Share

2. Rencana Licik Erik

"Lila ... Kenapa ini bisa terjadi?" Ayah Lila bertanya dengan suara lemahnya.

Usai kepergian Erik, Lila buru-buru membawa ayahnya ke rumah sakit. Penyakit jantung yang dimiliki ayahnya membuat Lila ketakutan luar biasa.

"Sudah, jangan dipikirkan lagi, Yah.” Lila menggenggam tangan ayahnya dan sesekali menempelkan ke pipinya. “Percayalah bahwa kita tidak bersalah."

Air mata turun dari sudut mata sang ayah. Pria tua yang kini terpasang alat rumah sakit, juga selang oksigen di hidungnya itu menatap nanar sang putri.

“Tapi kamu akan bercerai, Lila." 

"Aku tidak apa-apa, Ayah," sahut Lila sembari menghapus lelehan air matanya. “Menjadi janda bukan masalah besar, selama Ayah di samping Lila.”

Ayah Lila mengehela napas panjang.

Sebagai anak, tentu Lila memahami kegundahan ayahnya. Melihat anak semata wayangnya menjadi janda usai malam pertama, ditambah menantunya menuntut ganti rugi di luar kepala jelas menjadi beban pikiran sendiri untuk ayahnya.

Namun, Lila mencoba bersikap tenang, setidaknya di depan sang ayah. Meski hatinya sakit, juga tidak siap menerima status barunya sebagai seorang janda muda … Lila mencoba kuat dan tegar.

"Tapi semua aset kita ...."

“Ayah, aset bisa dicari. Yang penting sekarang Ayah sembuh dulu, supaya bisa kuatin Lila menghadapi persidangan.” Lila berujar dengan senyum tipisnya.

Dalam hati, Lila bersumpah … jika dia akan berusaha mempertahankan aset milih ayahnya dari makhluk tamak nan licik bernama Erik.

**

“Sebagaimana tuntutan pelapor, maka dengan ini pengadilan mengabulkan permintaan pelapor terkait ganti rugi yang dimintanya.”

Palu hakim diketuk, tepat setelah putusan perceraian dan permohonan ‘perampasan aset’ yang dituntut Erik dikabulkan.

Meski sudah mati-matian melawan, memberikan bukti dan menggunakan pengacara yang konon tidak terkalahkan … nyatanya Lilara Olivia dinyatakan kalah di pengadilan.

Keluar dari ruang sidang dengan tertunduk lesu, Lila melangkah ke toilet. Wanita itu membasuh mukanya, melampiaskan kekecewaan sebab gagal mempertahankan hak, juga gagal membuktikan tuduhan Erik.

“Apa yang harus aku jelaskan pada Ayah?” ujarnya lemah, tertunduk di depan wastafel.

Lila takut membayangkan kemungkinan paling buruk yang bisa terjadi pada ayahnya. Padahal, kondisi ayahnya sejak terkena serangan jantung usai malam itu masih bisa dikatakan belum pulih seutuhnya.

Namun, mengingat akan kemampuannya yang telah dididik oleh ayahnya sedari kecil, Lila meneguhkan hatinya kembali.

Dia mengingat perkataannya pada sang ayah jika aset bisa dicari lagi.

‘Baiklah.’ Lila kembali menegakkan tubuhnya, menatap pantulan dirinya di kaca dengan tekad barunya. ‘Tidak ada waktu untuk menjadi lemah, Lila.’

Setelah merasa dirinya lebih baik, Lila keluar dari toilet menuju parkiran mobil.

Ketika masih di koridor pengadilan, tiba-tiba dia mendengar suara seorang wanita. "Bagaimana, Sayang? Ideku berhasil, kan?" 

‘Suara ini ….’ Lila menghentikan langkahnya kala mendengar suara yang tidak asing itu.

Tidak lama, menyusul kemudian suara tawa menggelegar seorang pria yang Lila pasti ingat sebab pria itulah yang menghancurkan hidupnya, Erik.

"Ya. Kamu memang pintar, Sayang.” Terdengar bunyi kecupan setelahnya, sebelum pria itu melanjutkan, “Wanita itu memang bodoh, dia benar-benar percaya aku mencintai dia yang tidak menarik itu.”

Di tempatnya berdiri, Lila mengepalkan tangan mendengar percakapan Erik dan wanita bernama Sandra yang merupakan sahabatnya. 

‘Berengsek kalian!’ Dalam hati Lila memaki.

"Nah, urusan dengan wanita jelek itu sudah selesai. Kamu juga sudah dapat semua hartanya, jadi … kapan dong, kamu akan menikahiku?" tanya sang wanita dengan nada manja yang dibuat-buat.

"Sandra, sabar. Jangan tergesa-gesa.” Suara Erik terdengar lembut, sesuatu yang dulu juga diterima Lila manakala pria itu masih bersandiwara. “Beri sedikit jeda, supaya semua terlihat natural.”

Tidak tahan lagi bersembunyi karena hatinya yang sangat panas … Lila pun memutuskan untuk muncul di hadapan mereka.

Dengan cengkeraman tangan di tasnya yang kuat, serta tatapannya yang dingin menusuk, Lila berujar, "Jadi karena ini kamu menceraikanku? Dasar berengsek!" 

Baik Erik maupun Sandra sontak terkejut. 

Keduanya kehilangan kata-kata, tetapi Sandra masih sempat bersembunyi di balik tubuh Erik seolah meminta perlindungan.

"Sekarang aku mengerti, kamu memang sudah mengatur semuanya.” Lila tersenyum tipis, membuat auranya bertambah dingin. “Kamu menjebakku dalam pernikahan. Kamu juga memfitnahku tidak perawan, demi merebut seluruh aset keluargaku.” 

Pandangan Lila yang semula terfokus hanya pada Erik, kini berganti ke arah Sandra. Seringai tipis juga tatapan menjijikkan kini terlontar dari mata wanita itu.

Satu tangan Lila kemudian merogoh tasnya. Dia mengeluarkan ponsel setelah mengaktifkan kamera dengan format video.

“Apa yang kamu lakukan? Kamu mencoba merekam kami?” 

Erik mulai panik sebab kamera milik Lila menyoroti figurnya dan Sandra yang berada di balik bahunya.

“Semua orang harus tahu betapa liciknya kalian, Mas!” ucap Lila tegas. “Lihatlah, suami satu malamku ternyata sudah merencanakan perceraian, dan bahkan dibantu oleh gundiknya yang–”

Prak!

Ponsel Lila jatuh dengan kencang saat tanpa diduga Sandra menerobos dan menepis kasar sorotan kamera tersebut. Terlihat, layar yang semula menyala itu kini mati, dengan retakan yang cukup parah di atasnya.

“Dasar wanita udik! Kamu tidak akan bisa mengambil apa yang sudah kami terima!” teriak Sandra. Sejurus kemudian, dia menarik tangan Erik dan menariknya pergi. “Ayo, Sayang.”

Lagi, Lila yang ditinggal sendiri kini menatap marah kepada dua sejoli itu.

'Aku akan mengumpulkan bukti kebohongan kalian, dan bersumpah akan merebut semua yang kupunya!’ tegas Lila dengan kobaran api kebencian di kedua matanya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status