Share

Pesona Pembantu Tuan David
Pesona Pembantu Tuan David
Author: Rizu Key

1. Malam Pertama Tanpa Noda

"Lilara Olivia, aku kecewa, kamu ternyata sudah tidak perawan!"

Ucapan itu menggema bagaikan petir yang menyambar di dalam kamar sepasang pengantin baru. Malam pertama yang seharusnya indah, panas karena mereka saling mencapai kepuasan itu justru berakhir menyakitkan bagi Lilara.

"A-apa?" tanya gadis cantik dengan rambut panjang yang sudah berantakan. “I-itu tidak mungkin, Mas!”

Tubuh polosnya kini hanya dibalut dengan selimut putih. 

Sementara sang suami kini tengah berdiri tanpa sehelai benang pun, tengah menuding. "Jangan sok polos! Lihatlah, tidak ada bercak darah di sana!”

Sang pengantin pria menunjuk ke arah kasur dengan sprei putih yang sedikit terkena cairan, tetapi tidak berwarna merah.

Air mata Lila mengembun, sebab ia merasa difitnah. Dan ini sungguh fitnah yang sangat keji.

“Itu tidak mungkin, Mas! Kamulah yang pertama kali menyentuhku.”

Namun, sekuat apa pun Lila meyakinkan suami yang baru saja merenggut mahkotanya, sang pria tetap memasang wajah garang.

Sambil mengenakan pakaian yang tadi mereka lepas secara sembarang … pria itu kembali berbicara, “Aku akan memulangkanmu, Lila. Pernikahan kita cukup sampai di sini."

Saat itu, hidup Lila bagai dihantam gelombang tinggi. Baru tadi pagi senyumnya merekah sempurna karena telah menikahi pria yang dicintai, tetapi malam ini … kesedihan benar-benar meluluhlantakkan semua.

“Tapi, Mas. Aku berani bersumpah, aku belum pernah melakukannya dengan siapa pun.” Lila mencoba bersimpuh dengan membawa serta selimut yang menutupi tubuhnya. “Aku yakin, Mas Erik hanya salah paham.”

Sayang, sudah merendahkan diri pun nyatanya sang suami justru mendorongnya dengan tatapan jijik.

“Jadi, kamu mengira aku berpura-pura?” katanya dengan seringai yang menakutkan Lila. Pria itu kemudian berjongkok dan mencengkeram wajah Lila dengan kuat. “Sekarang aku tanya. Apakah kamu merasa kesakitan saat kita tadi berhubungan?"

Lila membulatkan kedua matanya. Di awal mereka bersetubuh tadi, dia memang tidak merasakan sakit luar biasa seperti yang diceritakan teman-temannya soal malam pertama.

Namun, dia kira itu terjadi karena ia menyerahkan dirinya dengan suka rela, pun dengan perlakuan Erik yang begitu memujanya.

Melihat Lila yang terdiam cukup lama, Erik pun kembali berujar, "Tidak, kan? Sudah kuduga!" Erik mendorong tubuh mantan istri satu malamnya itu lagi.

"Kamu yang tidak perawan adalah aib di keluarga Raharja! Bersiaplah, malam ini juga kupulangkan kamu ke rumah orang tuamu!”

Erik yang memang sudah siap dengan pakaiannya itu langsung mendorong koper miliknya, meninggalkan Lila sendirian di dalam kamar hotel mewah tersebut.

Tidak pernah Lila bayangkan, malam pertamanya berakhir dengan dia yang langsung menjadi janda.

**

“Ayah ….”

Lila langsung berhambur ke pelukan ayahnya, begitu pintu rumah orang tuanya terbuka.

Tangisnya terdengar begitu pilu membuat orang tua Lila yang hanya tersisa ayahnya itu bingung.

“Ada apa, Li? Kok, kamu sudah pulang?” tanya pria tua itu dengan suara menenangkan.

Rasanya, Lila tidak sanggup menjelaskan alasan dia dipulangkan di malam pertama. Namun, sejak di jalan dari hotel menuju rumah pun … nampaknya Erik telah bulat pada keputusannya.

"Ayah ... Aku ... Aku ...."

"Lila saya pulangkan kembali ke Anda.” Erik melanjutkan ucapan terpotong istrinya. “Dia sudah tidak perawan! Saya tidak mau menikah dengan barang bekas!”

"Apa? Apa maksudnya, Nak Erik?" tanya Ayah Lila dengan rasa terkejut yang tidak bisa digambarkan.

Lila melepaskan pelukan dan menghapus air matanya yang tak mau berhenti. Wanita itu begitu takut mengecewakan ayahnya, satu-satunya pelindung yang dia punya saat ini.

"Tanyakan saja pada anak Anda yang penipu dan sok polos itu!” tuding Erik lagi.

Ayah Lila kini menatap penuh pada sang anak. “Lila, jelaskan ke Ayah!” katanya dengan tegas.

“I-ini semua salah paham, Yah.” Lila mengangkat pandangannya ke arah ayahnya. Di tengah isakan tangis yang belum reda, ia menjelaskan lagi, “Mas Erik menyangka aku sudah tidak perawan. Aku bersumpah, Mas Erik yang pertama kali menyentuhku, Yah.”

"Semua bukti sudah jelas, Lila.” Pria itu kemudian menaikkan sebelah bibirnya, sinis. “Meski selama 2 tahun pacaran kamu menunjukkan sikap alim, tidak mau disentuh … siapa yang tau, kamu menjajakkan tubuhmu pada pria lain?”

“Ya Tuhan!”

Ayah Lila langsung terduduk sambil memegangi dada kirinya.

“Ayah!” Lila spontan membantu ayahnya, membawanya duduk di sofa. “Jaga omonganmu, Mas Erik! Aku bukan wanita murahan.”

“Benar, Erik. Aku yakin, putriku selalu menjaga kehormatannya.” Meski wajahnya masih pucat, Ayah Lila mencoba membela putrinya.

“Di depan Anda, mungkin dia sok alim. Tapi, kita tidak tahu bagaimana dia di luaran sana.” Erik masih menyahut, tidak peduli pada napas Ayah Lila yang megap-megap. “Aku sudah tahu busuknya Lila. Dan aku merasa ditipu. Untuk itu, selain menggugat cerai, aku juga akan menuntut ganti rugi.”

Bertepatan dengan itu, Erik melemparkan selembar kertas ke arah Ayah Lila. Lembar kertas perjanjian pra-nikah yang dibuat pria itu, yang juga telah disetujui oleh Lila, juga ayahnya.

Dua pasang mata ayah dan anak itu memelotot kaget ketika melihat satu poin janggal …

[Seluruh aset milik keluarga Raharja, termasuk pada aset yang diatasnamakan Lilara Olivia akan jadi jaminan jika suatu saat pihak pria merasa dirugikan.]

“Apa lagi maumu, Mas? Apa kamu tidak puas sudah memfitnahku, juga menyakiti Ayah?!” teriak Lila dengan pandangan menghujam mantan suaminya.

Namun, pria yang memiliki seringai licik itu tidak gentar. Dia justru tersenyum puas melihat detik-detik kehancuran keluarga Raharja.

“Dengar, Lila. Aku ini pebisnis, ayahmu juga. Kurasa kalian paham, jika kerugian harus dibayar setimpal.”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status