Share

BAB 9. Malam Itu

"Maaf, kayaknya saya salah kamar," ucap Vyolin setelah dengan samar melihat ada sosok laki-laki di dalam kamar hotel yang dimasukinya.

"Hey, kamu Vyolin kan? Temannya Anna!" Laki-laki itu menahan lengan Vyolin dan menghalangi pintu dengan tubuhnya.

"Maaf, saya harus keluar," ucap Vyolin dengan tubuh lemas berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan laki-laki itu.

"Jangan buru-buru, dong. Aku Mike, kamu ingat kan? Ayo, kita ngobrol dulu cantik."

Vyolin masih begitu jelas mengingat siapa Mike, dan dia semakin berusaha keras untuk lepas dari cengkraman laki-laki itu. Namun, Vyolin kehilangan tenaganya. Mike dengan sebelah tangannya saja, mampu menarik tangan Vyolin hingga terjatuh di samping tempat tidur.

"Santai dulu, cantik. Kita ngobrol-ngobrol dulu," ucap Mike sembari mengangkat tubuh langsing Vyolin ke atas tempat tidur.

Vyolin kembali berusaha untuk bangkit, akan tetapi kedua tangan besar Mike telah kembali mencengkram pundak Vyolin. Vyolin berusaha mendorong dan memukul tubuh Mike sekuat tenaganya, akan tetapi Mike dengan mudahnya menepis setiap perlawanan Vyolin.

"Jangan! Tolong, lepaskan saya!" Vyolin terus menjerit dan menangis ketakutan.

"Sebentar aja, Sayang. Sebentar kok, kita buat kenangan indah di pulau ini untuk kita berdua," ucap Mike dengan seringai penuh gairah.

Mike seperti baru saja menang hadiah besar, ketika bisa mendapati perempuan secantik Vyolin masuk ke kamarnya. Meski mengetahui Vyolin telah menikah, Mike merasa tak ada belas kasihan untuk melepaskan Vyolin.

"Jangan, Mike! Aku mohon! Tolong!"

Mike yang sudah kehilangan akal, tak peduli lagi pada apa pun yang diucapkan Vyolin. Dengan beringasnya, Mike melepaskan setiap helai yang dikenakan Vyolin dan menodai perempuan malang itu tanpa ampun.

"Jangan … jangan!"

Dengan nafas terengah-engah, Vyolin terbangun dari tidurnya. Kejadian di malam itu, kembali datang menjadi mimpi buruk. Kevin yang tidur nyenyak, sampai tak menyadari istrinya itu tengah duduk dengan wajah kacau di atas tempat tidur.

Pikiran yang terguncang, membuat Vyolin kehilangan tidur  yang berkualitas. Sejak overdosis obat tidur hari itu, Kevin telah menyingkirkan setiap obat-obatan dari rumah mereka. 

Vyolin dengan langkah pelan pergi ke kamar mandi, menyalakan air untuk mengisi bath-up lalu menumpahkan habis sebotol sabun cair wangi bunga mawar ke dalam bath-up. 

 

Tak peduli pada bunyi jarum jam di dinding yang telah menunjukkan pukul satu malam, Vyolin mencelupkan saja tubuhnya ke bath-up. Sambil berlinang air mata, Vyolin mengusap-usap perutnya.

Bahkan sebelum pernikahan, Vyolin selalu menjaga dirinya dengan baik. Dia selalu menghindari pergaulan buruk, meski sahabat-sahabatnya selalu membujuk.

Malam itu, dia ditakdirkan untuk gagal menolak minuman keras. Satu keburukan yang telah membawa keburukan lain yang lebih besar. Begitu besar sampai Vyolin merasa semakin tak sanggup untuk menanggungnya.

Wajah Mike tak pernah bisa Vyolin lupakan. Lelaki itu yang dulu begitu dia benci untuk dekat dengan Anna, sahabatnya. Kini kebenciannya begitu berlapis, sampai pernah terpikir dalam hatinya untuk mengoyak-ngoyak wajah Mike dengan tangannya sendiri.

"Mike itu brengsek!." Vyolin ingat betul, selalu mendengar kalimat itu keluar dari mulut-mulut sahabatnya.

"Iya!  Mentang-mentang pembalap ganteng dan kaya, dia seenaknya mainin perempuan. Dari perempuan kelas atas, kelas-kelasan, semua diembat!" Sarah memang yang paling tahu kehidupan banyak laki-laki di kelas atas seperti Mike. Saat Sarah mengetahui Anna berhubungan dengan Mike, segera dia membeberkan keburukan Mike sampai Anna menjauhi lelaki itu.

Anna saat itu telah termakan rayuan Mike, hingga berhubungan bebas selama tiga bulan. Anna tak mempercayai ucapan Sarah, sampai akhirnya dia bisa melihat sendiri kebusukan Mike berkencan dengan banyak perempuan.

Mendengar cerita tentang Mike saja, Vyolin merasa merinding. Dalam hatinya selalu merasa bersyukur telah menikah dengan lelaki sebaik Kevin Durrel.

Tak pernah terbesit dalam pikiran Vyolin, bahwa tangan lelaki brengsek itu telah menyentuh tubuhnya. Keringat laki-laki itu telah menodainya, dan membuat Vyolin selalu merasa jijik pada diri sendiri setiap kali mengingatnya.

Vyolin menahan suara tangisnya, berharap Kevin tak terbangun dan menemukannya. Keinginan untuk menghilangkan bayi kini hadir lagi, bahkan Vyolin merasa bahwa akan lebih baik kalau saat ini dirinya juga mati.

Vyolin merasa tak akan mampu bila harus melanjutkan hidup bersama dengan bayi itu. Bagaimana dia bisa bernapas dan melupakan rasa jijiknya pada Mike, bila darah daging Mike justru akan terus menempel padanya.

"Bayi sialan!" Vyolin meremas-remas perutnya.

Vyolin menengadahkan wajahnya, menatap ke langit-langit kamar mandi. Sekelabat bayangan indah kebersamaannya dengan Kevin pun hadir, lalu menjadi berubah mengerikan saat bayangan seringai Mike di malam itu ikut muncul.

"Maafin aku, Kevin. Maafin aku," lirih Vyolin dalam tangisnya. 

Air di dalam bath-up telah begitu penuh, dan menjadi semakin dingin. Vyolin perlahan menenggelamkan kepalanya, hingga seluruh tubuhnya telah masuk ke air.

"Semua akan lebih baik kalau aku tiada."

"Vyolin?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status