Keadaan yang menjepit membuat Jovanka menjadi ibu pengganti untuk bayi orang lain. Awalnya semua berjalan biasa saja, sampai Cataline merasa cemburu sebab Rich sangat perhatian pada kehamilan Jovanka. Cataline membenci Jovanka dan menyuruhnya pergi dengan bayi di dalam perutnya. Bayi di perut Jovanka adalah miliknya dan mewarisi darah keluarga Cullen, sehingga Rich tak tega melepaskan Jovanka pergi. Dia menyembunyikan gadis itu di sebuah tempat dan mengurusnya. Siapa sangka, Cataline dinyatakan hamil yang membuat bayi di perut Jovanka semakin terancam. Rich harus menikahi Jovanka demi mengamankan status anak itu. Tak pernah Jova bayangkan bahwa dirinya menjadi istri kedua yang dirahasiakan. Akankah ada benih cinta di antara Jovanka dan Rich, atau pernikahan ini hanya sebatas status anaknya saja? Bagaimana jadinya saat anak itu lahir, apakah Rich akan meninggalkan Jovanka setelah mengambil anaknya? Lantas, bagaimana reaksi Cataline saat mengetahui suaminya diam-diam menikahi gadis penyewa rahim itu?
View More"Kate... apa yang kau bicarakan?" "Bayi itu tak boleh lahir, Rich. Kita harus menggugurkannya, apa kurang jelas ucapanku?"Cataline akan pergi mencari Jovanka, tapi Rich menghentikannya."Tidak, Kate, kita tak bisa melakukannya." Wajah Cataline pun merah padam dan dia membentak Rich dengan marah."Kau ingin memiliki anak dari gadis itu? Rich, bagaimana bisa kau tidak memikirkan perasaanku?"Kenapa Cataline menjadi marah padanya? Dokter di depan mereka lah yang melakukan kesalahan, seharusnya Cataline membentak dokter yang tak tahu malu itu.Oke, dia cukup paham perasaan Cataline, tapi di sini juga ada perasan Rich yang seharusnya Cataline jaga."Aku tidak mau, Rich. Aku tidak rela gadis itu membesarkan anakmu. Mari kita gugurkan kandungannya agar tak ada pengganggu yang mengusik hidup kita!"Semakin dia mendengarkan perkataan Cataline, semakin Rich marah pada dokter yang membuat masalah ini menjadi berantakan."Aku akan membuat kau menanggung akibat perbuatanmu. Meski kau pergi ke
"Rich, kau...""Apa yang kau lakukan di sini, Kate?" Rich memotong perkataan istrinya. Terlalu lama, Cataline masih mematung dengan mulut yang tak juga sampai kata-katanya. Dia tidak sabar ingin tahu kenapa istrinya itu ada di ruangan dokter."Bukankah tadi kau berkata di rumah keluargamu? Kenapa kau ada di sini?" sambung Rich tak sabar."Honey, aku..." Masih terlihat gugup, Cataline menghampiri suaminya. "Sebenarnya aku-" Dia sangat bingung mencari alasan, sampai harus memutar otak. "Rich, sebenarnya aku tidak pergi ke rumah orang tuaku. Aku tengah melakukan program agar bisa segera mengandung, seperti yang kukatakan malam itu."Lolos. Kate akhirnya bisa memberikan alasan pada suaminya. Dia pasang wajah menyedihkan itu untuk mencari simpatik dan rasa iba dari Rich."Aku tahu kau masih tak bisa melupakan janin kita, jadi aku ingin segera mengandung. Aku tidak ingin membuat kau sedih, jadi aku merencanakan ini sendiri. Tadi malam... aku menginap di sini, benar kan, Dokter?" ucapnya, m
"Halo, Kate, kau sudah tiba di rumah keluargamu?" Setelah mempertimbangkan banyak hal, Rich akhirnya mengangkat panggilan itu. Dia akan mencari alasan jika pun Cataline sudah mengetahui Jovanka memeriksakan kehamilan di sana. Toh, Rich bisa berpura tidak tahu dan membuat alasan lainnya. Tapi jika dia sampai mengabaikan telepon, Cataline pasti mengomel dengan berbagai pertanyaan penuh tuduhan."Hai, Honey," jawab Cataline di ujung telepon, tampaknya dia sangat senang. "Ya, aku sudah tiba sejak subuh tadi, tapi maaf baru bisa menghubungimu. Aku sangat lelah, aku tidur sangat lama di samping ibuku."Syukurlah, tampaknya Cataline tidak tahu apa-apa tentang Jovanka, jadi Rich sedikit lega. Dia berlari menuju ruangan dokter di mana mereka merencanakan bayi tabung saat itu."Rich, kau sedang di mana? Aku mendengar kau seperti terburu-buru.""Oh, ya, begitulah." Rich gugup sejenak, tahu saja istrinya kalau dia tengah berlari. "Sebenarnya aku akan makan siang dengan klien, aku sudah terlambat
"Angkat wajahmu, Jovanka!"Dia memberi semangat pada dirinya, saat memasuki halaman kampus yang luas. Jovanka sudah berjanji akan mengubah dirinya yang menyedihkan. Dia membalas tatapan orang-orang padanya, tak akan bida biarkan terus menunduk saat bertemu dengan orang lain. "Pagi, Nona Spencer!" seru Jovanka tidak terlalu keras, raut wajah dan senyumnya cukup untuk menunjukkan bahwa Jovanka bersemangat.Sarah Spencer tidak menjawab sapaan sahabatnya. Dia justru dibuat bingung oleh Jovanka yang sangat berbeda hari ini.Jika biasanya dia datang ke kampus dengan lemas dan duduk tak berekspresi, hari ini bibir Jovanka tersenyum manis. Meski tidak begitu lebar, sungguh itu sangat manis sampai Sarah berpikir itu bukan Jovanka. "Hari apa ini? Apakah hari ulang tahunmu?" tanya Sarah, tapi kemudian dia ingat Jovanka bukan orang yang peduli dengan hari ulang tahun."Tidak. Kenapa? Kau ingin memberiku kado?"Oke! Anggap lah mungkin dia tengah berbahagia. Tapi apa yang dia katakan tadi? Kado?
Rich tidak kembali ke rumah malam itu. Mengingat keadaan Jovanka yang tidak stabil membuatnya tetap diam di villa untuk mengawasi sesuatu yang buruk mungkin terjadi. Toh, Cataline pergi mengunjungi keluarganya, jadi tak akan ada masalah jika pun dia tak pulang ke rumah.Ketika pagi datang, Rich sudah rapi dengan pakaian kantor. Malam tadi dia menyuruh beberapa helai diantarkan ke villa, karena tak sempat pergi berganti. Dia duduk di meja makan dengan menu sarapan yang sudah disiapkan, tapi Rich belum menyentuhnya sama sekali."Dia belum bangun?" tanya Rich, saat pelayan yang pergi mengecek Jovanka sudah datang lagi."Sudah, Tuan, tapi tampaknya Nona Jovanka belum mau turun. Dia berkata akan sarapan setelah Anda pergi.""Kenapa?" Alis Rich mengerut. "Dia tak mau melihatku di sini?" tanyanya kemudian."Maaf, Tuan, Nona Jovanka tidak mengatakan yang lainnya."Menggerdik bahu, Rich mulai menikmati sarapannya. Dia tak ingin berdebat dan memaksa Jovanka, sehingga gadis itu menjadi tak nya
Dia masih tetap dalam diamnya, meski Rich berkali-kali memanggil namanya, Jovanka belum juga membuka mata. Rich yang sudah sangat khawatir pun tak bisa membiarkan Jovanka seperti ini di villa. Gadis itu butuh pertolongan."Siapkan pakaiannya, cepat! Dia harus dibawa ke rumah sakit," perintahnya pada pelayan. Rich sangat kalut dan berdiri, bersiap akan keluar. Dia tak mungkin menyaksikan mereka mengganti pakaiannya dengan yanng baru."Aku tidak mati, Tuan Cullen, aku tak butuh dokter. Tinggalkan saja aku, aku ingin sendiri."Tiba-tiba gadis itu berbicara membuat Rich terhenti di dekat pintu. Dia berbalik, melihat Jovanka yang masih setia dengan mata tertutup. Tapi bukankah baru saja dia berbicara?Telinganya tidak salah kan? Gadis iru baru saja berbicara dan memanggilnya dengan sebutan 'Tuan'. Rich tidak mungkin mengigau saat dirinya sadar seratus persen. Tapi, kenapa mata Jovanka masih tertutup rapat?"Jovanka, apa kau berbicara barusan?" tanya Rich, dia pandangi wajah gadis itu se
Jawaban yang sangat di luar dugaan. Gadis keras kepala yang selama ini hanya diam dimarahi, atau terkadang malah mengomel dengan bibirnya yang mencibir, malam ini sangat jauh berbeda. Rich sampai terdiam mendengar jawaban yang menakutkan keluar dari mulut gadis itu."Bunuh aku, Tuan, aku lelah dengan hidup ini." Wajah itu terlihat tak bergairah dan tanpa ekspresi. Jovanka mengatakannya seperti kalimat itu tidak keluar dari dirinya. Dia benar-benar berbeda dari yang selama ini Rich kenal.Ada apa? Kenapa dengan gadis kampung yang biasa selalu membangkang padanya, tapi sekarang justru sangat berbeda? Mata Jovanka yang sembab pun menunjukkan dia sudah lelah menangis, kaki dan tangannya berdarah dan luka di mana-mana, dia terlihat mengerikan seperti baru saja mengalami penganiayaan. Ada apa sebenarnya?"Jovanka, apa yang terjadi?" tanya Rich akhirnya, suara pria itu tidak membentak seperti tadi.Jovanka masih setia dengan tatapan kosongnya tanpa menunjukkan reaksi. Hanya bibirnya lah yan
Rich keluar dengan sehelai handuk yang melingkar di pinggangnya. Dia baru saja selesai berendam, setelah lelah bekerja seharian di kantor. Ketika dia keluar dari kamar mandi, Cataline langsung menyambutnya dengan pelukan hangat. Istrinya itu bersigayut di leher Rich, berlaku sangat manja."Ada apa kali ini? Kau pasti menginginkan sesuatu?" tanya Rich, menduga.Cataline tersenyum memainkan leher suaminya. "Kau sangat tahu apa yang aku inginkan. Kau benar-benar mencintaiku!" serunya bangga.Pernikahan mereka sudah berjalan sekian tahun, Rich selalu berlaku lembut pada istrinya. Meski terkadang jenuh oleh sikap Cataline yang cemburuan dan suka menuduh, Rich selalu mengingat kembali masa-masa awal mereka bertemu.Kala itu, Cataline sangat cantik di matanya. Rich selalu ingat betapa lembutnya Cataline dalam berbicara, juga sambutan hangat dari keluarga gadis itu. Karena hal itu lah, Rich selalu berusaha membuat pernikahan ini agar tidak menjenuhkan."Aku mengenalmu sangat lama, bagaimana b
Dikutuk dan dihina oleh Adriana dan Queena masih bisa Jovanka tahankan. Meski hatinya kesal, dia mengabaikan dan menganggap perkataan mereka hanya sebuah angin lalu. Dia tak pernah peduli dengan tatapan kebencian sang ayah dan kedua kakak laki-lakinya, menganggap suatu saat mereka pasti menerimanya.Kehilangan orang tercinta tentu sangat melukai perasaan ayah dan kedua kakaknya, itulah yang selama ini Jovanka tanamkan di dasar hati. Dia paham mereka membencinya dan belum bisa menerima kedatangan Jovanka yang membawa luka dalam. Dia selalu berpikir suatu saat semuanya akan membaik, saat ayah dan kedua kakaknya sadar. Tapi ternyata, harapan hanya tinggal harapan yang tak akan pernah menjadi kenyataan. Baru saja, Ferry Hernandez sudah mengeluarkan racun mengerikan itu dan membuat Jovanka semakin terlempar jauh."Ayah..." panggilnya lemah. Mata yang berkaca-kaca mulai menangis oleh desakan sakit di dalam dada. "Aku putrimu, Ayah. Aku bukan monster, tolong tarik kata-kata ayah.""Diam dan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.