Share

Tindakan Willson

"Will, siapa yang sakit?" Rebecca mengernyit.

"Tidak ada." Respon singkat Willson membuat semua orang saling bersitatap satu sama lain.

"Lalu untuk apa kamu memanggil dokter ke sini kalau tidak ada yang sakit?"

"Sekedar memeriksa kondisi kesehatan kita semua," jawabnya santai. Sekilas ia melirik ke arah Dion, merasa geli dengan wajah gugup adiknya tersebut.

"Jangan ngaco, Will. Kita semua baik-baik saja," sambar Manda.

"Ya, Bibi benar. Kita memang baik-baik saja. Tapi mungkin tidak dengan yang lain. Aku ingin semua orang di rumah ini diperiksa kesehatannya. Termasuk para pelayan dan sopir sekalipun. Minimal kita harus memastikan bahwa semua penghuni di sini dalam keadaan sehat."

Bagi mereka, keputusan Willson terdengar tidak masuk akal. Untuk apa ia repot-repot melakukan hal itu hanya demi mengetahui kondisi kesehatan orang lain? Apalagi ini adalah kali pertamanya Willson melakukan hal bodoh tersebut. Selama ini dia selalu bersikap acuh dan tak peduli dengan kondisi siapapun.

"Dok, tolong segera dimulai pemeriksaannya."

"Baik, Tuan."

Helena menjadi panik. Tangannya mulai terasa dingin dan tubuhnya seakan membeku. Pikirannya kosong, tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan mendesak seperti ini.

Begitupun juga dengan Dion. Lelaki itu khawatir jika dokter akan memeriksa tubuh Helena dan menemukan banyak bekas luka yang disebabkan oleh perbuatan kejinya.

Dengan gerakan kepala nan ringan, Dion memberi kode pada Helena agar segera pergi meninggalkan ruangan. Ia tak mau dokter mengecek tubuh wanita tersebut. Jika hal itu sampai terjadi, maka sudah dipastikan citranya sebagai suami akan menjadi buruk di hadapan kedua orang tuanya.

"Maaf, sepertinya aku melupakan sesuatu. Ada hal penting yang harus aku kerjakan sekarang. Kalau begitu, aku pamit dulu," ujar Helena sebelum membungkuk sebagai bentuk penghormatan. Ia menundukkan pandangan, tak berani membalas banyaknya sorot mata yang tertuju padanya.

"Tidak bisakah menundanya sebentar?" tanya Willson. Tatapan pria itu terlihat sangat mengintimidasi.

"Ti-tidak bisa, Kak. Ini harus diselesaikan tepat waktu."

"Baiklah. Dok, kalau begitu tolong periksa dia terlebih dahulu. Yang lain akan menyusul setelahnya."

Netra Helena dan Dion membelalak. Mereka saling melemparkan pandangan. Memiliki tingkat kegugupan yang sama, sepasang suami-istri itu seolah dapat merasakan detak jantung satu sama lain.

Sesuai perintah Willson, dokter memandu Helena untuk segera duduk di sofa. Baru saja sang dokter membuka sweater yang dipakai oleh Helena, dirinya sudah mendapati beberapa bekas luka yang tampak memudar.

"Ya ampun, sayang. Apa yang terjadi denganmu?" Rebecca terkejut bukan main. Bahkan dokter yang hendak bertanya lebih dulu pun sudah kalah cepat dengan Rebecca.

"I-ini ...." Helena kehabisan kata-kata. Ia menatap Dion seakan meminta bantuan pada suaminya. Helena takut jika dirinya salah bicara, maka Dion akan semakin menghukumnya.

"Ah, itu. Beberapa waktu lalu Helena habis bertengkar dengan teman-temannya, Ma. Dia sampai mendapatkan kekerasan fisik dari mereka. Untung saja Helena cerita padaku dan aku langsung mengamankan wanita-wanita sialan itu," jelas Dion.

Bagi semua orang, penjelasan Dion yang seolah-olah perhatian pada Helena terdengar sangat mengagumkan. Tapi tidak dengan Willson. Dia justru semakin merasa jijik dengan adiknya tersebut. Menurut Willson, Dion terlihat seperti orang bodoh saat mengatakannya.

"Astaga, sayang. Pantas saja akhir-akhir ini kamu selalu memakai pakaian tertutup. Bahkan kamu juga cuti dari beberapa pemotretan dan tawaran iklan. Seharusnya kamu cerita pada Mama juga," seru Rebecca sambil memperhatikan beberapa bekas luka dan lebam dengan perasaan ngilu.

Helena tersipu malu. Wajahnya nan manis kian memerah layaknya kepiting rebus. Sungguh dia merasa tersentuh dengan kasih sayang Rebecca. Tapi di sisi lain, dia juga merasa tidak enak hati karena telah membohonginya.

Namun, Helena tak punya pilihan lain selain merahasiakan semua yang terjadi. Dion mengancam bahwa jika Helena menyebarluaskan kebenaran di antara mereka, maka Dion akan melakukan sesuatu yang dapat merugikan Arkan. Tentu saja Helena tidak mau kakak kandungnya itu menanggung penderitaannya.

"Kau tahu istrimu sedang sakit dan membutuhkan perhatian penuh, tapi kenapa akhir-akhir ini kau malah kelayapan tidak jelas?" tanya Willson dingin.

"Eumm, ya. Untuk itu aku mengaku salah. Seharusnya aku meluangkan waktu untuk menemani istriku di rumah." Dion menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sungguh ingin sekali Dion menghabisi Willson saat itu juga. Karena ide konyol Willson yang memanggil dokter ke rumah, dirinya hampir saja ketahuan. Dion heran sejak kapan Willson mulai mengurusi kehidupan orang lain? Padahal pria itu terkenal jauh lebih cuek dari dirinya.

"Baiklah. Kalau begitu segera lanjutkan pemeriksaannya, Dok," perintah Willson.

Sebelum drama siang itu berakhir, Willson berpesan di hadapan semua orang agar Helena tidak memakai pakaian yang terlalu tertutup lagi. Karena jika ada yang berani menyakiti fisiknya kembali, maka semua orang bisa tahu.

Seruan Willson tersebut membuat Dion tak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya kesal karena mulai sekarang dia tidak bisa lagi menyiksa Helena sebebas sebelumnya.

"Dasar brengsek!" teriak Dion dalam hati yang tentu saja ditujukan pada sang kakak.

***

Helena terlihat sedang fokus membersihkan sepatu kulitnya Dion. Padahal selama ini Dion selalu menyuruh pelayan atau orang lain yang melakukannya. Tapi semenjak menikah dengan Helena, semua tugas itu berpindah ke tangan wanita cantik tersebut.

Dion pernah mengatakan bahwa jika seluruh dunia menganggap Helena sebagai seorang model nan cantik, maka dia tetap menganggap Helena tak lebih dari seorang pembantu dan wanita pembawa sial.

Sejak tadi Helena berusaha menenangkan diri lantaran Dion terus memperhatikannya. Dia tidak mengerti apa yang ada di pikiran pria itu. Apakah suaminya masih marah karena kejadian tadi siang? Tapi, Helena tidak yakin akan hal tersebut. Apalagi setelah melihat ekspresi Dion yang benar-benar datar.

"Helena."

"Ya, Mas?" jawabnya lembut.

"Katakan, ada hubungan apa kamu dengan Willson?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status