Share

Rahasia Bayi yang Dikandung Istri Manajer Dingin
Rahasia Bayi yang Dikandung Istri Manajer Dingin
Penulis: Panda Gabut

BAB 1. KEJUTAN

Hampir satu jam sudah, Kevin belum merasa siap untuk keluar dari toilet rumah sakit yang dimasukinya. Matanya semakin berair, setiap kali teringat janji setia yang selalu diucapkan Vyolin padanya.

Dua jam yang lalu, ketika langit Jakarta sedang begitu cerah. Kevin merasa seperti telah tersambar petir, saat menemukan perempuan yang sangat dicintainya itu tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi rumah mereka.

"Saya baru saja pulang dari bekerja, dan saya melihatnya sudah terbaring tak sadarkan diri di lantai kamar mandi," ungkap Kevin pada seorang dokter perempuan yang memintanya datang ke sebuah ruangan khusus.

Sejak tiba di rumah sakit, Kevin merasa begitu ketakutan. Selama ini Vyolin, istrinya itu selalu memberinya kejutan yang menyenangkan. Tidak pernah terbesit dalam pikiran Kevin bahwa kejutannya kali ini akan berada di rumah sakit.

"Anda tidak perlu terlalu khawatir, Tuan Kevin Durrel. Istri anda baru saja melewati masa kritisnya. Kami menemukan bahwa istri anda terlalu banyak meminum pil tidur. Jantungnya sempat melemah, tapi syukur lah anda tidak terlambat membawanya ke sini. Tidak seharusnya ibu yang sedang hamil meminum obat-obatan tinggi dosis," ucap Dokter dengan tanda nama Lucy di jas putihnya itu.

"A-apa yang baru saja anda katakan, Dokter? Hamil? Vyolin sedang hamil?" tanya Kevin ragu dengan kedua matanya yang seketika membulat.

"Ya, apakah anda belum mengetahuinya?" Dokter balik bertanya dengan tatapan tak biasa.

"Dia belum cerita, Dok," jawab Kevin cepat.

"Kami sudah melakukan pemeriksaan, bayi kalian sudah berusia dua puluh satu minggu," lanjut Dokter Lucy.

"Dua puluh satu minggu?" tanya Kevin lagi.

"Ya, memasuki usia kehamilan lima bulan. Saya berharap kejadian ini tidak terulang kembali. Mohon lebih memperhatikan dan menjaga istri anda. Perempuan yang sedang hamil, sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang-orang terdekatnya," jawab Dokter meyakinkan.

Dokter Lucy merasa bingung dengan reaksi yang ditunjukkan Kevin. Dia pun menyerahkan bukti-bukti pemeriksaan pada Kevin. Raut wajah Kevin pun semakin terlihat buruk saat harus mempercayai semuanya.

Belum habis rasa terkejutnya tadi, kali ini kejutannya sampai membuat Kevin merasa akan mati. Seperti badai petir yang begitu dahsyat baru saja menimpa langit senja di Jakarta.

Dengan langkah kaki gontay, Kevin akhirnya keluar dari toilet. Kembali menyusuri lorong rumah sakit untuk menuju tempat di mana Vyolin dirawat inap. Setibanya di depan pintu ruangan perawatan Vyolin, Kevin mengusap wajahnya dengan keras lalu menghembuskan napas lemas. 

"Sayang, bagaimana keadaan kamu?"

Begitu memasuki ruang rawat, Kevin langsung meraih tangan Vyolin yang terkulai lemas. Mengusap kening Vyolin dengan penuh kelembutan.

Vyolin hanya menatap Kevin sebentar, lalu kembali memejamkan matanya. Wajah Vyolin begitu pucat, dengan tatap mata yang nampak lelah.

"Maaf, karena aku gak cukup baik menjaga dan memperhatikan kamu. Kalau saja aku tahu, ini pasti gak perlu terjadi. Kamu pasti kelelahan sendirian," ucap Kevin yang tak berhenti menggenggam dan menciumi tangan Vyolin.

Vyolin membuka matanya, lalu tiba-tiba saja dua bola mata indah itu berkaca-kaca. 

"Apa dia masih di sana?" tanya Vyolin dengan suara yang hampir tak terdengar.

"Siapa? Bayi kita? Tentu saja, dia sangat kuat seperti kamu, Sayang," jawab Kevin dengan senyuman mengembang.

Dada Vyolin tiba-tiba saja kembang kempis, lalu melepaskan pegangan tangan Kevin dan membalikkan badan. Memunggungi Kevin.

"Kamu butuh banyak istirahat, tidur aja, ya. Aku mau keluar sebentar beli makanan," ucap Kevin.

Kevin berlalu pergi dari ruang perawatan Vyolin, hanya berbalik sebentar untuk memastikan lagi keadaan Vyolin. Lalu benar-benar pergi menjauh dari ruang perawatan yang begitu sepi.

Beberapa saat setelah kepergian Kevin, tangisan Vyolin pun pecah. Dia meremas-remas perut dengan penuh kemarahan, lalu menjerit di dalam selimut.

"Kenapa kamu gak bisa mati? Kenapa!" jerit Vyolin, lalu terus menangis hingga sesenggukan di atas tempat tidurnya.

Kevin Durrel kembali ke kamar rawat inap Vyolin, dengan membawa pizza toping sosis dan keju berlimpah kesukaan isterinya itu. Namun, usaha Kevin membujuk Vyolin untuk makan telah gagal. Vyolin memilih untuk menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam selimut.

Kevin tahu betul, mengapa kehamilan Vyolin bukan hal yang membahagiakan mereka. Meski selama tujuh tahun ini mereka berdua pun selalu menunggu hadirnya malaikat kecil di tengah-tengah mereka.

Apa yang mereka nantikan, telah diberikan. Namun, Kevin tak menyangka ini adalah buah dari sebuah pengkhianatan. Vyolin mengkhianatinya dan bahkan memberinya calon bayi itu.

Kevin merasa dadanya kembali sesak, segera saja dia pergi lagi dari kamar. Laki-laki dengan tubuh tak terlalu berisi itu pun terduduk lemas di kursi depan ruang rawat inap. Mengusap wajahnya berkali-kali, juga meremas-remas rambut hitam ikalnya yang semakin terlihat berantakan.

"Kevin!" 

Sayup terdengar suara seseorang memanggil dari kejauhan, Kevin pun melayangkan pandang ke lorong rumah sakit. Sosok tak asing yang lama tak ditemuinya itu pun segera saja tiba di hadapannya.

"Julia," lirih Kevin, saat perempuan berperawakan tinggi langsing dengan rambut pirang potongan pendek itu berdiri di depannya.

"Aku tadi mau ke rumah kamu, dan petugas keamanan di sana bilang kalau kamu membawa Vyolin ke rumah sakit. Apa yang terjadi, Kevin?" tanya Julia dengan wajah penuh kecemasan.

"Vyolin sakit, Julia. Tapi, dia sudah enggak apa-apa, sekarang sedang istirahat di dalam," jawab Kevin.

"Syukurlah. Tapi kenapa reaksi kamu begini?  Vyolin sakit apa?" tanya Julia lagi.

Kevin terdiam, merasa ragu untuk menjawab pertanyaan Julia. Julia adalah Kakak sepupu Kevin, saudara terdekat Kevin satu-satunya. Julia bahkan mengetahui rahasia terbesar dalam hidup Kevin.

"Kevin? Bilang sama aku, apa yang sebenarnya terjadi? Jangan bikin aku cemas kayak gini!" ucap Julia sambil mencengkram lengan Kevin dengan keras.

"Duduk dulu, Julia," sahut Kevin.

Kevin dan Julia pun duduk di kursi panjang depan ruang rawat inap, tak mempedulikan lalu lalang orang di depan mereka. 

"Buruan cerita, Kevin," ucap Julia dengan tatapan penuh kecurigaan.

"Julia, dokter yang memeriksa Vyolin bilang kalau … Vyolin hamil," ungkap Kevin dengan suara super pelan.

"Ya ampun, serius?" tanya Julia dengan tatapam membulat.

"Ya," jawab Kevin lesu.

Julia sumringah, lalu berdiri dari tempat duduknya. Julia kehilangan kontrol gerakan tubuhnya, terlihat begitu terkejut dan bahagia mendengar pernyataan Kevin.

"Ya ampun, Kevin. Ternyata kamu sengaja ngasih aku kejutan ini. Akhirnya, setelah tujuh tahun. Kalian bakal punya bayi!" seru Julia dengan mata berkaca-kaca.

Kevin hanya diam, setelah beberapa saat memperhatikan Julia yang tampak begitu bersyukur.

"Kenapa, Kevin? Kenapa kamu malah gak bersemangat? Bukannya ini yang sangat kalian inginkan?" Julia kini menatap Kevin dengan tatapan heran.

"Apa kamu sudah lupa, Julia? Tentang penyakitku yang gak bisa memberikan keturunan," lirih Kevin sambil mengusap sudut mata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status