Pernikahan Kontrak Gadis Buntung

Pernikahan Kontrak Gadis Buntung

Oleh:  Lisa PLH  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
17Bab
376Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Melarikan diri dari one night stand dengan seseorang aki-aki tua, Melissa ketiban musibah memilukan. Sebuah mobil mewah milik seorang Ceo muda, menabrak tubuhnya. Akibat peristiwa itu, kedua belah kaki Melissa diamputasi. Mengharuskannya berjalan dengan menggunakan alat bantu. Si penabrak tidak tinggal diam. Nadir Lifali Harun, membawa Melissa ke rumahnya dan menjadikannya istri sebagai bentuk tanggung jawabnya. Akan tetapi, keadaan Melissa yang cacat, tidak mendapatkan perhatian khusus dari ibu mertua dan adik bungsu Nadir. Namun masih ada orang yang baik kepadanya di rumah besar itu. Erik Lifali Harun, anak kedua setelah Nadir. Dia menerima Melissa dengan baik di rumah. Bahkan sekian lama bersama, Erik mencintai Melissa secara diam-diam. Apakah Melissa akan kuat tinggal satu atap dengan mertuanya yang tidak menerima?

Lihat lebih banyak
Pernikahan Kontrak Gadis Buntung Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
17 Bab
Dijual Paman
"Aku mohon! Tolong jangan lakukan itu!" ucap seorang gadis dengan kedua belah telapak tangan yang menyatu di depan dada. Air matanya berjatuhan, membasahi wajah cantiknya yang berhias make up tebal.Namanya Melissa Adinanda. Malam ini, ia harus berhadapan dengan seorang pria hidung belang. Pamannya kalah bermain judi dan menjadikan Melissa sebagai bayaran atas hutangnya. "Gadis manis, kamu tidak usah sok polos segala! Apa tujuanmu berada di sini kalau bukan untuk melayaniku?" Melissa hanya bisa menekuk kedua lututnya di pojok ruangan mewah di salah satu kamar hotel bintang lima. Sementara di depannya, pria dengan umur lima puluh tahunan terus berjalan dengan tatapan penuh nafsu. Pandangan pria itu belum juga lepas dari tubuh seksi Melissa yang hanya tertutup kain minim bahan. Belahan dada Melissa sungguh sangat terlihat. "Aku juga sudah membayarmu dengan harga yang tinggi. Masa aku tidak bisa menyentuhmu?" ujar pria itu. Jari jemari keriputnya kemudian menangkup lengan kecil Melis
Baca selengkapnya
Melissa Sadarkan Diri
Tubuh Melissa dibanting hingga mental di atas kasur empuk berukuran jumbo. Tidak berselang lama, pria itu menindih tubuhnya. Kedua kaki dan tangan Melissa terkunci. Ia sulit untuk bergerak. Meski tua, tenaga pria itu tidak bisa disepelekan. Yang bisa Melissa lakukan hanya menangis. "Pak, aku ini masih muda, tidak layak menjadi penghangatmu. Aku juga masih perawan, belum pernah disentuh sama sekali. Masa Bapak tega mau menyetubuhi aku yang berusia lebih muda dari anak Bapak sendiri?!" bujuk Melissa. Tidak mungkin pria berumur lima puluh tahunan seperti dia belum mempunyai istri dan anak. Melissa yakin anaknya pasti seumuran dirinya atau mungkin lebih tua darinya.Bukannya melepaskan, pria itu malah tertawa nyaring. "Malahan yang masih suci itu yang segar! Kan belum pernah disetubuhi!" ujarnya. Hasratnya malah semakin memuncak saat tahu Melissa masih suci.Tiba-tiba, Melissa mendapat ide untuk melepaskan diri. "Pak, aku akan melayanimu malam ini. Tapi tolonglah lepaskan tanganmu di leng
Baca selengkapnya
Hidup Dengan Kecacatan
Melihat gadis itu telah sadarkan diri di rekaman CCTV dalam ruangan, dokter yang ditugaskan mengurusnya, segera mendatanginya."Nona, bagaimana keadaanmu?" tanya dokter sesaat setelah tiba di ruang rawat.Gadis itu menoleh, seorang pria mengenakan seragam dinas dokter dengan stetoskop bergantung di lehernya, berada di sampingnya dengan wajah cemas."Masih rada sakit," jawabnya."Namamu siapa?""Melissa," jawabnya singkat.Tatkala mengingat apa yang sebelumnya terjadi, kepalanya terasa sangat sakit sekali. Melissa menurutnya untuk meringankan rasa sakit."Arghhh?!" desah Melissa."Tenanglah! Jangan memikirkan kejadian itu. Keadaanmu akan lebih buruk lagi," perintah dokter mengusap bahu Melissa."Aku harus pergi. Paman akan menemukanku. Aku nggak boleh tertangkap. Dia jahat, sangat jahat!" teriak Melissa seraya bangun dari berbaring.Sementara sang dokter menahan gerakannya. "Kamu harus tetap di sini! Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kamu sembuh," cegahnya menekan dada Melissa a
Baca selengkapnya
Menikahimu
Setelah mendapatkan suntikan, tubuh gadis itu melemah. Suara gaduh yang dia ciptakan, hening seketika. Perlahan matanya terpejam, pengaruh dari obat bius."Maafkan aku!" ucap dokter mengusap kepalanya.Dokter itu menginformasikan keadaan Melissa kepada Nadir via telepon.Tidak berselang lama, panggilan diterima."Pak, dia sudah sadarkan diri.""Baik, terima kasih informasinya. Setelah meeting saya akan ke sana" sahut Nadir menutup panggilan tanpa sahutan lagi dari dokter.Satu jam berlalu. Nadir tiba di rumah sakit, di saat itu Melissa telah bangun dari tidur. Ia menangis pilu sendirian di kamar rawat tanpa ada seorang pun menemani."Bagaimana keadaanmu?" tanya Nadir sesaat setelah berdiri di samping brankar Melissa.Melissa menoleh. Seorang pria yang sama sekali tidak dikenalnya sedang berdiri di sampingnya dengan tatapan sedih."Menurutmu, apakah aku baik-baik saja?" tanya balik Melissa tampak matanya sudah membengkak. Biji matapun memerah bagaikan darah.Harusnya Nadir tidak bertan
Baca selengkapnya
Ditentang Ibu Kandung
"Dia Melissa," sahut Nadir memperkenalkan Melissa, sebentar Melissa tersenyum, tetapi sekian detik kemudian senyumnya luntur karena perempuan paruh baya itu menatap tidak suka."Melissa, perkenalkan ini Ibuku, dan kedua adikku, Erik sama Vallen!" ujar Nadir memperkenalkan keluarganya.Masih tidak ada sapaan, mereka menatapnya sinis, terutama pada bagian kakinya yang buntung.Namun lain dengan adik lelaki Nadir yang bernama Erik. ia mendekat sembari menjulurkan tangan. Dengan tangan bergetar, Melissa membalas uluran tangannya sebagai tanda perkenalan."Salam kenal yah!" ujarnya senyumannya belum juga luntur.Tiba-tiba, Sarah menarik tangan Nadir, membawanya pergi menjauh dari gadis itu."Ada apa Ibu?" tanya Nadir sedikit merasa tidak nyaman ketika melihat Melissa termenung menatapnya jauh."Ngapain kamu bawa dia ke sini?" tanya balik Sarah menunjuk dengan mulut keberadaan Melissa dari kejauhan."Sebelumnya aku sudah bercerita tentang dia, bukan?" tanya Nadir di anggukkan oleh Sarah."T
Baca selengkapnya
Diskusi Pernikahan
Lima hari berlalu ….Puluhan foto model dengan gaun pengantin ditunjukkan Nadir di tengah perkumpulan keluarga di ruang tengah. "Kira-kira gaun yang mana cantik untuk Melissa kenakan, Ibu, Erik?" tanya Nadir."Tidak usah terlalu mewah. Kamu menikahinya hanya sekedar tanggung jawab. Buat apa pesta besar-besaran? Sudah pilih saja yang paling murah. Kita tidak akan mengundang orang lain," caci Sarah menghindari berpandangan langsung dengan Nadir.Perkataan Sarah barusan ditanggapi tidak baik oleh Nadir dan Erik. Dari awal memang Sarah tidak menyukai kehadiran Melissa di rumahnya. Bukan karena Melissa kurang cantik dan berbody, keadaannya tidak sempurna wanita luaran sana. Melissa cacat lagi bukan keturunan orang berada."Ibu kok gitu sih? Walau bagaimanapun, ini tetaplah pernikahan yang sama dengan orang lain. Melissa harus tampil cantik dan di tampilan di depan banyak orang," ujar Nadir. "Ibu nggak maukan aku sampai diomongin teman-temanku karena acara pernikahanku tidak semestinya?""Ib
Baca selengkapnya
Rencana Licik Sarah
Surat undangan beserta paper bagnya dilemparkan ke bak sampah. Sarah tidak akan membiarkan orang lain datang ke acara pernikahan putranya dengan gadis buntung itu."Lebih baik aku di benci anakku sendiri daripada harus menanggung malu seumur hidupku," gumam Sarah tersungging senyum miring. Dengan membuangnya, surat-surat itu tidak akan sampai ke tangan orang lain.Sekian menit berlalu ….Selepas membersihkan diri, Sarah pergi ke kamar putri bungsunya di sebelah kamarnya. Hanya memastikan gadis mungil itu sedang belajar atau bermain ponsel.Pada saat Sarah masuk, Vellen tengah duduk di kursi depan meja belajarnya, berkurat di depan komputer. Ia bersenandung dengan headphone menutupi kedua belah telinga. Untungnya suara Vellen bagus, hingga Sarah ikut berlarut dalam alunan lagunya."Shuut … ngapain kamu?" bisik Sarah mengejutkan Vallen.Seketika Vallen melepaskan headphone dan mematikan layar komputernya. "Anu Bu, aku tadi lihat-lihat madsos punya teman," jelasnya gelagapan.Melihat waj
Baca selengkapnya
Tidak Sesuai Kenyataan
Lima hari berlalu. Tibalah waktunya resepsi pernikahan.Berbagai makanan telah dihidangkan, keluarga besar Nadir juga sudah berdatangan, pak penghulu sedari pagi sudah berada di sana, siap mempersatukan kedua insan belum halal itu.Tetapi Melissa belum juga keluar dari kamarnya. Dia sedang dihiasi mempercantik wajah pucatnya yang rada pucat masih dalam keadaan sakit. Nadir berada di dalam kamar yang sama dengan Melissa. Pria itu berdiri tepat di belakangnya dan di sebelah perias.Wajah Melissa tampak begitu ayu manis sekali. Namun dibalik kesempurnaan rupa Melissa, fisik sesungguhnya cacat."Kak Nadir, bagaimana penampilanku?" tanya Melissa menatap sinis tanggapan datar muka Nadir.Nadir tersenyum tipis sembari menatap secara jeli dari segi manapun tata riasnya."Kamu cantik sekali!" pujinya.Pujian Nadir membuatnya tersenyum manis. Semburat merah jambu tersiar di kedua belah pipi putih berserinya. Entah mengapa, setiap pujian dari Nadir sukses membuatnya tersipu malu."Apakah sudah
Baca selengkapnya
Kebenaran
Terlebih lagi, Melissa gadis yang hari ini resmi menjadi menantunya itu, cacat. Kedua belah kakinya buntung.Saat berfoto bersama, Nadir tetap memaksakan tersenyum manis, walau hatinya meringis kecewa dengan keadaan tamu undangan yang tidak sesuai harapan. Nadir yakin, pasti ada sesuatu penyebab mereka tidak datang.Usai acara pernikahan, Nadir menggendong Melissa dan membawanya ke kamar pengantin di lantai dasar depan ruang keluarga.Seorang pembantu, ikut masuk ke dalam memenuhi panggilan dari majikannya."Bibi, tolong gantikan pakaian Melissa!" perintahnya, sembari keluar dari kamar.Tepat di ruang keluarga, Sarah sedang duduk santai di sana. Waktu itu, Sarah tengah duduk menyaksikan televisi bersama Vallen. Tampak tidak sesuai dengan perkataannya tadi siang. Bukankah Sarah sedang tidak enak badan?"Ibu," panggil Nadir menghampaskan pinggulnya di sofa bersebelahan dengan Sarah dan Vallen."Iya. Ada apa?" tanya Sarah menengok ke kanan, ia sangat tenang seperti tidak ada masalah."Ke
Baca selengkapnya
Layaknya Seorang Istri
Saat kepalanya sudah mulai dingin, Nadir lalu mengambil bongkahan baru ice di kulkas, dia menambahkan pada gelas air teh yang dibuatnya."Melissa tidak boleh minum minuman dingin. Dokter melarangnya," ujar Nadir mengingat perintah dari dokter. Nadir tidak menambah es di gelas untuk Melissa.Kedua gelas berisi air teh itu, ditaruh atas nampan. Kemudian dibawanya pergi ke kamar tempat dimana Melissa berada."Kamu habis dari mana?" tanya Melissa sedang duduk dengan punggung di sangga dua bantal.Nadir duduk di sebelah Melissa. "Aku barusan ke dapur. Nih minuman buatmu! Kamu haus, 'kan?" tanya Nadir menyodorkan segelas air kepada Melissa.Tidak menjawab, Melissa menyambut gelas di tangan Nadir. Dengan dibantu Nadir, Melissa meneguk air sampai habis setengah."Sekarang kamu istirahat! Kamu pasti sangat lelah seharian ini menjadi pengantin," perintah Nadir mengusap kepala Melissa. Gadis itu hanya mengangguk seraya memisahkan kedua bantal dan menurunkan tubuhnya ke kasur."Apakah kamu tidak
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status