Share

Ternyata Itu Cinta

"Gin, Lo kenapa, sih, dari kemarin bengong terus?" Nayya sedang main-main ke kamar Gina. Di kamarnya sendiri sepi sejak kepergian sang suami ke Semarang.

"Nggak papa, Nay. Gue baik-baik aja, kok."

Nayya menarik wajah Gina ke dekatnya. digamitnya dua pipi tirus itu menggunakan tangan. Dilihatnya dengan detail pancaran mata Gina. Ada yang tidak beres.

"Ini bukan Gina, sih? Lo siapa? Jin mana?"

"E busyet dah!" Gina spontan mendorong tubuh Nayya dan menepis tangan yang menghinggapi pipi. "Gila, Nay?"

"Lo tuh, yang gila!"

"Lo kayak orang patah hati, galau dan banyak pikiran, Gin." Nayya berargumen.

"Emang."

"Hah sama siapa? Nggak mungkin sama bokap, dong. Kalian kan, udah akur. Apa sama nyokap?"

"Itu salah satunya."

"Udah tenang aja, nanti gue bantu ngomong ke nyokap."

Gina tersenyum kecil. "Thanks, ya."

Nayya mengangguk.

Gina tidak bisa berkata jujur. Memang salah satu yang menjadi alasannya adalah sang ibu. Namun, bukan itu yang utama mengganggu pikiran gadis itu. Ini tentang Furqon.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status