja, sangat termasuk justru. Aku sangat menginginkan kau, Sayang."

"Pastinya akan menyenangkan bisa tidur dengan kau. Ya, wanita yang belum pernah bercinta."

Adaline mendelik. Ingin menunjukkan jika kesal akan sindiran Titans. Namun, ia tidak merasa demikian sama sekali.

Dan, respons yang diberikan oleh pria itu adalah luncuran tawa kencang. Aksinya pun tak berhasil.

"Walau, aku belum pernah bercinta dengan pria mana pun. Jangan meremehkan dulu kemampuanku untuk urusan seperti ini, sebelum kau benar-benar merasakannya."

Titans tertawa senang. Kepala dianggukan dengan segera. Gerakan yang santai. "Baik, Sayang. Aku harus membuktikan dulu."

"Tapi, aku yakin kau akan menjadi pasangan yang liar di ranjang, walau bagimu pertama kali nanti, Sayang. Aku akan memberikan kesan bercinta yang sangat dahsyat."

Adaline membalas jawaban sarat godaan dari Titans Genon dengan anggukan singkat saja. Senyuman dilebarkan, ketika pria itu menarik tangan kanannya. Senang akan dekapan erat pria itu di pinggangnya.

Kemudian, keterkejutan tiba-tiba melanda karena dirinya sudah digendong. Yang bisa dilakukan hanya melingkari leher Titans dengan kedua tangan.

Mereka pun saling menatap mesra. Ia suka sorot hangat mata pria itu. Mendebarkan jantungnya juga.

"Kau tidak mungkin mengajak aku bercinta sekarang bukan, Mr. Titans? Aku tidak ma--"

"Ada kegiatan lain lebih penting, Sayang."

Adaline menyipitkan mata. Kerutan di dahi pun muncul. "Kegiatan apa lebih penting?"

"Hmm, menganalisis proyek yang kau ingin menangkan. Berikan aku data-datanya."

Adaline langsung terkekeh. Bukan tertawa oleh jawaban Titans, melainkan untuk diri sendiri yang berpikiran sempat nakal tadi. Adaline merasa benar-benar konyol.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status