Share

BAB 4. APA YANG SALAH

"Kenapa bisa gitu?" lirik Anne heran.

"Bayinya, seperti tidak diinginkan oleh Vyolin," ucap Sarah.

"Ya, tapi kenapa? Bukannya mereka menunggu selama tujuh tahun untuk memiliki bayi sendiri?" tanya Selena lagi.

"Kita lupakan dulu soal bayi. Sekarang, aku mau bahas soal apa yang Vyolin bilang di kafe. Dia bilang kalau kita adalah sumber masalahnya. Coba kalian ingat apa aja yang kita lakukan selama berlibur tiga hari di Bali," jawab Sarah.

Anna menghembuskan nafas kasar, sedangkan Selena langsung memijat keningnya sendiri sembari memikirkan ucapan Sarah.

Lima bulan yang lalu, mereka berlibur ke Bali untuk merayakan hari ulang tahun Anna. Saat itu mereka memutuskan untuk membuat pesta persahabatan. Tidak ada yang membawa suami atau anak-anak.

Vyolin merasa senang bersama dengan para sahabatnya, akan tetapi dia tetap berusaha untuk mengontrol diri. Tak seperti ketiga sahabatnya yang minum-minum hampir setiap malam.

"Kita cuma jalan-jalan, belanja, dan minum. Itu aja," ucap Anna setelah beberapa saat berpikir keras.

"Ya, aku ingat. Kita bahkan menghabiskan malam terakhir hari jadi Anna dengan pesta barbeque dan anggur merah, Itu aja, gak ada yang aneh," timpal Selena.

"Kita semua mabuk berat, tertidur di tenda. Astaga, aku ingat! Waktu itu, Vyolin bilang sama aku mau balik ke hotel. Dan kita ngebiarin dia pergi sendirian," ujar Sarah.

"Terus … maksud kamu apa? Apa ada yang berbuat jahat sama dia?" tanya Anna sembari menggigit  ujung kuku jari jempol tangannya.

"Aku harus lihat rekaman CCTV. Iya, temanku bekerja di hotel itu. Jadi pasti dia bisa bantu kita untuk menemukan jawabannya," jawab Sarah.

Sarah segera mengambil ponsel dari tasnya, dan berselancar di layar ponsel. Anna dan Selena hanya bisa menunggu dengan perasaan khawatir mereka.

"Katanya dia bisa bantu, tapi mungkin gak sekarang," ucap Sarah dengan wajah lesu.

"Kapan? Apa kita gak lebih baik bertanya langsung aja sama Vyolin?" tanya Anne.

"Vyolin terlihat sangat terpukul dan frustasi. Aku rasa dia belum siap berbagi cerita dengan kita," jawab Sarah.

Selena yang merasa tegang, memutuskan untuk memesan beberapa gelas kopi untuk mereka. Ketiganya pun hanya bisa menduga-duga apa yang terjadi, sampai nanti akan ada bukti kejadian sebenarnya.

**

Vyolin keluar dari kamarnya setelah merasa lebih tenang, sementara langit kota Jakarta tampak telah mulai gelap. Vyolin mencari keberadaan Kevin hingga ke taman belakang, akan tetapi tidak ada.

Melihat rumah yang bersih dan rapi, Vyolin merasa ada kelegaan dalam hatinya. Meski selama ini selalu mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, dia tak pernah menyalahkan Kevin.

Hari ini Kevin telah berbuat sesuatu yang menurutnya begitu manis. Dan itu malah membuatnya kian merasa bersalah. 

"Sayang, kamu sudah bangun? Apa kamu mau mandi air hangat? Aku siapin air hangatnya, ya," ucap Kevin yang tiba-tiba telah berada di rumah.

Kevin meletakkan begitu saja kantong-kantong belanjaan di atas meja dapur. Lalu segera pergi ke kamar mandi di kamar tidur mereka. Vyolin pun segera mengikuti langkah suaminya itu.

"Air hangatnya udah mau siap, aku juga udah beli sabun aroma mawar kesukaan kamu. Tunggu bentar," ujar Kevin lalu kembali pergi ke dapur membongkar kantong belanja.

Vyolin tak bisa menutupi senyumnya, merasa senang dengan perlakuan manis Kevin. 

Kevin menyiapkan air hangat di bath up, bahkan menyalakan lilin aroma terapi. Saat ini, di pikirannya hanya ingin melihat Vyolin kembali sehat dan ceria.

"Silahkan mandi, aku mau siapin buat makan malam kita," ucap Kevin pada Vyolin di depan pintu kamar mandi.

Ketika Kevin akan berlalu pergi,Vyolin membuat langkah Kevin tertahan. Pegangan tangan Vyolin di lengannya, benar-benar membuat Kevin merasa terkejut.

"A-ada apa? Kamu butuh yang lain?" tanya Kevin tiba-tiba tergagu.

"Iya, Mas. Aku butuh tangan kamu untuk gosokin punggungku," jawab Vyolin lalu tersenyum.

"A-ah, gitu? Oke," sahut Kevin.

Menyiapkan makan malam pun terpaksa ditunda. Setelah sekian lama mereka tak menjalin kebersamaan di kamar mandi. 

Di dalam bath-up, Kevin bersiap menggosok punggung Vyolin. Namun, Kevin merasa hatinya menjadi bergetar. Kevin tidak percaya dengan punggung istrinya yang terlihat begitu kurus.

"Sayang, makannya lebih banyak lagi, ya. Kalau mau makan sesuatu, atau apa pun. Kasih tahu aku," ucap Kevin dengan mata berkaca-kaca.

"Aku kelihatan buruk, ya?" tanya Vyolin sambil tertawa kecil.

"Tentu aja enggak, kamu adalah yang terindah dalam hidup aku," jawab Kevin.

"Bagaimana … kalau aku memang seburuk itu?" tanya Vyolin lagi.

"Kamu hanya perlu ingat, aku adalah orang yang paling mencintai kamu di dunia ini," jawab Kevin cepat.

Vyolin lalu berbalik, duduk berhadapan dengan suami yang selama lima bulan ini dihindarinya. Kesibukan kerja membuat Kevin mengabaikan perubahan sikap Vyolin, dan semua menjadi kacau begitu saja.

Ada rindu dalam kecupan yang melekat, semakin hangat dengan semakin eratnya pelukan penuh cinta. Lilin aroma terapi menjadi saksi, kembalinya kemesraan di tengah kabut kebingungan perasaan mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status