Share

8. Anak Untuk Rich.

"Silakan di sini, Tuan."

Rich menatap surat kontrak yang diberikan oleh pengacaranya, di sana sudah lebih dulu tertera tanda tangan Cataline. Pria itu menarik napas panjang, ada rasa ragu di hatinya.

"Honey?" panggil Cataline, menarik Rich dari pikirannya. 

Istrinya sangat bersemangat dengan calon bayi mereka, jadi dia tak ingin mengecewakannya. Dia segera menandatangani surat itu seperti yang diinginkan sang istri. Setelahnya, pengacara memberikan kepada Jovanka selaku pihak kedua.

Seperti tak memikirkan apa-apa gadis itu gergegas melakukannya sehingga surat kontrak kini berpindah pada kepala yayasan sebagai penanggung jawab. Surat kontrak itu pun disahkan oleh pengacara sesuai dengan hukum yang berlaku.

'Benarkah ini pengalaman pertamanya?' Rich bertanya di pikiran, tak percaya gadis itu sama sekali tidak terlihat canggung untuk hal yang sangat besar.

Setelah urusan hukumnya selesai, ketua yayasan dan Cataline berbincang-bincang membicarakan rencana esok hari. Katanya malam ini Jovanka akan diantarkan ke rumah sakit dan menginap di sana, untuk kelancaran penyuntikan embrio. Jovanka tak ikut bicara sebab dia tak paham apa-apa tentang semua itu, jadi dia hanya diam menunduk.

Sementara Rich mengamatinya penuh tanda tanya. Berapa malam yang lalu gadis itu terlihat sangat menyedihkan memakan dua keping roti saja, lalu menginap di hotel murahan seperti orang yang tak memiliki rumah. Apakah dia selalu memakan dua keping roti untuk bertahan hidup, tapi tidur di hotel setiap malam? Sebenarnya, orang seperti apa yang akan mengandung bayi mereka? 

"Jovanka, kau bersiap-siaplah. Kita akan berangkat ke Rumah Sakit bersama dengan klien." Pemilik yayasan itu memberi perintah.

"Baik, Nyonya." Jovanka mohon diri keluar dari kantor milik ketua yayasan, mengambil tas kecil berisi dua pasang pakaian yang dia bawa dari rumah.

Menutup pintu locker, Jovanka termenung sejenak. Ini akan menjadi awal hidupnya sebagai seorang penyewa rahim. Jovanka akan dalam pengawasan keluarga itu sampai dia berhasil mengandung dan melahirkan anak mereka. Jovanka juga memikirkan entah di mana dirinya akan tinggal saat perutnya membesar nanti dan bagaimana dia berkuliah dengan kondisi seperti itu. 

Bukan Jovanka sangat tenang seperti dugaan Rich yang melihat dari luar, hanya saja dia tak ingin terlihat tegang di depan semua orang. Banyak hal yang sangat mengganggu pikiran gadis itu.

"Sudahlah, Jovanka, jangan terlalu dipikirkan." Dia menghibur diri sebelum membawa tas kecilnya menemui ketua yayasan.

Dia harus mendapatkan uang, berkuliah dengan benar sampai bisa mewujudkan cita-citanya mengubah hidup yang menyedihkan. Toh, di luar sana pun banyak mahasiswa yang berkuliah dalam keadaan hamil, entah itu sudah menikah atau belum. Tentang keluarganya, Jovanka tidak ingin memikirkan mereka.

Banyak hal yang dikatakan ketua yayasan selama mereka dalam perjalanan ke Rumah Sakit, tentang gadis lainnya yang sudah lebih dulu melakukan pekerjaan ini. Katanya, banyak dari mereka yang beruntung mendapatkan bonus lebih dari klien ketika kontrak sudah berakhir. Ketua yayasan pun berharap Jovanka bisa bersikap baik dan tetap profesional selama berjalannya kontrak, dan meminta gadis itu untuk tidak banyak pikiran. Bayi yang Jovanka lahirkan harus sehat, sehingga kesehatan dirinya pun sangat dituntut. 

Begitu tiba di Rumah Sakit, Jovanka dibawa ke sebuah ruangan khusus untuknya beristirahat malam ini.

"Aku akan kembali esok pagi, jadi tinggal lah dulu. Kau harus fokus pada tujuanmu berada di sini, jangan pikirkan apa pun di luar itu. Ingat, kau mendapatkan 80% dari hasilnya, dengan uang itu kau bisa mengubah hidupmu ke depan nanti," pesan kepala yayasan sebelum meninggalkannya.

Sekarang tinggal Jovanka bersama dokter juga perawat di ruangan itu, mereka memberi penjelasan bagaimana penyuntikan embrio itu akan dilakukan.  Meski katanya itu tidak terlalu sakit, tetap saja Jovanka gugup membayangkan itu dipraktekkan secara langsung.

Di luar ruangan itu Rich mengintip dari kaca yang tidak tertutup sempurna, sementara Cataline berbincang dengan pemilik yayasan. Dia mengamati gadis itu   yang hanya mengangguk mendengarkan ucapan dokter.

"Rich, apa yang kau lihat?" Cataline menyadari suaminya tengah melihat ke dalam sana dan dia segera menegurnya.

"Tidak. Aku hanya penasaran, apakah itu akan dilakukan di tempat ini?" jawab Rich melupakan gadis itu.

"Tidak, ini hanya ruangan sementara untuk dia beristirahat, ruangannya ada di lantai atas."

"Oh, begitu." Rich merasa tatapan istrinya seperti menyelidiki, dia tak melihat Jovanka lagi sebab tak ingin masalah akan bertambah.

Dokter sudah siap dengan Jovanka dan langsung menemui mereka. "Semuanya sudah siap, kalian boleh menunggu di sini atau datang besok pagi, Tuan," ucap dokter itu menatap Rich dan Cataline bergantian.

"Kau masih ada pekerjaan, Rich?" Cataline menatap suaminya masih dengan pandangan curiga. "Aku akan di sini memastikan gadis itu baik-baik saja, kau boleh pulang jika masih ada pekerjaan."

"Kau yakin?" Rich mengerutkan keningnya, tak biasanya Cataline peduli dengan orang lain.

"Bagaimana pun dia akan mengandung  bayi kita, aku akan di sini memastikan dia benar-benar siap. Kau tahu, keberhasilannya juga bergantung pada kondisi gadis itu, jadi aku akan membuatnya tidak merasa sendirian. Semua ini demi kebaikan calon bayi kita." 

Kata-kata Cataline membuat Rich merasa tersentuh. Meski istrinya menolak mengandung sendiri bayi mereka, Cataline tetaplah seorang ibu yang juga menginginkan calon bayi mereka terlahir sehat.

"Baiklah, kalau begitu aku percayakan padamu." Rich mengecup kening istrinya sebelum kembali ke kantor sebab banyak pekerjaan yang tertinggal sejak mereka sibuk mengurus pembuatan bayi tabungnya.

Setelah Rich dan ketua yayasan pergi, Cataline menemui dokter di rungan khusus. Dia tidak menemani Jovanka seperti apa yang dia katakan pada Rich.

"Jadi, bagaimana itu, Dokter?" tanyanya langsung pada tujuan.

"Seperti yang terjadi tempo hari, embrio milik Anda dan Tuan Cullen tidak berkembang dengan baik, kami sangat menyesal. Tapi untuk milik gadis itu... itu berjalan sesuai yang diinginkan." Dokter menunjukkan gambar dan hasil tes embrio yang sudah disiapkan.

Wajah Cataline mengeras. Ini kali ketiga sel telurnya dan milik Rich diuji, tapi selalu mendapatkan hasil yang tidak memuaskan. Sedangkan ketika dilakukan pada milik gadis itu, hanya satu percobaan sudah membuahkan hasil yang sempurna. Itu berarti sel telurnya yang tidak terlalu baik untuk menghasilkan bayi dan dia menjadi kesal.

"Tapi jangan berkecil hati dulu, Nyonya, kami sudah membuatkan yang baru dan hasilnya akan terlihat besok pagi. Kita masih memiliki harapan," sambung sang dokter enggan, merasa gagal dengan pekerjaannya.

"Aku tak mau tahu, kami harus memiliki bayi. Meski milikku menunjukkan hasil yang sama, kalian harus tetap melakukannya."

"Maksud Anda... dengan milik gadis itu?" tanya  dokter tak yakin, takut membuatnya tersinggung. "Maaf jika lancang, tapi... apakah Anda akan nyaman dengan itu?"

Salah satu alasan Cataline mencari ibu pengganti karena dia tak pernah berhasil mengandung. Dia sudah berusaha berkali-kali, melakukan beberapa tindakan agar rahimnya segera diisi sebuah janin, tapi dia selalu gagal. Cataline tak ingin Rich mengetahui dirinya tidak bisa memberi keturunan, sebab itulah dia menggunakan wanita lain dan mengambil sel telur milik Jovanka saat melakukan tes kesehatan.

"Kenyamanan tidak lebih penting sekarang. Bagaimana pun caranya, aku harus memberi anak untuk suamiku!"

Keamanannya akan terancam jika tak bisa memberi Rich anak. Meski pria itu berkata sangat mencintainya, Rich tetaplah pria yang selalu mendambakan kehadiran bayi di dalam rumah tangga mereka. Cataline mengancam dokter itu untuk menutup mulutnya rapat-rapat, bahkan merahasiakan rencana ini dari Rich. Dia harus memberi bayi untuk Rich, tak peduli dengan cara apa pun!

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status