Share

Bab 3

BRAK!

Tubuh Nora ambruk sesaat setelah ia ditabrak oleh sebuah mobil yang melaju. Tubuhnya terguling-guling di atas aspal.

Sungguh, tubuhnya terasa remuk redam. Jantungnya berdetak tak karuan. Sebelum ia memejamkan matanya, ia melihat sesosok pria tak asing yang turun dari mobil dan mengangkat tubuhnya.

Pria itu menatap tajam pada sosok dalam gendongannya. Sedikit merasa kesal karena ia sudah memberikan peringatan kepada seorang gadis yang ia tabrak ini. Namun saat ia melihat dari belakang gadis ini terdapat sebuah mobil yang mengejarnya, ia akhirnya tahu sebab gadis ini berlari dengan tergesa-gesa.

Tanpa pikir panjang, pria itu memasukkan tubuh Nora kedalam mobilnya. Membawa Nora bersamanya. Setelah mobilnya melaju, pandangan pria itu bertambah tajam setelah melihat banyak mobil berwarna hitam mengejarnya dari belakang.

"Sial!" umpatnya.

Pria itu mengendarai mobilnya dengan cepat seiring dengan bertambahnya jumlah mobil yang mengejarnya.

Sesekali matanya melirik Nora untuk melihat kondisi gadis itu. Terdapat beberapa luka yang harus segera diobati. Gadis itu juga masih tak sadarkan diri.

DOR!

Kini terdengar sebuah suara tembakan dari arah belakang. Untung saja pria itu bisa menghindarinya dan seakan sudah biasa dengan hal seperti ini.

DOR!

PRAH!

Kali ini peluru itu mengenai kaca belakang mobilnya yang membuat kaca itu pecah.

"Ck!" decaknya.

Terjadilah aksi kejar-kejaran di sebuah jalan raya yang banyak kendaraan lain sedang melaju. Namun, itu tak membuat Gian yang sedang mengejar mobil yang membawa kekasihnya itu berhenti. Justru ia semakin gencar mengejarnya.

"Siapa gadis ini!?" tanyanya entah pada siapa.

Bibirnya menyeringai saat melihat di depan sana terdapat sebuah belokan tajam yang di bawahnya ada sebuah jurang.

Ia membawa mobilnya dengan kecepatan penuh dengan sesekali mengawasi mobil di belakangnya. Hingga tepat saat di belokan itu, dia memutar balik mobilnya berhenti.

"Sialan!" umpat Gian.

CIITTT!

BRAK!

BRAK!

Beberapa mobil yang dikendarai oleh anak buah Gian mengerem secara mendadak mengakibatkan mobil itu saling menabrak dan terjatuh ke dalam jurang.

DUAR!

Disusul sebuah suara ledakan yang terdengar dari arah jurang. Mobil anak buah Gian meledak beserta pengendaranya.

"Dia begitu licik!" kata Gian yang untungnya ia membawa mobilnya dibarisan paling belakang dan bisa mengerem mobilnya dengan benar.

Sedangkan seorang pria yang membawa Nora hanya tersenyum miring melihatnya. Kemudian kembali melajukan mobilnya meninggalkan sebuah lakalantas yang ia ciptakan.

Gian turun dari mobilnya diikuti anak buah yang selamat. Ia mulai melangkahkan kakinya guna melihat keadaan di bawah sana.

"Semuanya telah hangus tuan!" ujar salah satu anak buahnya.

"Ck! Tak berguna!" jawabnya membuat anak buah yang tadi berbicara seketika terdiam. Rekanya telah mengorbankan nyawanya tetapi justru dianggap tak berguna oleh tuannya ini. Sungguh ia tak habis pikir.

"Kalian! Bereskan kekacauan ini! Jangan sampai ada aparat yang tahu!" perintahnya. Setelah itu, Gian meninggalkan anak buahnya dan melajukan mobilnya menuju markas.

....

Sedangkan di lain tempat, Pria yang membawa Nora masih duduk di dalam mobilnya bersama dengan Nora. Ia bingung akan membawa gadis ini kemana.

Kepalanya menoleh dan menatap wajah Nora yang terdapat sebuah luka di kening serta dagunya. Ia meneliti penampilan gadis ini dan baru menyadari gadis ini masih menggunakan dress wisuda dimana terdapat sebuah selempang bertuliskan gelar yang diperoleh.

"Sarjana Desainer?" gumamnya. Akhirnya ia ingat. Gadis ini adalah orang yang menabraknya tadi di depan aula.

Ia melepaskan sabuk pengaman yang melekat di tubuhnya. Entah mengapa, tanganya terangkat untuk menyibakkan rambut yang menghalangi wajah cantik Nora. Dan menatapnya dari dekat.

"Tak buruk," ucapnya menilai wajah Nora.

Entah setinggi apa seleranya sehingga wajah Nora yang sangat cantik bisa dikatakan seperti demikian.

Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya pria itu memutuskan untuk membawa Nora pulang kerumahnya. Ia akan meminta bantuan sang Mommy yang merupakan seorang dokter. Apalagi ia juga sama sekali tak berpengalaman jika berurusan dengan yang namanya wanita.

....

"Siapa yang kau bawa!?" histeris seorang wanita paruh baya yang melihat putranya menggendong seorang gadis.

Wanita itu berjalan cepat mendekati putranya setelah ia melihat gadis itu direbahkan di atas sofa di ruang tamunya.

"Kau tak menculik seorang gadis kan!?" tuduh wanita itu.

Sedangkan sang empu yang dituduh hanya menghela nafas kasar.

"Tidak," jawabnya datar. Kemudian pria itu duduk disofa seberang seraya menyenderkan punggungnya.

Wanita yang masih dalam kebingungan itu perlahan mendekat pada seorang gadis yang terbaring tak sadarkan diri. Seketika matanya membulat terkejut.

"Kau apakan dia!? Kenapa dia terluka seperti ini!?"

Wanita itu bergegas mengambil kotak P3K dan Peralatan medisnya. Ia mulai memeriksa dan mengobati luka Nora. Tak lupa ia memberikan minyak aromaterapi agar Nora cepat sadar.

"Lukanya tak ada yang serius, hanya beberapa bagian tubuh lecet sedikit," jelas wanita itu.

"Apakah dia kekasihmu?" tanyanya dengan senyum mencurigakan.

Pria itu terkesiap sesaat dan langsung membuka mata. Ia menatap Wanita yang telah melahirkannya itu dengan wajah datar khasnya.

"Bukan." sangkalnya.

"Benarkah? Tapi dia terlihat sangat cantik dan manis. Sangat cocok jika bersanding denganmu yang seperti bongkahan es batu,"

Netra abu-abu pria itu menatap lurus pada Nora.

"Aku menabraknya," ucapnya. "Tapi tidak keras," lanjutnya.

"Apa!?" wanita itu kembali histeris. "Kau harus bertanggung jawab Ken!"

"Haruskah?"

"Ya! Kau harus menikahinya!"

"Tap-apa!?" Pria itu menatap sang Mommy dengan pandangan tak percaya.

"Ya! Hallo, Daddy! Kenzo pulang membawa seorang gadis! Daddy cepatlah pulang!" Wanita itu tak menggubris putranya dan jutru menelepon suaminya.

Tut!

Panggilan diputuskan secara sepihak oleh wanita itu. Lalu ia menatap putranya yang sedang memasang raut wajah tak terima.

"Berani berbuat, berani bertanggung jawab!" ucapnya tegas.

"Enghh ...."

Nora melenguh pelan. Hal itu membuat atensi kedua orang di dekatnya beralih menatapnya. Nora menatap bingung pada langit-langit ruangan.

"Kamu sudah sadar? Bagian mana yang terasa sakit?" tanyanya lembut.

Seketika Nora menoleh pada wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik diusianya. Gadis itu menggelengkan kepalanya perlahan, lalu beranjak duduk. Dengan sigap, wanita itu membantunya.

Pandangan Nora terkunci sesaat pada netra abu-abu milik pria yang duduk disofa seberangnya. Pria yang juga sedang menatapnya dengan pandangan sulit diartikan.

"Siapa namamu gadis manis?" tanya wanita itu lagi. Nora menoleh.

"N-nora, tante," entah mengapa Nora menjadi sedikit gugup.

"Baiklah, sebentar ya, tante ambilkan baju untukmu," Wanita itu tersenyum dan beranjak pergi meninggalkan ruang tamu.

Kini, tinggallah Nora bersama dengan pria asing itu. Mengedarkan pandangannya sesaat, lalu ia menatap pria itu.

"Kau yang menabrak diriku tadi?" tanyanya memastikan.

Pria itu mengangguk sekali. "Sorry," katanya.

Nora ingat. Pria ini juga orang yang ia tabrak di depan aula. Jadi, dia adalah musuh Gian! Pikirnya.

"Kamu di rumah saya," lanjut pria itu menjawab kebingungan Nora.

"Oh, iya. Apakah tadi itu Ibu kamu?" Pria itu mengangguk.

"Jadi, bisa jelaskan?" tanya pria itu menusuk. Nora langsung tahu kemana arah pembicaraannya.

Gadis itu menghela nafasnya sejenak. Matanya menatap serius pada pria di depannya. "Setelah aku lulus, aku akan dinikahi oleh kekasihku. Aku tak sudi menikah dengannya! Tapi, dia merasa tak terima dan akan menikahiku dengan paksa. Oleh sebab itu, aku melarikan diri dari rumah. Dia pria yang kejam! dan dia, d-dia ..., seroang Mafia," jelas Nora dengan nada lirih diakhir kalimat. Lalu ia menunduk.

Pria itu tertegun sesaat. "Namanya?"

Nora mendongak. "Gian. Gian Skylar Mahavir." jawab Nora.

"Oh,"

"Oh?" Nora terperangah. Sungguh respon yang tak terduga. Ia menggaruk pelipisnya yang terasa gatal. Namun, ia baru menyadari ada sebuah perban di sana. Karena tak sengaja tertarik, perban itu pun terlepas.

"Ck!" Decak Pria itu sembari beranjak bangun dan mendekati Nora. Ia duduk di samping gadis itu dan mendekat guna memperbaiki perban tersebut.

Dari jarak yang sangat dekat, Nora dapat melihat dengan jelas wajah rupawan dihadapannya. Bahkan, ia dapat merasakan hembusan nafasnya.

"Apa yang sedang kalian lakukan!?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status