Takdir begitu kejam terhadap dirinya. Bagaimana tidak? Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri suaminya tengah memadu kasih dengan adik kandungnya sendiri. Ia pikir semuanya akan kembali baik-baik saja ketika dirinya memutuskan untuk memaafkan kejadian itu. Namun, justru kebaikannya itulah yang menjerumuskannya dalam jurang kematian. Ellenora Arabelle Laurelyn merasa tak terima pada takdirnya. Namun, bagai mendapat anugerah, tiba-tiba dia terbangun saat hari kelulusannya sebagai Sarjana Desainer. Yang artinya, ia mengulang kembali kehidupannya melalui perjalanan Dimensi Waktu. Dirinya di masa lalu memanglah terlalu naif. Tetapi, ia takkan menyianyiakan kesempatan yang ia dapat. Ia akan membalas semua perlakuan jahat mereka. Akankah takdir yang dialami Ellenora akan berubah?
Lihat lebih banyak"Apakah ini keluarga ibu hamil bernama Reyna?" Deg. Pertanyaan suster itu membuat semua yang mendengarnya sangat terkejut. Semuanya menatap suster tak percaya terutama Zafran dan Adenna. "Maaf? Maksud suster Reyna siapa?" tanya Fatiya. Meskipun tangannya sudah gemetar, ia mencoba untuk menenangkan diri. Wanita itu berjalan mendekati sang suster yang masih berdiri di ambang pintu. "Reyna Alesha, saat ini dia sedang berada di unit gawat darurat. Saya mendapati Nona Reyna tengah di lobi dan mengeluh pusing. Setelah beberapa saat Nona Reyna jatuh pingsan. Dengan segera, saya membawanya Ke UGD dengan dibantu dua orang perawat. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata Nona Reyna tengah mengandung dengan umur kandungan empat bulan," jelas suster itu panjang lebar. Fatiya mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh sang suster. Apakah benar? Ibu hamil yang di maksud adalah Reyna putrinya? Wanita setengah baya itu tak bisa berkata-kata setelah mendengar penjelasan dari suster. Zafran mendeka
"Kakak!" Teriak seseorang sembari berjalan mendekat pada Nora dengan ekspresi sedih. Orang itu langsung memeluk Nora. Dapat Nora rasakan orang ini menangis. "Kakak kenapa bisa seperti ini? Aku telah pulang dan ingin memberikan kakak kejutan dan kini justru aku yang terkejut melihat kondisi kakak," Benar. Nora tidak sedang bermimpi sekarang. Orang yang tengah memeluknya kini adalah Reyna, adiknya. Adik yang begitu jahat dan tega kepadanya di kehidupan sebelumnya. Meskipun merasakan Reyna tengah menangis, Nora tak bereaksi apa-apa. Ia hanya diam dan menunggu tangisan Reyna reda. Ia tak tahu Reyna tengah menangisi kondisinya sekarang, ataukah ada hal lain yang membuatnya bersedih. "Aku sangat merindukan kakak, setelah kita berpisah tiga tahun lamanya dan tidak bertemu sama sekali, sekarang aku bisa melihat kakak lagi. Tapi, aku sangat sedih melihat kakak seperti ini," Reyna masih saja menangis sembari meracau seolah sangat bersedih akan hal yang menimpa Nora. Suara tangisan Reyna y
"Aku ...," Kenzo terlihat menarik nafasnya dalam-dalam. "Aku berhutang nyawa padamu, maka dari itu, aku akan melindungimu sepenuhnya," ucapnya membuat Nora rasanya ingin tertawa terbahak-bahak mengejek dirinya sendiri. 'Kenapa bisa aku berpikir dia akan mengungkapkan rasa cinta? Rasanya itu hal yang mustahil. Aku saja yang terlalu percaya diri.' ucapnya dalam hati. Sedangkan anggota keluarga yang lain tersenyum melihat hal itu. Mereka pikir hubungan antara Kenzo dan Nora akan menjadi suatu hubungan layaknya suami istri sungguhan meskipun mereka belum saling mencintai. "Maafkan aku dan terima kasih," ucap Kenzo lagi. Nora hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Ia pikir, kemana Kenzo yang dingin itu? "Air," ucap Nora. Dibanding dengan ia yang mendengarkan Kenzo berkata manis, ia lebih menginginkan meminum air. Tenggorokannya terasa sangat kering saat ini. Dengan sigap Kenzo mengambil air yang berada di atas nakas. Ia juga membantu Nora duduk untuk minum. Pria itu menahan
"Mau bermain-main hm?" Seketika semuanya menegang saat mendengar suara rendah Kenzo. Mereka semua tahu apa yang dimaksud oleh Kenzo. Dengan pelan, Kenzo melangkah mendekati para anak buah Gian yang sudah sangat tegang. Raut pias sangat terlihat jelas dari wajah mereka. Kenzo masih terdiam selama beberapa detik untuk mengawasi ekspresi ketakutan yang di perlihatkan mereka semua. Tangan mereka diikat dan di gantung dengan rantai besi. Mereka yang berjumlah kurang lebih lima belas orang di jajarkan dalam satu barisan. Kenzo membalikkan badannya dan melangkah menuju sebuah lemari yang berisi berbagai macam alat untuk 'bermain' tersebut. Tanganya mengambil sebuah belati berukuran sedang namun sangatlah tajam. Ia membawanya mendekati anak buah Gian kembali. "Bagaimana?" tanyanya dengan tatapan tajam. Mereka semua menunduk tak ada yang berani melihat Kenzo secara langsung. Nyali mereka ciut dalam sekejap. "Katakan!" bentaknya membuat para anak buah Kenzo tersentak kaget. Tubuh merek
Kenzo menahan nafasnya saat melihat alat itu menunjukkan garis lurus. Dengan panik pria itu memencet tombol pemanggil dokter yang berada di tembok hingga berulang kali. "Nora!" panggilnya dengan suara keras hingga menyebabkan Fatiya dan Adenna terkejut bukan main. Brak! Dokter muncul dari balik pintu dengan beberapa perawat yang mengikutinya. Mereka segera mengambil tindakan pada Nora. Tiiittt! Alat itu masih berbunyi nyaring yang menyebabkan suasana kian bertambah Panik. "Dokter! Nafas masih ada detak jantung!" seru seorang perawat. Dokter pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya. "Pacu jantung pasien!" perintahnya. Mereka semua Segera bergerak untuk memacu detak jantung Nora yang kian melemah. "Ya tuhan," gumam Adenna. Sedangkan Fatiya masih terdiam. Ia masih belum mencerna hal yang terjadi dihadapannya. Kenzo meremas rambutnya gelisah. Matanya menatap tindakan para tenaga medis yang sedang tergesa-gesa namun tetap profesional. "Nadi pasien semakin melemah!" "Naikkan
"Dor!" "Ah!" Tubuh Nora ambruk pada tubuh Kenzo yang berada dalam pelukannya. Saat melihat sebuah peluru akan meluncur mengenai Kenzo, dengan refleks Nora berlari dan memeluk Kenzo guna melindungi pria itu dari tembakan yang diluncurkan. "Kenzo ...." Lirih Nora dengan nafas terputus-putus. 'Jangan ambil nyawaku dulu tuhan,' doa Nora dalam hati sebelum kegelapan merenggut kesadarannya. Tubuh Kenzo masih menegang karena terkejut akan adegan yang baru saja terjadi dihadapannya. Ia langsung mendekap erat tubuh Nora yang sudah ambruk tak sadarkan diri dalam pelukannya. "Nyonya!" teriak para anak buah Kenzo saat melihat sebuah peluru mengenai punggung Nora. Darah langsung merembes dari sana menembus kimono putih yang ia pakai. Pandangan Kenzo menajam dengan rahang mengeras. "Tangkap dia!" perintahnya pada para anak buahnya yang langsung dilaksanakan oleh mereka. "Nora!" panggilnya pada Nora yang berada dalam pelukannya. Tangan kanannya ia gunakan untuk menyangga dan tangan kirinya, i
"Cuih!" Gian meludahkan wine dari dalam mulutnya. Hal itu sontak membuat Nora tersentak kaget. Dalam pikirannya, apakah Gian telah mengetahui ia mencampurkan sesuatu ke dalam wine yang diminumnya? Ia menatap Gian dengan pandangan bertanya yang di balas tatapan intens dari Gian. "Kenapa?" tanya Nora. Terdengar nafas Gian memburu dengan dada naik turun seperti menahan sesuatu. Pria itu mengusap bibirnya yang terdapat sisa-sisa wine. "Aku sudah tak tahan," jawab Gian disertai suara geraman seakan menahan sesuatu. Nora mengernyitkan dahinya bingung. "Ayo!" Gian tiba-tiba saja menarik tangan Nora. Nora yang tak siap pun, tak bisa menghindari tangan Gian yang mencekal lengannya. Prah! Gelas di tangan Nora jatuh dan hancur menjadi kepingan kecil. Itu disebabkan oleh sentakan Gian yang menarik tangannya. "Apa maksudmu!?" tanya Nora panik. Gian tak menjawab dan langsung menyeret Nora memasuki kamar. Tanpa aba-aba dia menjatuhkan tubuh Nora di atas ranjang. Nora mengerti sekarang ba
Seketika, mereka bertiga menegang saat mendengar suara Gian dari luar. Dengan panik tapi berusaha tak menimbulkan suara, mereka berdiri. Mereka saling memberi kode agar bersembunyi. Nora memperhatikan keadaan kamar sebelum memutuskan melangkah menuju pintu. Ia membuka kunci dan membuka pintunya sedikit. Terlihat Gian yang tengah berdiri di sana. Nora menyembulkan kepalanya melongok keluar. "Gian?" panggilnya. "Kau kenapa baby?" Gian yang hendak melangkah memasuki kamar di hentikan oleh Nora. "Jangan masuk dulu Gian! Em, aku tengah membersihkan diri tadi dan belum sempat berganti baju," alasan Nora. Gian justru menyeringai senang. "Baguslah aku akan masuk saja," Tubuhnya bergerak membuka pintu. Namun, Nora tetap menahannya. "E-eh! Gian tunggulah sebentar, kau tak ingin melihatku memakai lingerie merah di dalam lemari itu?" goda Nora dengan terpaksa. Matanya mengedip dengan genit. "Tenang saja, aku takkan melarikan diri seperti dalam pikiranmu itu," lanjutnya. Gian terdiam menim
"Apa katamu!?" Deg! Nora tersentak kaget. Tubuhnya menegang kaku. Dengan cepat ia menoleh ke arah pintu. Saat telah melihat siapa yang berada di dekat pintu, matanya membulat karena terkejut saat melihat orang yang memang ia kenali tengah berdiri di sana. Perlahan, Nora menetralkan nafasnya. Setelah itu, ia berjalan dengan pelan menuju ke arah pintu. "Apa yang kalian lakukan?" tanyanya. Saat mendengar suara Nora, sontak saja dua orang yang tengah asyik berdebat seketika terhenti. Mereka dengan serempak melihat pada Nora. "Nyonya!" seru mereka berdua. "Sstt!" Desis Nora seraya menempelkan jari telunjuknya pada bibir. Ia memberi kode agar mereka berdua diam dan masuk ke dalam kamarnya. Setelah menengok kesana kemari memastikan keadaan telah aman, dengan segera mereka mengikuti perintah Nora. Klek! Pintu kamar tertutup dan dikunci dari dalam oleh Nora. Setelah memasuki kamar, dua orang yang ikut masuk menghela nafas lega. Mereka juga melepaskan masker yang menutupi masing-masi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.