Share

BAB 7. HARUSKAH DIGUGURKAN?

Kevin segera membopong Vyolin kembali masuk ke dalam mobil, tanpa basa-basi langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.

Setibanya di rumah sakit, Vyolin pun segera dibawa ke UGD. Kevin terduduk di depan pintu UGD, merasa kembali sangat terkejut hingga kedua kakinya menjadi lemas.

"Maaf, anda suaminya?" 

Selang berapa lama, seorang dokter keluar dari UGD dan menemui Kevin. 

 "Iya, Dok. Saya suaminya, bagaimana keadaan istri saya?" Sambar Kevin langsung.

"Apa istri anda baru saja makan sesuatu?" tanya Dokter.

"Iya, Dokter. Istri saya baru saja makan rujak Nanas. Porsinya memang luar biasa. Dan tiba-tiba saja dia muntah-muntah langsung pingsan, Dok," jawab Kevin.

"Baik, kalau begitu dugaan saya benar. Alhamduillah, istri anda sudah tidak apa-apa, janinnya juga tidak bermasalah. Lambung istri anda hanya tidak bisa menerima makanan terlalu pedas dan banyak. Karena sudah muntah, kandungan enzim bromelain dari buah nanasnya jadi tidak terlalu terserap banyak dan tidak membahayakan janinnya," jelas Dokter.

"Syukurlah kalau begitu, Dok," ucap Kevin lalu mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Istri anda harus menunggu sampai kondisinya benar-benar kembali pulih, baru nanti boleh pulang, ya," lanjut Dokter.

Kevin mengangguk, lalu perawat datang memintanya mengurus administrasi. Vyolin pun langsung dipindahkan ke ruangan VVIP, untuk mendapat pengawasan seharian ini.

Setelah sadar dari pingsan dan pulih dari rasa mualnya, Vyolin hanya bisa terdiam di atas tempat tidur. Sedangkan Kevin, hanya duduk menahan rasa kesal karena Vyolin kembali berulah untuk membahayakan diri sendiri dan janinnya.

"Gimana keadaan kamu? Apa masih pusing? Masih merasa pedas? Sakit perut?" Kevin menyerang dengan rentetan pertanyaan.

"Enggak, Mas," jawab Vyolin singkat tanpa melihat wajah Kevin.

"Maaf, aku gak tahu kalau nanas itu berbahaya untuk ibu hamil. Kalau aku tahu, pasti gak akan terjadi hal begini," ucap Kevin.

Vyolin tak mampu berkata-kata, karena merasa bahwa ini semua murni kesalahan yang dibuatnya sendiri. Vyolin telah mempelajari banyak hal dari internet, tentang penggugur kandungan. Namun, dia merasa kesulitan untuk membeli ramuan-ramuan berbahaya tanpa sepengetahuan Kevin.

Vyolin merasa kesal karena usahanya kali ini telah kembali gagal. Saat tidak ada Kevin, Vyolin bahkan memukul-mukul perutnya, juga menjatuhkan tubuhnya secara tiba-tiba ke lantai. Namun, selalu tidak berpengaruh.

"Kenapa anak ini tidak bisa hilang!" Batin Vyolin. Lalu matanya berkaca-kaca.

Kevin merasa bingung, bagaimana lagi harus meyakinkan Vyolin bahwa dia telah menerima bayi itu. Siapa pun ayah biologis dari bayi dalam kandungan Vyolin, Kevin hanya tahu bahwa itu adalah anak dari perempuan yang sangat dicintainya. Kevin bisa menerima anak itu dengan sepenuh hatinya.

"Halo, Julia."

Kevin memutuskan untuk menghubungi Julia di luar kamar rawat inap Vyolin. 

"Ya, Kevin. Ada apa? Apa terjadi sesuatu sama Vyolin?" tanya Julia cepat.

"Enggak. Apa kamu sibuk di rumah?" tanya Kevin balik.

"Kamu tahu, kan. Aku cuma sibuk jualan cake buat biaya kuliah keponakan kamu itu," jawab Julia.

"Kalau bisa, aku mau kamu datang ke rumah. Menginap semalam atau dua malam untuk menemani Vyolin," ucap Kevin.

"Me-memangnya kenapa? Vyolin baik-baik aja, kan?" tanya Julia lagi.

"Dia sudah gak baik-baik aja sejak lama, Julia. Aku ingin kamu sekedar menemani dia, mendengarkan sesuatu yang mungkin dia gak bisa ngomong sama aku," jawab Kevin dengan suara yang mulai sengau.

Kevin meneteskan air mata, karena kegelisahannya memikirkan Vyolin. Merasa tak bisa melakukan apa-apa untuk membahagiakan pikiran Vyolin saat ini. Julia yang mendengar isak tangis Kevin pun tak bisa menahan rasa terharunya.

"Ya, akan aku usahakan untuk bisa ke sana. Tapi mungkin besok atau lusa. Kebetulan sedang banyak yang pesan kue. A-aku pasti ke sana dan membawakan kue red velvet kesukaan Vyolin," ucap Julia.

"Oke, thank you Julia." ucap Kevin.

Kevin mematikan sambungan telepon, lalu kembali ke kamar. Dilihatnya wajah Vyolin yang kini telah tertidur. Setiap kali melihat wajah Vyolin, Kevin merasa cintanya selalu bertambah. Lalu dia akan mengingat setiap kenangan romantis yang mereka jalani bersama.

Kevin tak pernah menyangka, saat ini hanya bisa melihat senyum dipaksakan dari wajah Vyolin. Tidak lagi seceria dulu, tak lagi ada banyak obrolan mereka. Kevin merindukan saat-saat bahagia mereka.

"Apa aku harus membiarkan kamu menggugurkan kandungan itu, supaya aku bisa lihat kamu yang dulu lagi, Vyolin?" batin Kevin sembari mengusap lembut rambut panjang Vyolin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status