Share

4. Kau Mengincarku?

Pria itu Rich Damian Cullen, pria 39 tahun yang kemarin menuduh Jovanka mengutuknya di toko kue, pria yang juga sedang tertekan oleh keinginan istrinya. Alisnya sampai mengerut, tak menyangka mereka akan memakai jasa gadis penjual kue itu.

"Tak ada yang lain?" Rich refleks mengatakannya sebab tak suka melihat Jovanka di pertemuan pertama mereka. 

"Maaf, Tuan Cullen, saat ini kami hanya memiliki dua gadis yang belum berpengalaman. Yang lain sudah pernah melakukannya bahkan ada yang sudah lima kali," sahut ketua yayasan penyalur jasa.

"Kalau begitu kita pakai yang pertama."

"Kenapa, Rich? Dia terlihat bagus. Gadis yang tadi aku tidak suka, dia terlalu banyak bicara." Cataline menyela ucapan suaminya.

"Kalau begitu, kita tunggu gadis lainnya." Rich menolak lagi dan berkata pada ketua yayasan. "Hubungi kami saat ada gadis lainnya yang memenuhi syarat. 

Sangat angkuh. Entah apa masalahnya sampai menolak Jovanka seperti itu, seakan Jova adalah gadis yang tak benar. Hanya karena kesalahpahaman kemarin?

"Baik, Tuan. Tapi kami tidak bisa berjanji itu cepat, karena untuk mencari gadis yang belum berpengalaman, itu tidak mudah."

"Aku mau dia!" Cataline berkata tegas. "Rich, aku tak mau menunggu lebih lama. Jika kau ingin kita memiliki anak, aku mau itu segera!"

"Tapi, Cataline...."

"Kenapa? Kau tidak menyukai gadis ini karena sesuatu Rich? Aku jadi curiga mungkin kalian pernah memiliki hubungan?" cecar Cataline penuh selidik.

Cataline selain keras kepala, dia juga orang yang penuh rasa curiga. Rich sering dipaksa mengakui sesuatu yang tak pernah dia lakukan dan menuduh suaminya berselingkuh dengan gadis mana pun. Jika Rich berkata mereka pernah berselisih paham di toko kue, Cataline akan terus menuduh dan membuat masalah dengannya. 

"Aku tak mengenalnya, Cataline... ini pertama aku melihatnya."

"Kalau begitu, kita pakai dia." Cataline sudah menegaskan dan Rich harus mengalah. Cataline menadatangani beberapa lembar formulir yang sudah disiapkan pihak yayasan dan menyerahkannya pada Rich. Pria itu melirik Jovanka tidak senang sebelum turut membubuhkan tanda tangannya.

"Kirimkan test kesehatannya dan pengacara kami akan menghubungi Anda untuk urusan hukum, terima kasih." Rich menyerahkan lembaran kertas itu pada ketua yayasan.

Jovanka masih mematung di tempatnya berdiri. Benarkah dia baru saja mendapatkan klien? Terlalu singkat sehingga dia tidak bisa percaya bahwa dirinya akan menjadi seorang ibu pengganti.

"Selamat, Nona Jovanka, kau mendapatkan job ini." Ketua yayasan mengulurkan tangannya memberi selamat, menyadarkan Jovanka yang sejak tadi mematung.

"Oh, i-iya." Jova bingung apakah ini suatu yang pantas untuk dirayakan. Kenapa ada kata selamat? 

"Siapkan dirimu, jaga kesehatan dan tetaplah berpikir positif, jangan membuat tubuhmu tidak sehat. Ingat, kau harus melakukan beberapa test lagi agar benar-benar bisa mengandung anak mereka. Aku akan menghubungimu segera."

Dia akan mengandung anak dari pasangan suami istri itu. Jika fisik Jovanka kuat dan tes kesehatannya dinyatakan lolos, dia tak bisa mundur lagi! Apakah ini sudah benar? Bagaimana jika keluarga mendengarnya? Apakah dia akan kuat mendapat cecaran juga hinaan dari semua anggota keluarga? Jovanka tidak percaya dirinya sudah melangkah sejauh ini.

Malam sudah larut setelah pertemua dengan  klien. Ketua yayasan dan asistennya sudah pergi, sementara Jovanka masih berdiri di depan restoran mewah tempat pertemuan tadi. Dia bingung akan ke mana, tak ada tujuan sama sekali. Malam ini ulang tahun Queena dan dia sudah diingatkan untuk tidak pulang ke rumah. Jovanka bahkan tak memiliki teman untuk menumpang barang satu malam. 

Dia menghitung beberapa lembar di dalam dompet, mungkin cukup menyewa hotel murahan untuk tidur. Tapi jika dia melakukannya, Jovanka tidak memiliki uang lagi, dia harus menahan perutnya dan berjalan kaki ke kampus selama berhari-hari. Menghela napas panjang, Jovanka berpikir keras akan keputusannya.

"Mungkin aku bisa meminta gajiku lebih awal pada Nyonya Green," ucapnya menghibur. "Berapa harga hotel yang paling murah?" Sembari menduga-duga, Jovanka mulai beranjak dari tempatnya mencari hotel kecil. Dia belum pernah menyewa hotel sebelumnya, takut uangnya tak cukup jadi dia memilih tidak menghentikan taksi.

Astaga... bahkan cacingnya ikut berdemo di dalam sana sebab Jovanka belum sempat memakan sesuatu. Hanya ketua yayasan dan calon klien yang boleh menikmati hidangan  di resto. Sambil menahan perut yang kelaparan, Jovanka singgah membeli dua keping roti dan air mineral di mini market, setidaknya dia bisa bertahan sampai besok.

Jovanka duduk di teras mini market mengamati jalanan yang mulai sepi. Di rumahnya pastilah terhidang banyak makanan dan minuman enak disuguhkan untuk para tamu ulang tahun Queen, sementara Jovanka hanya mengunyah roti murahan yang sudah mengeras. Matanya berkaca-kaca menelan rotinya dengan dorongan air.

"Tidak apa-apa, kau sudah merasakannya sejak kecil." Jova mengalihkan pikirannya dari rumah. Kembali mengunyah rotinya, Jovanka bergumam, "Kenapa kau bersedih hanya kerena ini? Bahkan makanan basi pun sudah sering kau makan."

Dia terbatuk oleh rotinya dan hal itu membuat sesak. Jovanka memukul kecil dadanya agar roti itu bisa lolos tanpa bantuan air. Dia menghukum diri yang iri akan kebahagiaan Queen, sementara masih banyak rintangan berat yang harus dia lalui jika ingin terus hidup. 

Selesai dengan rotinya, Jova menyeka air mata dari sudut bibirnya. Menenggak seluruh air di dalam botol, dia pun berdiri untuk melanjutkan langkah.

"Kau sudah mengincarku?"

Suara seorang pria memaksa Jova memutar kepala ke kiri. Pria dengan setelan jas mahal berdiri di samping mobil mewah menatapnya tajam. 

'Bukankah dia Tuan Cullen?' Jova mengamati wajah itu di bawah cahaya lampu mini market.

"Berapa banyak yang kau lakukan untuk mencari tahu tentangku?" Pria itu sudah berdiri di depan Jovanka.

Tenggorokannya bergerak menelan ludah. 'Apa maksud pria ini?' Jova bingung. 

"Katakan apa tujuanmu selain uang!" bentaknya keras membuat Jovanka terkejut bukan main. "Kau dendam padaku dan berniat merusak rumah tanggaku? Memangnya, kau anggap siapa dirimu?"

Apa yang dia katakan? Bukankah tadi semua baik-baik saja? Meski Jova akui pria itu sempat menolaknya, tetap saja membingungkan melihat pria itu marah dan menuduhnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status