Pengalaman cinta terpahit adalah jatuh cinta pada seseorang yang menyimpan cinta untuk orang lain di hatinya. Anna Karenina mencoba peruntungannya dengan menikahi Alex Tjandra, walaupun dia tahu secuil pun tak pernah ada perasaan di hati sahabatnya itu untuknya. berharap kejaiban datang dan pada suatu saat nanti suaminya akan mencintai dan memperhatikannya. Sayangnya, kebencian, kesedihan, dan pengkhianatan lah yang menghiasi hari-hari pernikahannya. Dapatkah akhirnya hati beku Alex melembut dan mencintai istrinya? ataukah semuanya malah berubah menjadi mimpi buruk yang tiada ujung???
View MoreALEX'S POINT OF VIEW“Sudahlah… kamu pergi aja sana fitting baju sama calon istrimu itu! Aku bisa sabar kok, walaupun kalian memperlakukan aku seperti ini!"cetus Erna kesal sambil membuang mukanya dariku. Hatiku nggak enak melihat itu. Wanita itu berhak marah. Mana ada wanita yang mau kekasihnya menikah dengan wanita lain. Terlebih lagi, jika wanita yang dinikahi kekasihnya itu adalah wanita yang sama yang pernah membuatnya menderita.Aku juga nggak habis pikir. Bagaimana bisa, Anna yang aku kenal baik, ternyata adalah wanita yang begitu licik dan keji. Lihat saja caranya dia, waktu datang ke kantorku waktu itu. Padahal maksud kedatangannya adalah memintaku supaya membujuk papa mamanya perihal pernikahan kami. Tapi wanita itu benar-benar tak tahu malu. Dia malah mempergunakan ancaman papa yang akan mengeluarkanku dari keturunan keluarga Tjandra kalau aku nggak menikahi Anna.Licik, pikirku kesal. Untunglah… aku tak sebodoh yang dia kira. Kalau dia ing
Seperti kebiasaannya yang sudah-sudah, Alex datang lima belas menit lebih telat dari janji awalnya di telpon. Padahal, dia jelas-jelas tahu kalau orang tuaku paling benci orang yang suka datang terlambat.Untung saja, hari ini orang tuaku agak sibuk mengurusi soal televisi mereka yang tiba-tiba saja layarnya mati dan tak mengeluarkan gambar. Papa sok ahli dengan membuka bagian belakang telivisi, tapi akhirnya juga menyerah karena televisi itu tetap rusak, walaupun diotak-atik sedari tadi. Alhasil, mama mengomel beberapa menit karenanya. Soalnya, dari awal memang mama sudah menyarankan papa supaya memanggil tukang servis saja. Tapi ya... namanya juga papa, dia ingin menunjukkan keahliannya memperbaiki sesuatu.Pintu diketuk dari luar ditengah-tengah omelan mama. Sudah pasti Alex, pikirku, maka akupun membuka pintu segera.Seikat bunga mawar disodorkannya, saat aku membuka pintu. Meskipun aku tahu ini hanyalah bagian dari kepura-puraan Alex, tapi hatiku masi
Karna emosi, aku tak sadar akan siapa saja di sekelilingku. Mama dan papaku sedang bersantai dan menonton televisi di ruang keluarga, tapi aku yang baru datang dari luar setelah bertengkar dengan Alex tadi, tak sengaja melampiaskan emosiku dengan membanting pintu rumahku keras.Kontan saja, papa langsung keluar untuk melihat siapa yang membanting pintu sekeras itu. "Ya ampun, kamu itu, An?! Nutup pintu kok pakai dibanting, kita sampai kaget tadi di dalam," tegur papaku dengan tatapan papaku yang khas. Rasanya seperti baru kena marah dosen killer."Oh... nggak sengaja, pa. Tadi mungkin karena terburu-buru." Masih dengan tatapan mata yang serius itu, papa berbalik hendak kembali menonton televisi bersama mama.Tapi kemudian aku berpikir kalau lebih baik aku memberitahukan mereka tentang pernikahanku, sebelum mereka mendengarnya dari ortunya Alex dan ujung-ujungnya malah aku nantinya yang kena marah."Pa, jangan masuk dulu. Tolong
Sesampainya di rumah, aku langsung mengambil novel dan membacanya berjam-jam, berharap bisa membuat hatiku jauh lebih tenang. Sayangnya, aku justru tak bisa konsentrasi. Mungkin lebih baik aku tidur, pikirku. Aku mengembalikan novel tadi ke raknya dan bersiap-siap tidur. Namun, saat aku hendak memejamkan mataku, tiba-tiba ponselku berdering. Alex yang menelpon rupanya. Apa dia menelpon karna Erna sudah mengatakan semuanya, ya? “Kenapa, lex?” Aku menjawab panggilan itu dengan penasaran. “Aku di depan rumahmu. Kamu keluar dulu sebentar, aku mau bicara!” Suara pria itu di telpon terdengar dingin. Aku sebenarnya agak takut menemuinya. Kalau-kalau dia datang bukannya membawa berita baik, tapi malah sengaja untuk memaki-makiku saja. Tapi… namanya juga cinta, aku mengenyampingkan ketakutanku, mengambil jaketku dan berlari keluar. Sesampainya di luar, aku melihat Alex duduk termenung di kursi mobilnya. Bahkan saat aku masuk ke dalam mobilnya, di
Seluruh keluarga Alex serta merta berteriak kegirangan dan berebut memelukku. Mama dan papa Alex pun terlihat luar biasa lega dan bahagia. Namun tatapanku tidak lepas dari Alex. Dia terlihat seperti orang yang baru saja ditampar. Dia pasti membenciku. Tapi aku tidak bisa mundur lagi. Keputusan sudah aku buat dan aku sudah siap dengan konsekuensinya. “Tunggu… tunggu… semua tolong diam dulu! An, aku nggak ngerti? Tolong jelaskan… kamu bilang tadi di depan kalau kamu pasti menolak rencana pernikahan kita. Tapi apa ini! Kok tiba-tiba keputusannya berubah?!” Alex mendekatiku dan memandang wajahku seakan-akan ingin mengetahui isi hatiku lewat ekspresi yang dilihatnya. Aku tak tahan dilihat seperti itu dan segera membuang mukaku serta menjauh darinya. “Karna tadi di depan aku belum sadar betapa tololnya kamu ini. Dan jangan takut… aku melakukan ini dengan sadar dan tanpa paksaan.” Aku memaksakan senyumku ke arahnya untuk memperlihatkan betapa percaya dirinya a
Aku terbangun dengan perasaan yang buruk. Semalaman aku bermimpi buruk dikejar-kejar pria bertubuh tinggi besar, bagaikan raksasa, yang ingin menangkapku dan menjadikanku santapan mereka. Dalam mimpi itu aku berusaha lari dengan sekuat tenaga untuk kabur, tapi kakiku seakan berat dan susah dibuat berlari. Sementara raksasa-raksasa yang mengejarku itu semakin dekat... dekat dan hampir menerkamku.Untungnya, seketika itulah aku terbangun. Bajuku sampai basah oleh keringat saking menakutkan dan melelalahkannya mimpiku tadi. Ketara sekali mimpi muncul di tidurku itu akibat dari kejadian di bar Erna kemarin. Kalau mengingat kejadian itu, kemarahanku jadi terpancing keluar. Baru sekali ini aku temui orang yang begitu liciknya hingga tega menjual temannya sendiri. Taruhlah kehidupannya, setelah perusahaannya papanya bangkrut, jadi miskin dan menderita sehingga harus memilih kehidupan menjadi wanita penghibur. Tapi haruskah dia dengan jahatnya menyeret temannya juga ke dalam k
Mama? Dikira dia ibunya kali! Ibu kok ngejual anaknya! Lima menit kemudian, Erna muncul. Dia memandang wanita di depanku dan setelah itu terkejut saat mendapatiku juga di sana. "Ya ampun... beneran datang to kamu! Gila ya... uda dibilangin... masih nggak mau dengerin!" "Lha iya... temanmu ini bilang katanya mau ngeluarin kamu dari sini! Ide dari mana ini? Kamu yang nyuruh ta?!" tanya si wanita tadi sambil menunjuk-nunjuk ke arahku. Wajah Erna memucat. Dia menjawab dengan suara yang bergetar, "Enggak, ma. Anak ini yang kurang kerjaan sendiri. Nggak tau juga kenapa dia tiba-tiba jadi begini!" "Sadar napa sih, Er. Kamu ditipu sama perempuan ini! Gimana kalau nanti kamu terkena penyakit menular di sini. Emang dia mau tanggung jawab! Mau tanggung jawab pun percuma menurutku kalau kamu sudah digerogoti penyakit kayak gitu. Makanya sebelum terlambat, kau harus mau aku ajak keluar dari tempat terkutuk ini!" Aku mengibaskan tanganku
Erna keluar dengan kostum yang bisa membuat mata dan mulut pria menganga melihatnya. Dari atas kepala sampai kakinya, semua serba merah dan berkelip-kelip.Baju atasan dengan belahan atas yang rendah, hingga memperlihatkan dua tonjolan di bagian atas tubuhnya, dipakainya dengan percaya diri, tanpa perlu menutupnya dengan jaket atau kain tambahan. Roknya pun tampak cetar dan menarik perhatian. Rok terkutuk itu panjangnya hanya beberapa senti saja dari pinggulnya sehingga ketika dia membungkuk sedikit saja, kita bisa melihat dalaman yang dipakainya.Namun yang membuatnya terlihat makin aneh adalah rambut palsu pirangnya dan make up wanita itu yang tebal dan serba berwarna-warni. Ada banyak yang membuatku muak dari penampilan Erna kali ini. Padahal aku bukan tipe orang yang suka menghakimi seseorang dari pakaiannya. Mau dia pakai rok mini atau tak berbusana sekalipun, bukanlah urusanku. Tapi ini temanku sendiri dan aku tahu tujuan sahabatku itu kenapa berpakaian
Setelah kejadian di rumah Alex, hari-hariku benar-benar diliputi kegelisahan. Antara mempercayai Erna atau perkataan mamanya Alex. Di hari yang ke lima, penasaran dan kegelisahanku semakin memuncak. Dengan tak sabaran, Aku langsung membuka amplop coklat itu dan membaca alamat Erna yang tertera di dalamnya. Sambil dengan kondisi hati yang tak karuan, aku menyetir sepeda motorku ke alamat tempat kos Erna. Setelah kurang lebih sejam mencari, akhirnya sampailah aku ke tempat yang kutuju. Tempat kos Erna tampak kecil dan kumuh. Benar-benar jauh beda dengan rumah mewah yang ditinggalinya dulu.Sebenarnya, aku sedikit ragu-ragu untuk mengetuk pintu kamar kos itu. Aku takut kalau ternyata tuduhan mama Alex itu salah. Tapi karna sudah terlanjur datang, tanganku pun bergerak dan mengetuk pintu tersebut berkali-kali sambil memanggil nama Erna. Lama sampai akhirnya pintu terbuka dan wajah Erna muncul dari balik pintu. Dengan kikuk, aku pun tersenyum dan menyapanya.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.