Share

P 200 J Bab 7

Yang pasti dia akan puas karena mendapatkan keperawananku, tapi apa ada jaminan dia tak mengatakan hal ini pada Mami Erna. Aku tak pernah memikirkan hal ini sebelumnya.

Aku berjalan mondar mandir dalam kamar kecil itu, mencari ide untuk mengatasi masalah ini. Pandanganku tertuju pada pembalut di dalam kantong plastik yang tergantung di balik pintu. Kuambil dua buah dan memasukkan kedalam tas. Aku mengaku saja baru dapat haid setelah berhubungan dengan pria itu. Pasti darahnya sama saja bukan.

Sepasang pakaian dalam juga aku masukkan dalam tas, bergegas aku keluar kamar dan kembali ke ruang Mami Erna sebelum dia memarahiku karena lama menunggu.

Pria itu membukakan pintu, saat aku mengetuknya.

"Kak, langsung aku bawa, ya. Besok aku kembalikan," ucap pria itu menoleh ke dalam ruangan.

"Iya, sudah sana. Sehari saja, tak kau kembalikan Kakak suruh Jenny kesana," balas Mami Erni dari dalam ruangan.

Pria itu tertawa terkekeh.

Tangannya langsung menarikku, setelah menutup pintu ruang kerja Mami Erna.

"Tanganmu dingin sekali?" tanyanya padaku.

"I ... iya," jawabku sambil menunduk.

Dia membawaku masuk ke dalam sebuah mobil berwarna hitam. Badanku rasanya dingin sekali, aku takut. Iya, aku benar-benar ketakutan. Detak jantungku berdegup semakin kencang, seiring laju mobil yang terasa dipacu kencang.

"Kenapa? kamu takut?" tanyanya melihatku terdiam. Aku tak menjawabnya.

"Kamu tau, semua gadis Kak Erna, ingin tidur lagi denganku. Kamu beruntung malam ini, aku akan memberimu sebuah malam yang mengesankan," ucap Pria itu, tangannya mengusap pahaku, tanpa mampu kuhindari.

"Aku akan mencarikan pelanggan yang royal, yang bisa memberimu banyak uang. Tenang saja sayang," ucapnya lagi, tangannya naik, membelai pipiku.

"Terima kasih," ucapku.

"Yang penting, malam ini kita bersenang-senang, percayalah kamu tak akan pernah bisa melupakan malam ini."

Pria itu membawaku ke apartemennya, sebuah apartemen dengan dua kamar. Dia langsung menarik ke kamar setelah ku melepas sepatu. Terasa sekali pria ini sudah tak sabar ingin menikmati tubuhku. Aku meletakkan tasku di atas nakas samping ranjang saat tanganya menelusup memelukku dari belakang. Ada penolakan, tubuhku menerima sentuhanya tapi hatiku tidak.

"Hmm, kamu masih malu-malu, aku semakin suka. Wanita yang bermain denganku semua terlalu agresif, kamu berbeda sayang. Jiwa lelakiku semakin tertantang," ucapnya. Bibirnya mengecup tengkukku, membuatku meremang. Tangannya sudah bergerak liar. Badanku bergetar, aku ketakutan.

"Malam ini akan menjadi malam yang berkesan, percalah padaku," ucapnya lagi. Desah nafasnya mulai berat, saat bibir itu menyusuri pipiku. Aku mengigit bibirku kuat, mencoba berdamai dengan hatiku yang terus bergejolak.

Pria itu membalik badanku, hingga kami berhadapan. Dia bisa melihat wajah tegang dan takutku, matanya sedikit menyipit saat melihatku.

"Bukankah kamu sudah pernah melayani pria lain, kenapa tegang, dan ketakutan sekarang?" tanyanya dengan tatapan curiga.

"Maaf, mungkin karena masih baru mulai lagi." Aku menunduk.

"Hahahaha, aku baru menemukan gadis sepertimu. Apa kakakku lupa tak membekali ilmu cara melayani pelanggan?"

"Saya sudah belajar," jawabku.

"Hmm baiklah, aku akan mengajarimu lagi. Profesi kita sama, sama-sama menjual kepuasan, bedanya kamu memuaskan laki-laki sedang aku memuaskan para istri yang haus kasih sayang dan belaian," ucapnya. Apa maksudnya, baru aku akan mencerna ucapnya, pria ini sudah kembali menarikku dalam dekapannya.

Dia menciumku liar, membuatku bergerak tak karuan. Bibir itu kemudian menaut bibirku, dia tak memberi kesempatanku bernafas. Tanganya juga tak tinggal diam, menjelajah bebas. Masih adakah keajaiban bagiku, dia pria normal yang ingin memacu hasrat denganku.

Sepertinya aku harus menyerah, dan kalah. Kisah kelamku sepertinya akan dimulai dari sekarang, membiarkan tubuh ini dijamah liar.

Memulai sebuah cerita pilu, menjadi seorang gadis penghibur, jatuh dari pelukan satu lelaki, ke lelaki lainnya.

Berlahan tubuh ini memenuhi kodratnya, meskipun tak menginginkan tetap saja sentuhan intens nya memetik hasratku juga, aku bisa apa, itu sudah menjadi hal yang lumrah terjadi. Sebagai reaksi dari sebuah cumbuan, sadar atau tidak aku juga mulai tengelam. Menolakpun tak ada guna, dan tak ingin lari juga. Ini jalan yang sudah aku pilih, sekarang, besok atau lusa semua sama saja. Aku akan tetap berada di dunia kelam ini.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Andry Sophian Se
weleh weleh.
goodnovel comment avatar
Nurul Wahyuni
harus bayar, hahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status