Share

BAB 6. RUJAK NANAS

Anna pun akhirnya kembali membuka laptop, mencari kabar terbaru Mike di media sosial. Sudah lama Anna tak bermain media sosial karena fokus kerjanya di dunia modeling.

Mike rupanya sudah menikah dua tahun yang lalu, dan berhenti dari aktivitas balapan, sejak tiga bulan lalu. Kecelakaan tunggal mengakibatkan lengan dan  sebelah kakinya cidera dan disarankan untuk tidak lagi

liar di jalanan.

Kepandaiannya mendekati gadis cantik, membuat Mike dengan mudah memperistri seorang pramugari maskapai penerbangan internasional.

Secantik apa pun istrinya, rupanya tak memadamkan beringas nafsu Mike untuk menodai gadis sebaik Vyolin. Mike telah menanam benih di tubuh Vyolin, dan membuat Vyolin kehilangan kebahagiaannya.

"Argggh!" 

Suara teriakan terdengar dari kamar Vyolin, Kevin yang baru saja selesai membereskan bahan makanan ke dalam kulkas langsung saja berlari menghampiri Vyolin.

Vyolin terduduk di lantai, dengan memegangi pinggang dan perutnya. Terlihat cairan berwarna kuning berceceran di sekitar tempatnya duduk.

"Kamu jatuh?" Kevin langsung mengangkat tubuh Vyolin ke atas tempat tidur.

"Iya, aku … kepeleset," ucap Vyolin dengan nafas terengah-engah.

Kevin memeriksa kaki Vyolin dan memeriksanya, akan tetapi dia tidak mencium aroma anyir. Justru aroma wangi zaitun, minyak yang biasa Vyolin gunakan untuk mereka melakukan pijat.

Botol minyak Zaitun terlihat masih ada di atas meja rias, dengan tutup yang terbuka. Cairannya menggenang di lantai dan membuat Vyolin terjatuh.

"Kok, bisa? Kenapa bisa sampai tumpah gini?" Kevin gegas mengambil tisu dan berusaha membersihkan lantai.

"Aku gak tahu, Mas. Kenapa bisa tumpah gitu. Aku tadi bangun, terus udah kayak gitu," jawab Vyolin.

"Kamu baik-baik aja? Apa kita harus ke rumah sakit?" tanya Kevin.

"Gak usah, Mas. Aku gak apa-apa," jawab Vyolin.

Selesai membersihkan lantai, Kevin memijati kaki dan punggung Vyolin. Dalam kepalanya, Kevin masih berpikir keras, mengapa Vyolin masih ingin membahayakan diri sendiri. Kasih sayang tulus dan perhatian Kevin, sepertinya masih kurang untuk membuat Vyolin mau menerima kehamilannya.

**

"Mas, beli nanas, yuk!"

Libur akhir pekan, Kevin berniat mengajak Vyolin jalan-jalan ke Mall yang tak jauh dari rumah mereka. Isi dompet mereka selalu tebal karena keduanya terbiasa hidup sederhana dan tidak menghambur-hamburkan uang. Kevin yang seorang manager keuangan di perusahaan pabrik bahan kimia itu pun, kadang merasa kurang wajar melihat Vyolin jarang belanja.

"Kamu mau makan nanas?" Kevin menepikan mobilnya di pinggir jalan yang langsung saja berdekatan dengan gerobak penjual rujak keliling.

"Iya, Mas. Aku sudah lama gak makan rujak," sahut Vyolin.

Kevin merasa keinginan Vyolin itu normal, karena Vyolin sedang hamil. Dengan senang hati, Kevin ingin mengantar Vyolin ke gerobak penjual rujak itu.

"Eh, Mas. Biar aku aja sendirian yang turun. Mas tunggu di sini," ucap Vyolin tiba-tiba.

"Biar aku temani, Sayang," sahut Kevin.

"Gak usah, Mas. Udah, jangan maksa!" ujar Vyolin dengan wajah ketus akan tetapi diakhiri dengan senyuman.

Kevin pun menyerah, membiarkan istrinya itu berjalan sendirian menuju gerobak tukang rujak. Kevin terus mengawasi istrinya itu, selalu bersikap waspada agar Vyolin  dan bayinya selalu terjaga.

"Udah, Mas. Ayok, jalan lagi," ucap Vyolin setibanya kembali ke dalam mobil.

"Sudah? Banyak banget!" Kevin terperangah melihat seplastik besar irisan buah nanas dan semika penuh sambal rujak yang penuh dengan biji cabai merah.

"Ya, emang aku maunya gini, Mas," sahut Vyolin.

"Apa bakalan habis sebanyak itu?" tanya Kevin heran.

"Habis lah! Udah, jalan aja," jawab Vyolin cepat.

Kevin pun kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan super pelan. Sedangkan Vyolin telah memulai mukbang rujak nanas.

Vyolin terlihat begitu menikmati setiap kunyahannya, hingga seperti tak peduli dengan air mata dan hidungnya yang telah berair. Kevin hanya bisa menyediakan tisu untuk Vyolin, sambil terus menatap tak percaya.

"Apa gak apa-apa, makan sebanyak dan sepedas itu?" tanya Kevin ragu.

"Gak apa-apa," jawab Vyolin cepat.

Kevin pun membiarkan Vyolin, sampai akhirnya mereka telah tiba di parkiran bawah tanah Mall. Vyolin tiba-tiba saja keluar cepat dari mobil dan berlari menuju tong sampah yang cukup jauh dari mobil.

Kevin dengan perasaan sangat khawatir segera menyusul Vyolin.

"Vyolin, kamu kenapa?" tanya Kevin sembari mengusap punggung Vyolin.

Vyolin terus muntah, hingga semua yang dimakannya telah berpindah ke tong sampah. Dengan banjir keringat, tiba-tiba saja Vyolin terkulai lemas ke lantai.

"Vyolin!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status