Share

Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia
Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia
Author: SaljuHitam1505

Bab 1

"Reyna sedang apa?" suara Reyna, adik kandungnya membuat langkah Nora terhenti.

"Ahh ... Kakak, pelan-pelan."

"Ssttt, jangan terlalu keras, nanti kakakmu mendengar suara percintaan kita,"

Deg!

Jantung Nora berdetak kencang dan hatinya berdenyut ngilu saat mendengar suara suaminya, Gian, berada di dalam sana.

"Kakak nakal, sih." Suara Reyna terdengar manja, lalu terdengar pula suara cekikikan disertai dengan desahan dan erangan yang tak pantas dilakukan antara seorang kakak adik ipar.

"Kamu ini begitu cantik, Baby ... yahh ... seperti itu."

Tak tahan, Nora mendekatkan diri ke arah pintu dan menarik nafas berusaha mengontrol emosi yang akan meluap. Dia tahu betul apa yang sedang terjadi diantara mereka.

Brak!!

Kaki Nora yang tengah terasa sakit menendang pintu dengan sekuat tenaga sehingga menyebabkan pintu itu terbuka lebar, menampakkan Gian dan Reyna sedang melakukan penyatuan tanpa busana di atas ranjang.

"Apa yang kalian lakukan?!" teriaknya nyalang dengan suara yang terdengar kering karena ia memang tengah sakit.

"Apa matamu buta?!" seru Gian dan berdecak tak suka saat kegiatannya terganggu. Mereka berdua saling melepaskan diri.

"Kau!" tunjuknya pada Reyna yang sudah menitikkan air mata dan menunduk.

"Wanita murahan!" ucapnya dengan menahan sesak di dada. Gian dan Reyna berselingkuh dibelakangnya. Bahkan, disaat kondisinya kian parah karena penyakit leukimia yang ia derita, mereka tetap bercinta tanpa mengenal situasi dan waktu.

"Jangan menghinanya, Nora!" bentak Gian.

Suami Nora itu bangkit dari ranjang dan meraih celana boxer miliknya yang tergeletak di lantai, lalu memakainya.

"Kenapa? Kenyataannya begitu, kan?!" tantangnya

"Aku tak menyangka kamu bisa melakukan hal menjijikkan di belakangku!" Nora benar-benar marah dan melangkah maju mendekati adiknya.

Plak!

Ia melayangkan satu tamparan pada pipi Reyna. Membuat wajah wanita itu menoleh ke samping. Rambutnya masih acak-acakan, tetapi ia tak melepaskan selimut yang membungkus tubuh polosnya.

"Dasar adik tak tahu malu! Di mana otakmu diletakkan, hah!? Apa kau sudah gila?!" serunya.

"Beraninya kau menampar orang yang kucintai!" seru Gian merasa tak terima dengan apa yang Nora lakukan.

Nora menoleh pada suaminya. "Dia pantas mendapatkannya!"

"Dia sedang mengandung anakku! Tidak seperti dirimu yang mandul! Kita sudah menikah hampir 5 tahun, tetapi kau belum juga memberikanku keturunan!"

"Dan asal kau tahu, kami melakukannya atas dasar sama-sama suka! Camkan itu!"

Bagai disambar petir yang dahsyat, ia begitu terkejut saat mendengar suaminya berkata demikian. "Sejak kapan, hah?! Sejak kapan kalian bermain api di belakangku?!" tanyanya.

"Apakah itu penting bagimu?" Gian balik bertanya dengan menatap Nora datar.

"Tentu saja! Kenapa aku begitu bodoh baru mengetahui hal menjijikkan yang kalian lakukan di belakangku! Aku tak menyangka suami dan adikku melakukan hal yang benar-benar menjijikkan! Seperti binatang!"

"Jaga ucapanmu!" sentaknya.

"Bukankah yang aku katakan itu benar? Adikku itu seorang wanita yang amat menjijikkan! Pelacur! Jalang!"

"Jangan menghina wanita yang kucintai lagi! Atau kurobek mulutmu!"

Plak!

Brengsek!

Kepalanya tertoleh ke samping. Tangannya memegangi pipi yang terasa panas. Sudut bibir sebelah kanan juga sobek akibat tamparan keras yang dilayangkan oleh Gian. Ia menatap jijik pada dua manusia itu.

"Apa tidak ada wanita lain selain adikku itu? Lebih baik aku melihatmu berselingkuh dengan para pelacur hina di luaran sana dari pada melihatmu berselingkuh dengan adikku sendiri, Gian!"

Gian tak bergeming. Dirinya justru mengelus bahu Reyna dan saling berpelukan.

"Kau pria paling brengsek yang takkan kumaafkan seumur hidupku!"

Plak!

Nora menampar suaminya dengan dada yang terasa sangat sakit. Lalu, ia memaksakan diri keluar.

....

"Kau!?" teriak Nora saat melihat Reyna tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Namun, dia justru tersenyum. Di tanganya juga membawakan sebuah mangkuk berisikan bubur yang asapnya masih mengepul.

"Kakak sedang apa?," ucapnya lembut.

"Diam kau! Mau apa kau kemari! hah!?" seru Nora dari atas tempat tidur. Ia sudah tak memiliki tenaga lagi. Sakitnya kian bertambah parah saat melihat apa yang dilakukan dua orang tadi.

Dia berjalan mendekat dan mendudukkan tubuhnya di samping Nora. Ia hanya bisa menatap tajam karena tubuhnya sangat lemas.

"Em, maafkan aku kakak, sungguh, aku tak bermaksud mengkhianatimu. Aku, aku telah melakukan kesalahan besar, aku menyesal kak," ucapnya seraya menundukkan kepala. Terlihat, ada air mata juga yang mengalir di pipinya.

Nora tersenyum mengejek. "Setelah kau bercinta dengan suamiku? Aku tak percaya!"

"Aku benar-benar menyesal kak, maka dari itu, aku ingin meminta maaf padamu. Ini, aku buatkan bubur spesial untukmu. Meskipun kau tahu aku tak pandai memasak, tetapi, aku telah belajar membuatnya demi dirimu,"

Benarkah itu? Nora melirik mangkuk berisi bubur di tangannya yang terlihat enak. Aromanya pun cukup menggoda. Nora tak melihat kebohongan di wajahnya Reyna. Bolehkah ia mempercayainya sekali lagi? Tetapi, hatinya terasa berat.

"Sungguh kak, aku menyesal ...." air mata yang mengalir di pipi Reyna membuat Nora merasa gundah.

"Ayo kakak makan dulu, meskipun kakak membenciku, kakak tak boleh membenci makanan. Akan aku bantu," ucapnya, Kemudian Reyna membantu Nora makan dengan menyuapinya. Sementara Nora tak menolak akan hal itu tanpa sedikitpun merasa curiga.

"Kakak mau memaafkan aku kan?" tanya Reyna setelah buburnya habis.

Nora mengangguk dengan berat hati.

"Terima kasih ..., kak Nora memang sangat baik," ucapnya. Lalu ia memeluk Nora.

"Dan karena kebaikanmu itu, kau menjadi bodoh," bisiknya membuat Nora sangat terkejut. Reyna melepaskan pelukannya dan tersenyum mengejek.

"Apa maksudmu?" tanya Nora. Reyna langsung pergi keluar tanpa menjawab.

Tiba-tiba, sekujur tubuh Nora terasa panas seolah organ dalam tubuhnya terbakar. "Uhuk!" darah segar keluar dari mulut. Lalu, tubuhnya kejang-kejang dan bergetar hebat. Sial! Apakah ia telah diracuni? Kenapa ia begitu bodoh?

Bubur itu! ia yakin racun telah dicampurkan di dalamnya! Nafasnya mulai tak beraturan dan terasa berat sekali.

"T-tolong," ucapnya dengan susah payah.

Dari pintu muncul Gian dengan tatapan datarnya. Nora menatap memohon padanya dengan maksud meminta bantuan. Namun tak lama, muncul Reyna dengan seringai jahatnya.

"Kalian ak-kan menyesal! Aku tak terima! A-aku akan mem-membalas kalian! De-dengan leh-lebih kejam!" Nora memaksakan diri untuk berbicara. Rasa dendam dan rasa tak terima sangat besar dalam hatinya.

Ia berharap masih bisa bertahan hidup untuk membalaskan perbuatan mereka berdua. Tetapi, sepertinya sudah tak bisa.

Tubuhnya semakin bergetar hebat disertai dengan nafas yang mulai tersendat-sendat. Mulutnya mengeluarkan busa. Lalu, ia merasakan dingin mulai menjalar dari ujung kaki dan berjalan sampai di tenggorokan. Nafasnya terhenti.

Seketika, semuanya gelap.

"Hahh!"

Seorang gadis terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal. Keringat dingin mengucur deras. Pandangannya mengedar melihat area kamar.

Gadis itu menghela nafas panjang.

"Bukan! Tadi itu bukan mimpi!"

Masih teringat jelas saat racun itu bereaksi dan bagaimana sakitnya meregang nyawa.

"Nora! Bangun! Hari ini kamu wisuda!"

Gadis itu dengan cepat mencari ponselnya saat mendengar suara milik sang bunda. Ia menahan nafasnya sesaat.

~

Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Muhamad Iqbal
awas lu klo kagak baca,dosa! gw tampol lu
goodnovel comment avatar
Muhamad Iqbal
jangan lupa di baca ya ,wajib!
goodnovel comment avatar
Muhamad Iqbal
semoga selalu dalam lindungan Allah SWT amiinnn
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status