Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku

Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku

By:  Charlotte Sun  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
16Chapters
418views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Helena terbangun setelah menghabiskan malam pertamanya yang begitu panjang. Namun, bukanlah sang suami yang ia dapati melainkan kakak iparnya sendiri. Tanpa sadar mereka telah melewati malam panas bersama. Helena dan Willson sepakat untuk menyembunyikan aib mereka. Segala upaya pun Helena lakukan demi melupakan kejadian tersebut. Tapi sayangnya tak semudah itu. Tinggal bersama Willson di bawah atap yang sama membuat Helena terus merasakan kehangatan dan perhatian yang diberikan oleh pria tersebut. Ya, kehangatan yang bahkan tak pernah ia dapatkan dari suaminya sendiri.

View More
Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
16 Chapters
Kesalahan Terbesar
“Tunggu saja suamimu di kamar ini, nanti dia akan datang." Permintaan ibu mertuanya seketika membuat Helena gugup bukan main. Wanita itu berusaha untuk tetap memancarkan senyuman, namun dia tahu, bahwa telapak tangannya kini sudah basah dengan keringat.Hari itu, adalah hari pernikahannya. Helena mendapatkan permintaan langsung dari Rebecca, mertuanya, untuk menikahi putranya. Awalnya, Helena menolak dengan keras. Siapa yang ingin menikah dengan pria yang tak bertemu dengannya sama sekali? Namun, satu ucapan dari Rebecca membuat Helena tak bisa mengelak. "Jika kamu menikah dengan putraku, aku akan melunasi seluruh utang yang ditinggalkan oleh orang tuamu, dan juga memindahkan kakakmu ke rumah sakit yang lebih memadai." Tawaran itu membuat Helena berubah pikiran. Ia mengingat sosok kakak laki-lakinya yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit pasca mengalami kecelakaan hebat tempo hari. Helena tak tega melihat Arkan yang mati-matian berjuang melunasi utang keluarga mereka. N
Read more
Pria yang Berbeda
"Ka-kakak?" Helena tergagap. Namun, Rebecca justru membalasnya dengan anggukan penuh antusias sambil memasang senyuman lebarnya.Helena menelan saliva dengan berat sebelum ia melihat kembali ke arah Willson. Begitu terkejut dirinya saat menyadari bahwa sejak tadi Willson tengah memperhatikannya. Pria tersebut melirik dengan sorot yang cukup tajam. Tapi, ekspresinya tetap datar. Helena tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran pria itu saat ini. Belum selesai Helena berperang dengan keterkejutannya, tiba-tiba saja sebuah kejutan lain datang."Dion." Titah Rebecca saat ia menatap sosok di belakang Helena yang baru saja tiba.Dengan ragu-ragu Helena menoleh dan mendapati pria yang belum pernah dilihatnya. Inikah Dion, pria yang berstatus sebagai suami sahnya? Pria yang seharusnya bersamanya tadi malam? Dada Helena semakin sesak. Sepertinya ada sesuatu yang mengunci tubuhnya karena ia tak dapat bergerak sedikitpun. Ingin sekali Helena menenggelamkan dirinya ke inti bumi daripada h
Read more
Kesepakatan
“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” seru Willson. “B-bicara? Denganku?” “Ya.”Berhubung kantor Willson searah dengan lokasi pemotretan Helena, jadi pria itu mengajak Helena untuk berangkat bersama tanpa sepengetahuan siapa pun. Tentu saja Helena merasa keberatan dan ingin menolak. Tapi mengetahui bahwa Willson ingin membicarakan sesuatu dengannya, pada akhirnya Helena menerima ajakan tersebut.Keheningan menyelimuti Helena dan Willson. Meskipun mereka sedang bersama, namun suasananya hampa seakan mereka sedang tidak bersama siapa-siapa. Merasa sedikit gugup saat berdekatan dengan Willson, sebisa mungkin Helena memberikan jarak cukup jauh di antara mereka. “Sebenarnya apa yang ingin dia katakan? Mengapa sejak tadi hanya diam saja? Apakah ini ada kaitannya dengan kejadian semalam? Tapi kenapa dia terlihat tenang sekali? Atau jangan-jangan dia sudah melupakannya dan ingin membicarakan tentang hal lain?” batin Helena dengan segala pertanyaannya.Namun, sayangnya itu semua ti
Read more
Kekerasan dalam Rumah Tangga
“Kau sudah menjadi istriku, Helena. Sudah kewajibanmu untuk melayaniku.” Ucap Dion, jemarinya mulai menyentuh dan meraba kulit halus Helena. Seketika, tubuh Helena semakin merinding. Dia tidak menginginkan ini. Tubuh wanita itu membeku, seakan tak memiliki tenaga untuk berteriak. Puas dengan sentuhan tersebut, Dion menatap bibir ranum Helena. Tampak sangat manis dan menggiurkan. Wajah istrinya yang terlihat ketakutan, justru semakin membangunkan gairahnya. ”Mas, tolong berikan aku waktu. Aku mohon,” gumam Helena yang mulai terisak. Dia pikir permohonannya akan membuat Dion luluh. Namun, justru hal itu membuat suaminya semakin penasaran dan ingin segera mencicipinya.”Aku bukan orang penyabar yang mau menunggu keputusan orang lain, Helena.” Kali ini Dion tampak lebih serius. Setelah berkata demikian, dia langsung mencengkeram pipi Helena dan menempelkan bibir mereka dengan paksa.Helena memberontak. Dia ingin berteriak sekeras mungkin tapi bibir Dion membungkamnya. Semakin Hele
Read more
Menantikan Masa Lalu
“Apa yang terjadi padamu?”Helena tertegun. Ia baru paham kalau ternyata Willson menyadari luka buatan Dion di lehernya. Secepat kilat Helena menutupi luka segar tersebut.“Katakan padaku, apa yang terjadi denganmu?”“Aku ... aku tidak kenapa-napa. Ini hanya luka kecil saja.”“Sekali lagi aku tanya. Apa yang terjadi padamu, Helena?!” Willson mulai tegas. Dan ya, ketegasan pria itu membuat Helena gemetar. Ini adalah kali pertamanya ia mendengar Willson berbicara dengan lantang.“Jangan bilang kalau ini ulahnya Dion,” tambah Willson dengan intonasi yang kembali rendah.Helena menggeleng cepat. “Tentu saja bukan. Kemarin aku jatuh dan—““Kamu jatuh dan menyebabkan luka di leher? Jangan konyol, Hel. Kamu tidak bisa membohongiku.”“Aku tidak bohong, Kak.”Willson semakin penasaran. Ia membuka paksa cardigan yang dipakai Helena dan mendapati beberapa luka serta lebam lainnya. “Sekarang kamu masih mau bilang bahwa kamu terjatuh?” Helena mengaku kalah. Dia tak bisa mengelak lagi.
Read more
Tindakan Willson
"Will, siapa yang sakit?" Rebecca mengernyit."Tidak ada." Respon singkat Willson membuat semua orang saling bersitatap satu sama lain."Lalu untuk apa kamu memanggil dokter ke sini kalau tidak ada yang sakit?""Sekedar memeriksa kondisi kesehatan kita semua," jawabnya santai. Sekilas ia melirik ke arah Dion, merasa geli dengan wajah gugup adiknya tersebut."Jangan ngaco, Will. Kita semua baik-baik saja," sambar Manda."Ya, Bibi benar. Kita memang baik-baik saja. Tapi mungkin tidak dengan yang lain. Aku ingin semua orang di rumah ini diperiksa kesehatannya. Termasuk para pelayan dan sopir sekalipun. Minimal kita harus memastikan bahwa semua penghuni di sini dalam keadaan sehat."Bagi mereka, keputusan Willson terdengar tidak masuk akal. Untuk apa ia repot-repot melakukan hal itu hanya demi mengetahui kondisi kesehatan orang lain? Apalagi ini adalah kali pertamanya Willson melakukan hal bodoh tersebut. Selama ini dia selalu bersikap acuh dan tak peduli dengan kondisi siapapun."
Read more
Hubungan
“Tidak. Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengannya.” Helena dengan lantang membalasnya. Dia panik sehingga tidak bisa memikirkan jawaban lain selain yang dilontarkan.Melihat raut wajah Helena yang gugup seperti itu, Dion memicingkan mata. “Kau yakin?” tanyanya.Helena mengangguk tegas, namun bibirnya terasa kaku. Ia tak bisa berkata saat menjawabnya. Tak diduga, Dion malah tertawa kecil. Entah apa yang ditertawakan oleh pria itu, Helena sama sekali tidak mengetahuinya. Yang dia tahu hanyalah dirinya yang sedang berada di ujung jurang.“Tapi sepertinya sikap Willson berkata lain.”“Ma-maaf, Mas. Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan,” titah Helena.Dion mendekat, memotong jarak di antara mereka. Dengan santai pria itu mengambil sedikit rambut Helena dan memainkan dengan jari-jemarinya. Selama sepersekian detik, jantung Helena rasanya seperti berhenti. Dia merasa sesak dan kesulitan untuk bernapas.“Bukankah Willson tampak sangat peduli padamu, hm?”“Peduli bagaimana, Ma
Read more
Dunia yang Sempit
“Terima kasih.”Helena menatap Willson tulus. Tatapan wanita itu tampak sangat teduh dan damai. Suaranya yang selembut kapas mengalir di telinga Willson dengan indah. Sungguh ucapan terima kasih yang begitu anggun, namun Willson tidak tahu Helena berterimakasih untuk apa.Willson mengernyit, membalas tatapan wanita itu dengan segala kebingungannya. Menunjukkan bahwa ia membutuhkan penjelasan lebih.“Berkat Kakak, Dion sudah tidak pernah melukaiku lagi. Dia tidak pernah melayangkan tangannya untuk memukulku.”Sekilas, Willson mengamati tubuh Helena. Bekas luka dan memar yang menghiasi tubuhnya memang sudah memudar drastis, bahkan nyaris tak terlihat lagi. Selain itu, tidak ada juga tanda-tanda luka atau lebam baru di tangan dan kakinya. “Sama-sama,” jawab Willson singkat diikuti senyuman tipis.“Aku berjanji untuk segera membalasnya. Kakak tinggal katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk balas budi pada Kakak,” titah Helena. Dia sungguh merasa harus membalas segala kebaikan
Read more
Kesempatan Emas
“Ti-tidak! Tentu saja tidak.” Helena langsung membantah, mematahkan pemikiran bodoh sahabatnya. Kalau saat ini Mia tidak sedang menjadi pusat perhatian banyak orang, Helena pasti sudah membungkam mulut wanita itu. Bagaimana bisa dia berbicara seenaknya di hadapan Willson? Menyadari Helena panik, Mia dan suaminya terkekeh sementara Willson hanya melirik Helena dengan tatapan yang tak dapat dibaca. Untuk mengalihkan topik pembicaraan dan kabur dari pembahasan konyol ini, Helena menyapa suami Mia yang sejak tadi dia acuhkan. Meski sapaannya terdengar akrab, tapi Helena berusaha untuk tidak berlebihan demi menjaga perasaan sahabatnya. Percakapan hangat mereka terputus saat pengumuman digemakan di ruangan tersebut. Sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa kini sudah memasuki waktunya pesta dansa. “Di mana pasanganmu, Helena? Bukankah aku sudah memintamu untuk membawa pasangan?” tanya Mia. “Aku ... aku tidak tahu harus mengajak siapa.” “Astaga, kau punya beberapa teman pria, ‘kan? Ken
Read more
Dalam Kegelapan
“Helena, apa yang kau lakukan?!”Willson bertanya tegas karena melihat kondisi Helena yang basah kuyup sambil dengan bodohnya berdiri di tepi jalan.“Aku sedang menunggu taksi.”Willson mengusap wajahnya dengan gusar. Ia mengurungkan niat untuk bertanya lebih banyak lagi dan segera menuntun Helena agar ikut masuk ke dalam mobilnya.“Tidak, Kak. Aku tidak mau. Biarkan aku naik taksi saja.”“Jangan konyol, Helena. Kamu tidak bisa terus-terusan menunggu di sini.”Helena masih bersikeras melontarkan banyak penolakan. Namun, dengan kesabaran yang mulai menipis, Willson mengangkat tubuh Helena dan membawanya paksa ke dalam mobil. Meski sempat memberontak, tapi kini Helena sudah duduk aman di jok mahal miliknya.“Kak, jangan lakukan ini.” Helena kembali berucap, ia sungguh tak mau merepotkan Willson.Tidak menjawab, Willson hanya diam. Pria itu langsung menempati kembali kursi kemudinya dan menancap gas sebelum Helena berusaha untuk keluar.“Kak Willson, tolong berhenti. Turunkan ak
Read more
DMCA.com Protection Status