Share

Bab 5

"Aku sudah menjadi istri seorang Kenzo Albar Antarez?" gumam Nora.

Kini, di sebuah ballroom hotel yang disewa oleh keluarga Nora dan Kenzo, tengah diadakan sebuah pesta besar-besaran setelah berlangsungnya prosesi pernikahan antara Kenzo dan Nora.

Seminggu setelah kejadian di mana Nora melarikan diri, keduanya sepakat untuk menikah secepatnya. Dan tepat di hari ini, mereka berusaha telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Kenzo, pria itu tengah dikerumuni oleh para partner bisnisnya yang hadir. Begitu juga dengan Nora yang sedang asyik bercerita dengan teman-temannya.

Suasana meriah sangat terasa saat diiringi oleh musik dari penyanyi ternama yang turut diundang hadir untuk memeriahkan pesta pernikahan ini.

"Kau mengatakan tak ingin cepat menikah! Tapi lihat sekarang, kau justru mendahuluiku. Saat kau tinggal bersama suamimu, aku akan sendirian nanti. Hm, Tapi, apakah kau benar-benar yakin?" tanya Angel. Ia adalah teman dekat Nora semenjak masa SMA.

"Tidak apa-apa, kurasa pilihanku tak salah kali ini," Jawab Nora sembari meneguk sebuah minuman berwarna putih yang merupakan sebuah susu dari dalam gelas yang ia pegang.

"Tapi, Nora," Angel mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling. Kemudian ia mendekatkan bibirnya ke telinga Nora.

"Benarkah suamimu itu seorang Mafia terkejam?" bisiknya. Nora menatap Angel dengan tatapan bertanya. Ia bergantian mendekatkan bibirnya pada telinga Angel.

"Darimana kau tahu?" tanyanya berbisik juga.

"Aku hanya menebak. Karena, tak mungkin suamimu hanya pengusaha biasa tapi dimana-mana terdapat bodyguard yang menjaga. Terlebih, mereka semuanya membawa senjata api. Juga tadi aku sempat mendengar desas-desus dari para tamu yang hadir." jawab Angel.

Mata Nora menatap para bodyguard yang berjaga. Benar, mereka semua terlihat profesional serta membawa senjata api dimasing-masing tangannya.

"Benar. Oleh sebab itu, aku tertarik untuk menikah dengannya." kata Nora.

"Bukankah harusnya kau menikah dengan Gian kekasihmu itu?" tatapan Angel menyelidik.

Nora menghela nafas. Wajah cantik yang dipoles dengan sapuan makeup natural itu menunjukkan raut tak suka.

"Tidak. Sampai kapanpun aku tak mau menikah dengannya. Aku telah memutuskan hubungan dengannya semalam lewat telepon." jelas Nora.

"Kenapa?"

"Karena, em, kau akan tahu suatu saat nanti seperti apa kelakuan pria itu."

Nora dan Angel kembali membahas banyak hal. Begitupun dengan semua tamu yang hadir. Baik dari keluarga, kerabat dua keluarga, maupun para tamu yang sengaja diundang sedang menikmati acara ini. Ada yang sedang menikmati jamuan yang disediakan, ada juga yang sedang meminum anggur yang tersedia.

"Baiklah, para hadirin sekalian, kini saatnya prosesi pengambilan foto. Silahkan untuk kedua mempelai kembali ke pelaminan. Setelah kedua mempelai, dilanjut dengan sesi berfoto dengan keluarga dan para tamu yang hadir jika berkenan." suara dari MC wanita terdengar diseluruh penjuru ruangan.

Kemudian sesuai arahan yang diberikan, semuanya melakukan sesi foto dengan baik dan tenang.

"Kau lelah?" tanya Kenzo yang sudah duduk di atas kursi pelaminan bersama dengan Nora. Sesi berfoto telah usai dan hadirin kembali dipersilahkan untuk menikmati pesta.

Nora menoleh. Ia menganggukan kepalanya. "Sedikit," jawabnya.

"Bagaimana dengan kekasihmu?" Kenzo bertanya lagi.

"Aku sudah mengakhiri hubungan dengannya semalam. Tapi dia menolaknya meskipun aku mengatakan aku akan menikah denganmu. Dia bahkan mengancam akan mengambilku kembali bagaimanapun caranya." jelas Nora.

"Lalu?"

"Aku tak takut! Justru aku akan melenyapkannya segera!" kata Nora berapi-api. Hal itu membuat Kenzo tersenyum miring sesaat. Lalu pandangannya melihat keadaan pelipis Nora yang masih terdapat sebuah luka. Makeup yang menutupi sudah mulai luntur akibat keringat.

"Lukamu? Bagaimana?"

Nora mengernyitkan dahinya bingung. "Luka?" ulangnya.

Kenzo mengambil tissue yang tersimpan di saku jaz yang ia kenakan. Lalu tangannya terangkat untuk mengelap keringat di pelipis Nora dengan sedikit ditekan.

"Aahhss," rintih Nora saat luka di pelipisnya ditekan oleh Kenzo. Seketika matanya melotot kesal menatap sang suami.

"Kau sengaja?" kesalnya. Kenzo hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban dengan wajah datar.

"Sudah lebih baik," kata Nora setelah menyingkirkan tangan Kenzo yang tadi menyentuh pelipisnya.

"Setelah ini, jangan lupa untuk membantuku membalaskan dendam," peringat Nora. Kenzo mengangguk. Ia takkan lupa akan hal itu.

Setelahnya, keduanya memilih diam dengan pikiran masing-masing.

Saat suasana sedang kondusif dan tenang, tiba-tiba saja terdengar suara gaduh dari arah pintu masuk.

DOR!

DOR!

DOR!

Sebuah suara tembakan terdengar saling bersahut-sahutan. Seketika suasana menjadi kacau. Orang-orang yang hadir saling berlari untuk menyelamatkan diri.

Para bodyguard yang berjaga dengan sigap menjaga orang-orang yang sedang panik.

Lain dengan semua orang yang panik dan memilih untuk menyelamatkan diri, Nora justru mencari keberadaan Kenzo. Entah kemana pria itu pergi. Hatinya sudah tenang saat melihat keluarganya dan keluarga Kenzo telah diamankan oleh beberapa bodyguard.

Pernah dihadapkan dengan sebuah kematian menjadikannya tak takut akan hal-hal yang berbahaya dan pasti bisa melukainya.

"Ck! Kemana pria itu!?" kesalnya. Dengan mengangkat sedikit gaun pengantin yang ia kenakan, Nora berjalan menuju pintu masuk. Tempat dimana sumber keributan terjadi.

"Nyonya, sebaiknya anda jangan mendekat," cegah salah satu bodyguard yang ingin mengamankan Nora.

Nora menoleh. "Dimana suamiku?" tanyanya.

Bodyguard itu menunduk. "Tuan Kenzo sedang menghadang musuh yang ingin masuk dan merusak acara ini nyonya," jelasnya.

"Musuh?" ulangnya memastikan. Bodyguard itu menganggukan kepalanya. "Siapa orang yang menyerang?"

"Mereka kelompok Mafia yang dipimpin oleh seseorang yang bernama Gian. Mereka ingin menerobos masuk dan menginginkan anda nyonya. Jadi, sebaiknya nyonya ikut saya untuk mencari tempat yang aman."

Nora menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak! Aku tak bisa meninggalkan kekacauan ini!" sergahnya, lalu ia berlari menuju tempat di mana Kenzo berada.

Bodyguard itu panik saat mendapati sang nyonya sudah mendekati pintu ballroom.

"Anda merebut kekasih saya sialan!" umpat Gian keras.

Di saat anak buahnya sedang saling melawan dirinya justru sedang mendebat pria dengan wajah datar di hadapannya ini. Pria yang kini sudah menjadi suami Nora.

"Tidak!" balas Kenzo dingin. Pria itu menatap Gian dengan tajam.

Dor!

PRANG!

Beberapa tembakan mengenai kaca yang membuat kaca itu jatuh berserakan.

"Singkirkan anak buah anda sekarang dan biarkan saya mengambil kekasih saya di dalam sana!" Suruh Gian sambil mengangkat senapannya ke arah Kenzo.

Kenzo menaikkan sebelah alisnya. "Silahkan jika anda mampu," katanya dengan nada meremehkan.

"Sampai kapanpun! Nora akan tetap menjadi milik saya!" ucap Gian. Jarinya bersiap untuk menarik pelatuk senapan di tangannya.

"Berhenti!" Teriak Nora yang datang dari dalam dan langsung berdiri di depan Kenzo. Ia menatap Gian dengan tatapan tajam dan benci yang sangat kentara.

"Akhirnya kau muncul baby!" Gian berujar senang. "Baiklah, aku takkan berbasa-basi lagi." lanjutnya. Lalu ia menginstruksikan anak buahnya untuk memakai masker yang tergantung di leher masing-masing. Begitu pula dengan dirinya.

Tangan Gian mengambil sesuatu di balik saku celananya. "Ayo baby, ikut aku," ucapnya dan langsung meraih tangan Nora lalu menariknya kencang.

BOM!

Sebuah bom gas beracun meledak setelah dilemparkan oleh Gian. Menimbulkan asap tebal serta membuat orang yang menghirupnya terbatuk hebat hingga mengeluarkan darah.

Situasi itu sengaja dibuat dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Gian segera membawa Nora bersamanya.

"Kenzo!" Panggil Nora saat dirinya ditarik paksa oleh Gian.

Kenzo segera mencari sumber suara tersebut. Dengan menahan nafasnya, ia berhasil menembus asap tebal tersebut. Namun sayang, ia tak menemukan keberadaan Nora berserta Gian dan anak buahnya.

"Shit!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status