Share

Perawan 200 Juta
Perawan 200 Juta
Penulis: LinDaVin

Bab 1 P200J Wanita Penghibur

"Tuan, itu sudah harga yang pantas. Barang dijamin mulus, masih segelan." Mami Erna memperlihatkan foto seorang gadis muda, pada seorang pria yang berumur sekitar kepala empat tersebut.

"Berapa umurnya?" tanya sang Tuan, yang dikenal sebagai penyuka barang segelan, atau gadis yang masih perawan itu.

"Sudah tujuh belas tahun, Tuan, jadi aman. Dijamin legit dan punel, saya sendiri yang menghandle gadis itu," terang Mami Erna, seorang mucikari kelas kakap. 

Langganan Mami Erna memang dari kalangan atas, gadis yang disediakan oleh Mami Erna pun, juga gadis dengan kualitas super. Cantik dan proposional, untuk gadis yang masih segelan atau perawan pelanggan harus memesan jauh-jauh hari.

Setelah menyetujui harga yang ditawarkan Mami Erna sang Tuan, yang biasa dipanggil dengan nama Tuan Bram itu menyerahkan tanda jadi lima puluh persen dari total harga yang di sepakati.

"Saya jamin, Tuan tidak akan kecewa," ucap Mami Erna, tersenyum puas melihat tumpukan uang didepannya.

"Siapkan gadisku malam ini di tempat biasa," perintah Tuan Bram, kemudian berdiri hendak beranjak dari ruang kerja sang mucikari kelas wahid itu.

"Baik, Tuan," jawab Mami Erna dengan senyum terkembang.

Tuan Bram melangkah keluar, dengan diantar Mami Erna sampai di pintu. Wanita bertubuh gempal itu membukakan pintu untuk sang Tuan. Matanya masih mengikuti punggung yang nampak masih tegap itu, hingga kembali menghilang di balik sebuah pintu.

~ PoV Zanna

"Jen, siapkan gadis itu untuk malam ini, pilihkan baju yang paling bagus, dan berkelas, pastinya juga yang mengundang gairah," perintah Mami Erna pada Jenny, asistennya.

"Siap, Mami, percaya sama pilihan eyke," jawab Jenny, yang setauku bernama Joni itu. Mami Erna menyeringai dan kemudian berlalu keluar.

Pria cantik itu berjalan ke arahku, memindai wajah dan tubuhku.

"Sempurna," ucapnya sambil memiringkan badanku ke kanan dan kekiri, mengangkat daguku, dan pandangannya turun ke dadaku, alis itu terangkat. Spontan aku menutup dada yang sedikit terlihat karena kerah baju yang aku pakai terlalu lebar.

"Eyke sudah punya balon sendiri, nggak nepsong sama punya you," ucapnya kemudian. Walaupun dia sudah terlihat seperti perempuan asli, tetap saja aku masih merasa risih.

"Ingat semua yang sudah diajarkan, bagaimana cara melayani pelangan. Jangan buat pelanggan sampai kecewa, Tuan Bram sudah membayar mahal, beri pelayanan terbaik," jelas pria cantik itu lagi.

Zanna Kirania Gianina, nama yang sangat cantik, secantik itu juga wajah yang aku miliki. Yang tidak cantik adalah nasibku. Lahir tanpa seorang ayah, dan ditinggalkan begitu saja oleh ibuku, pada keluarga tetangga kontrakannya. Tak ada yang dirahasiakan oleh mama ella, seorang wanita paruh baya yang mengasuhku bersama dengan dua anaknya. 

Sejak umur lima belas tahun, Mama Ella yang bekerja sebagai buruh cuci di tempat Mami Erna, terpaksa menjualku. Waktu itu, kakak angkatku mengalami kecelakaan dan membutuhkan biaya. Mama Ella membawaku kerumah Mami Erna untuk memperkenalkan diriku, sebagai pengantinya dalam pekerjaan sebagai buruh cuci. 

Mama Ella yang juga memerlukan biaya, memohon bantuan pada wanita itu. Mami Erna menyetujui dengan syarat setelah aku berumur tujuh belas tahun, aku harus bekerja padanya. Demi Mama Ella, aku menyetujuinya, tanpa tau pekerjaan apa yang akan aku kerjakan nantinya.

Sejak saat itu aku tak diijinkan keluar rumah. Segala kebutuhanku juga dipenuhi oleh Mami Erna. Dan sejak setengah tahun yang lalu, aku tinggal bersama dengan wanita bertubuh besar itu. Di sini aku mulai diajarkan banyak hal, mulai berpakaian, merawat diri dan juga memijat. 

Setiap hari sejak tiga bulan yang lalu, aku dicekoki dengan tontonan film dewasa. Pikiran yang semula polos, mulai berangan liar. Semua pelajaran yang diberikan terekam sempurna dalam ingatanku. Tidak lupa iming-iming, baju baru, perhiasan dan juga ponsel terbaru. 

Aku sudah benar-benar siap untuk nanti malam, malam dimana aku harus menyerahkan keperawananku, kepada seorang pria yang telah membeliku, yang Jenny pangil Tuan Bram itu.

~⭐~

Gadis itu telah disiapkan dengan sangat sempurna. Terlihat juga dari wajahnya, dia sudah siap memberikan pelayanan terbaiknya. Baju mahal, perhiasan dan ponsel terbaru serta gepokan uang sudah menari dalam benaknya. 

Bukan pekerjaan yang berat, pikirnya. Dimana dia sering melihat adegan seperti itu di video yang sengaja dipertontonkan padanya. Dia melihat, betapa sang pemain wanita begitu menikmati dalam setiap pertautan.

Sekarang gadis itu telah bersiap di dalam kamar, yang sudah dihias sedemikian rupa, menyerupai kamar pengantin baru. Mini dress tipis berwarna putih membalut tubuh indah itu. Make up tipis, rambut tergerai indah. Memperlihatkan kecantikan gadis belia yang sedang merekah sempurna.

Beberapa kali dia melihat tubuhnya di cermin, senyum bangganya terulas, dia mengagumi keindahan tubuhnya sendiri. Tak ada yang bisa menolak pesonanya, yang memang sempurna. Ada darah peranakan mengalir dalam dirinya. Dia tak terlihat seperti gadis kampung biasa. 

Matanya sedikit sipit dengan kulit putih bersih. Rambut lurus tebal, berwarna hitam legam. Tinggi semampai, dengan dada membusung. Kaki jenjangnya terlihat mengoda dengan mini dress yang hanya menutupi sebagian pahanya.

Pintu berderit, gadis cantik itupun menoleh, melihat siapa yang datang. Terlihat seorang pria muda yang cukup tampan, tak seperti yang Jenny ceritakan pada gadis itu, bahwa yang membelinya adalah seorang pria berumur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status